KEMATIAN
Sejauh apa yang telah dipaparkan, ada satu hal yang sangat penting yang
harus dipikirkan semua orang: Kematiannya sendiri. Kebanyakan orang tidak mau
memikirkan kematiannya. Mereka tidak berharap kematiannya datang ketika umurnya
di dunia belum lama. Akan tetapi kematian itu dekat.
Selama Anda membaca tulisan ini, sekitar 6000 orang di seluruh dunia
meninggal. Manusia tidak memperhatikan kematiannya sehari-hari. Kematian hanya
digunakan untuk memperindah cerita di film dan televise. Namun kematian
pastilah akan mendatangi setiap orang. Inilah takdir terhadap kehidupan dunia
Miliaran orang hidup cukup lama dan kemudian mati. Setiap kerangka yang
anda lihat adalah sosok seperti anda, dengan idealisme, keluarga dan harapan
akan masa depan. Kini semua hanya tinggal belulang yang dipamerkan di museum. Tak
satu orang pun yang hidup ribuan tahun lalu ditemukan masih hidup sekarang.
Ribuan tahun kedepan, semua orang yang sedang Anda lihat sekarang
patilah akan mati. Dan tak hanya mereka, tapi semua orang yang Anda kenal, suka
atau tidak suka, termasuk Anda sendiri, juga akan mati.. Karena setiap waktu
yang Anda habiskan sebenarnya mambawa Anda lebih dekat pada kematian.
Waktu yang dipahami sekarang sesungguhnya adalah penghitungan mundur
waktu kematian manusia. Bahkan, kematian sudah ditakdirkan berapa hari lagi,
berapa jam lagi, atau bahkan beberapa menit lagi setelah Anda membaca tulisan
ini.
Dan waktu yang tersisa semakin mendekati titik nol. Dan akhirnya, waktu
yang dijanjikan pun datang, dan penghitungan mundur pun berakhir . Jantung
Anda, yang telah berdetak bertahun-tahun, berhenti berdetak. Dan Anda akan
menghirup nafas terakhir. Dan kematian membawa Anda pergi, tubuh Anda mulai
terasa dingin. Suhu tubuh turun drastis, dan kematian mengiringinya.
Kita harus ingat bahwa dengan kematian, manusia memasuki kehidupan
sesungguhnya, kehidupan yang abadi. Setiap manusia akan dihidupkan kembali
setelah mati dan menghitung amalnya di hadapan Allah. Siapa saja yang beriman
pada-Nya dengan sepenuh hati selama hidupnya di dunia, yang mengabdi pada-Nya
dan bertobat atas dosanya akan mendapat balasan berupa kehidupan abadi di
syurga. Tapi mereka yang mengharapkan kehidupan dunia dibandingakan ridho Allah
dan hari akhir maka akan mendapat balasan berupa siksaan yang tak pernah
terbayangkan sebelumnya.
Maka dari itu, manusia harus berusaha agar terhindar dari tipu daya
kehidupan duniawi yang bersifat sementara. Tak ada satupun keindahan di dunia
kecuali semua akan berakhir. Tinggallah sebuah makna.
Tujuan hidup manusia sesungguhnya adalah menghamba pada Allah, yang
telah menciptakan dan memberikan berkah, dan mencari ridhoNya. Manusia harus
tahu bahwa segala yang ada di dunia bersifat sementara. Hanya Allah lah yang
kekal. Dalam sebuah ayat, Allah menjelaskan tentang kehidupan dunia sebagai
berikut:
Semua yang ada di bumi itu akan binasa; tapi Dzat Tuhanmu akan tetap kekal,
yang mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan. (QS 55: 26-27)
KESIMPULAN
Dalam tulisan ini telah jelas kebenaran tentang kehidupan dunia, dan
telah melihat bukti dengan jelas bahwa dunia hanyalah tempat singgah. Semua
yang ada di dunia pasti akan mati, termasuk manusia. Setiap manusia cepat atau
lambat mati dan menuju hari akhir, meninggalkan semua hal yang ia miliki di
dunia ini.
Terperangkap dalam nafsu duniawi, menyepelekan ajaran agama demi
kepentingan pribadi sesaat, ambisius terhadap kehidupan, keresahan dan
keragu-raguan merupakan awal petaka besar yang sangat menyedihkan
Setiap manusia haruslah mengabdikan diri pada Allah, iman padaNya dan
hidup dengan aturanNya. Dia harus toleran dan rendah hati, pemaaf, serta suka
menolong orang lain. Dia harus berbuat jujur, bekerja dengan keras dan cerdas,
serta mau berkorban . Manusia yang menunjukkan kebaikan seperti ini akan
terhindar dari hawa nafsu pribadinya. Hanya dengan cara itu dia bisa tertolong.
Seperti firman Allah dalam Al-Quran:
… dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah
orang-orang yang beruntung. (QS, 59 : 9)
Bila Allah Tak Lagi Ditakuti
Bayangkan ada dua orang. Salah satunya tahu betul bahwa ia akan bertemu
dengan Allah dan menyadari bahwa setiap tindakannya ada pertanggungjawaban. Satu
lagi, sebaliknya, beranggapan ia tidak harus berhubungan dengan orang lain. Tentu
saja, terdapat perbedaan menyolok bagaimana kedua orang ini mngkondisikan
dirinya. Seseorang yang tidak memiliki rasa takut kepada Allah hampir pasti
menyukai perbuatan dosa dan mengabaikan tindakan tak bermoral bila ia merasa
senang melakukannya. Seseorang, yang tega membunuh manusia, misalnya, tanpa
alasan jelas atau bukan untuk kepentingan kemanusiaan, melakukan hal itu karena
ia tidak takut kepada Allah. Jika ia memegang teguh keimanan kepada Allah dan
hari akhir, ia tidak akan tega melakukan apa pun yang tak bisa
dipertanggungjawabkannya di hari akhir kelak.
Dalam Al Qur’an, sejarah putra-putra Nabi Adam AS, diberikan sebagai contoh
untuk menggugah perhatian kita tentang perbedaan menyolok antara orang yang
takut dan tidak kepada Allah.
Ceritakanlah kepada mereka
kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika
keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka
berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata
(Qabil) : ‘Aku pasti membunuhmu !’. Berkata Habil, ‘Sesungguhnya
Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa.’ ‘Sungguh kalau
kamu menggerakkan tangan kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan
menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada
Allah, Tuhan seru sekalian alam.’ (Al Maidah : 27 – 28).
Orang yang tidak memiliki rasa takut kepada Allah tega membunuh saudara
kandungnya sendiri tanpa perasaan, meskipun saudaranya tersebut tidak bersalah,
sementara si korban, meskipun diancam dengan kematian, ia mengatakan bahwa ia
tidak akan membunuh saudaranya tersebut. Inilah konsekuensi rasa takut kepada
Allah. Demikianlah, seseorang yang dahulunya memiliki mrasa takut kepada Allah,
kemudian melakukan pembunuhan, penganiayaan, dan ketidakadilan, pendek kata
hal-hal yang tidak diridloi oleh Allah, akan hancur.
Ketamakan duniawi juga mengakibatkan kebengisan dan tindakan tak bermoral
pada manusia. Kebanyakan orang khawatir jatuh miskin, atau tidak memiliki
jaminan masa depan. Hal-hal tersebut menjelaskan mengapa suap, korupsi,
pencurian, persaksian palsu, dan pelacuran menjadi semacam jalan hidup bagi
beberapa orang. Bagi orang yang memiliki keimanan kepada Allah, ridho Allah di
atas segala-galanya. Dalam hatinya, ia hanya melabuhkan rasa takutnya kepada
Allah; bukan pada kematian, kelaparan, atau hal-hal lain yang memalingkannya
dari kebenaran.
Sehingga, bagaimanapun keadaannya, orang yang memiliki rasa takut kepada
Allah, tidak akan menyimpang dari Al Qur’an. Bahkan, ia berpegang teguh
padanya. Ia selalu bertindak hati-hati. Memiliki keyakinan bahwa Allah melihat
dan mendengar segala sesuatu, ia tidak berupaya melanggar keyakinannya meskipun
sedang sendirian.
Kedangkalan pemahaman terhadap agama menyebabkan hilangnya suara hati
nurani. Untuk menjelaskan hal ini, bayangkan seseorang yang tanpa ragu-ragu
melarikan diri setelah menabrak seseorang di jalanan dengan mobilnya. Ini
adalah petunjuk nyata betapa jauhnya dia dari nilai-nilai agama. Orang ini,
yang tanpa perasaan meninggalkan seorang diri manusia yang sedang sekarat di
tengah jalan, berpikir bahwa jika ia memiliki kesempatan, ia akan mengindar
dari orang-orang dengan melarikan diri. Tetapi ia tidak pernah berpikir bahwa
Allah ada di mana-mana, melihat dan mendengar apa yang dilakukannya setiap
detik. Tak ada orang yang dapat lolos pengawasan dan perhitungan Allah dan hari
perhitungan. Allah akan membalas semua ketidakadilan, kejahatan, dan tindakan
tidak berperikemanusiaan pada hari perhitungan kelak:
... Barang siapa yang
berkhianat (dalam urusan rampasan perang) itu, maka pada hari kiamat ia akan
datang dengan membawa apa yang dikhianatkannya itu ; kemudian tiap-tiap
diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan pembalasan
setimpal, sedang mereka tidak dianiaya. Apakah orang yang mengikuti keridhoan
Allah sama dengan orang yang kembali membawa kemurkaan (yang besar) dari Allah
dan tempatnya adalah Jahannam ? Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. (Ali
Imran : 161 – 162)
Bila orang diperingatkan dengan ayat-ayat Allah, dann dituntun dalam
kebenaran ini, maka tindak kejahatan akan dapat dicegah.
Salah satu tindak kajahatan orang-orang yang jauh dari agama adalah
sekelompok orang yang memberikan layanan kedehatan seakan-akan mereka adalah doikter
padahal meraka tak memiliki sedikitpun ilmu tentang itu. Meskipun sama sekali
tidak tahu menahu tentang bidang pengobatan, orang-orang ini menipu para pasien
dan dengan tega memperlakukan mereka tanpa tindakan serius. Dan tindakan
seperti ini kerapkali berakhir dengan kematian si pasien. Tanpa mempedulikan
akibatnya, mereka hanya memikirkan peolehan keuntungan dan uang. Dalam salah
satu ayat-Nya, Allah memberi perintah kepada kaum mukmin untuk “menyampaikan amanat kerpada yang berhak
menerimanya” (An Nisa: 58). Kesehatan seseorang, adalah juga, sesuatu yang
sangat berharga. Oleh karenanya, berkaitan dengan ayat di atas, kita harus
menghindari sejauh mungkin melakukan pekerjaan yang bukan keahliannya, yang
apabila dilakukan akan membahayakan manusia lain.
Sepanjang perjalanan hidup, barangkali orang akan menemukan tindak
kejahatan yang dilakukan oleh orang yang tidak memiliki rasa takut kepada
Allah. Keengganannya untuk melihat dan menyadari pembalasan dari Allah,
menyebabkan orang tersebut kerap memfitnah orang lain yang tak berdosa. Sementara
itu, ia hanya memikirkan bagaimana orang-orang tersebut mengikuti kata-katanya.
Orang seperti ini benar-benar melalaikan diri bahwa Allah mengawasi segala
sesuatu, tanpa kecuali, dan segala sesuatu ada balasnnya di hari akhir kelak. Bagi
yang memiliki pemahaman seperti ini ujian, penderitaan, atau dijebloskannya ia
ke dalam penjara tidak meruntuhkan keyakinannya. Allah, dalam Al Qur’an,
menyatakan hukuman bagi para pemfitnah, yakni ssebagai berikut:
Sesungguhnya orang-orang yang
membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira
bahwa berita bohong buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap
seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa
di antara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyebaran berita
bohong itu baginya adzab yang besar. (An Nur: 11)
Seseorang yang tidak memiliki rasa takut kepada Allah tidak menghormati dan
menghargai orang lain. Hilangnya rasa takut ini menerangkan mengapa pemilik
restoran tidak menjalankan bisnisnya secara sehat, atau mengapa kebanyakan
orang tidak menghargai yang lebih tua. Demikian pula, ketiadaan rasa takut
kepada Allah mengakibatkan banyak pasien terlantar di ruang-ruang gawat darurat
tanpa perawatan memadai, orang malang dan teraniaya, dan jutaan orang terbunuh
hanya untuk perebutan lahan, dan sebagainya, dan sebagainya.
Dalam masyarakat yang memiliki ketaatan kepada Allah, tak seorang pun
melakukan tindak tak bermoral ini, menyadari bahwa kesalahan yang dilakukan
seseorang dalam hidupnya akan menjumpainya di hari akhir kelak. Dengan
orang-orang yang memiliki suara hati nurani, masyarakat ini bebas menikmati
kedamaian dan kebenaran. Usaha keras bersama dalam memerangi dosa, pelacuran,
dan berbagai tindakan amoral lainnya yang ditunjukkan dengan rasa hormat, kebaikan, dan kedamaian menjamin
keutuhan tali kekeluargaan, yang diyakini merupakan hal mendasar bagi
terbentuknya masyarakat yang kuat. Masyarakat menikmati suatu asas kehidupan
sesungguhnya karena mereka bertanggung jawab atas satu dengan lainnya.
Sepanjang sejarah, manusia telah berhasil mengatasi berbagai masalah hidup
yang terkadang nampak berat. Namun kematian tetap merupakan sesuatu yang tidak
dapat dielakkan. Setiap yang hidup di muka bumi ini dengan tujuan apa pun,
pasti akan mati. Manusia hanya diberi usia tertentu dan kemudian akan mati. Ada
yang mati ketika masih muda, bahkan saat masih bayi. Ada yang melalui beberapa
fase dalam hidupnya dan menemui kematian setelah usianya bertahun-tahun. Bahkan
seorang manusia yang memiliki segalanya baik itu tanah, kekayaan, kedudukan,
popularitas, kemuliaan, kepercayaan maupun ketampanan tak akan dapat
menghindari kematian. Tanpa kecuali, semua manusia tak berdaya ketika
menghadapi datangnya kematian sebagai suatu kepastian.
Ada fakta-fakta tentang alam baka dan hari perhitungan, yang juga didukung
oleh kesaksian orang-orang yang hidup setelah mengalami kematian. Kembalinya
seseorang setelah dinyatakan mati secara medis (mati suri) telah membawa orang
yang mengalaminya melihat betapa tak berartinya tubuh manusia, melalui
fakta-fakta tertentu yang disaksikannya. Kematian yang dinyatakan secara medis
dan pemakaman akan menanti tiap-tiap kita, oleh karenanya seharusnyalah kita
merenungkannya.
Saat kematian terjadi, jiwa terpisah dengan raga meninggalkan tubuh yang
tanpa daya. Seperti halnya makhluk hidup yang mengganti kulit mereka, ia
meninggalkan kulit luarnya dan berproses menuju kehidupan sebenarnya.
Namun, cerita tentang tubuh manusia yang tetap tertinggal di dunia kadang
lebih penting, terutama apa saja yang terjadi dengan tubuh tersebut, daripada
mempertanyakan apa itu pantas terjadi pada tubuh manusia….
Apakah Anda pernah berpikir secara detail tentang apa yang terjadi pada
tubuh seseorang ketika ia mati?
Suatu saat kita akan mati. Mungkin dengan cara yang tidak pernah kita duga
sebelumnya. Mungkin saat di toko untuk membeli makanan, sebuah mobil menabrak
kita. Atau, penyakit yang sangat fatal mengakibatkan kematian kita. Atau
sederhananya jantung kita akan berhenti berdetak tanpa alasan apapun.
Detik-Detik Kematian
Mulai detik itu, kita tak memiliki hubungan apa pun dengan tubuh ini. Kita
akan menjadi “ sendiri”, sementara tubuh kita kemudian hanya akan menjadi
seonggok daging biasa. Setelah kematian, orang lain akan membawa tubuh kita.
Kemudian orang-orang akan menangis dan berkabung. Lalu tubuh tersebut akan
dibawa ke rumah mayat sekalipun di malam hari. Hari berikutnya kuburan segera
digali. Tubuh kita yang tak bernyawa kini sangat kaku, akan dimandikan dengan
air yang dingin. Sementara itu, tanda-tanda kematian segera nampak di mana
beberapa bagian tubuh mulai memucat.
Kemudian, mayat ini akan dibungkus dengan kain kafan dan diletakkan di peti
mayat. Mobil jenazah telah siap membawa peti tersebut, berjalan menuju ke
pemakaman, hidup seperti di jalanan. Ketika melihat mobil jenazah yang lewat,
beberapa orang akan nampak berkhidmad, tetapi kebanyakan berlalu begitu saja
dengan kesibukan mereka masing-masing. Setiba di pemakaman, peti jenazah akan
diusung oleh orang-orang yang mencintai kita atau tampak mencintai kita.
Kemungkinan besar, orang-orang yang mengitarinya akan menangis dan meratap
lagi. Kemudian orang-orang berdatangan dengan satu tujuan yakni, pemakaman. Di
atas batu nisan. nama kita akan dipahatkan. Kemudian mayat kita akan diangkat
dari peti mayat dan diletakkan ke dalam lubang yang telah digali. Pendo’a akan
berdo’a untuk kita. Akhirnya, orang-orang dengan sekop akan mulai menutup mayat
kita dengan tanah yang juga akan mengenai kain kafan. Tanah menyentuh mulut
kita, leher, mata dan hidung. Dan akhirnya menimbun seluruh kain kafan.
Akhirnya pemakaman selesai, dan orang-orang meninggalkan pemakaman. Semuanya
kembali sunyi. Beberapa orang akan datang untuk berziarah dalam sela-sela waktu
mereka untuk kita yang telah dimakamkan. Tak ada lagi hidup yang penuh arti.
Rumah yang indah, orang yang cantik, alam yang mempesona sudah tidak ada
artinya lagi. Tubuh kita sudah tidak akan bertemu dengan seorang teman pun.
Mulai itulah, satu kepastian yang menimpa mayat adalah tanah, ulat belatung dan
bakteri akan menggerogotinya.
Saat dipendam tubuh kita mengalami proses pembusukan yang sangat cepat yang
disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal tubuh tersebut.
Setelah mayat kita diletakkan di kuburan, dengan cepat bakteri dan serangga
yang berkembang biak di dalam mayat karena tidak adanya oksigen, akan memulai
kerjanya. Gas-gas yang dikeluarkan organisme tersebut akan masuk ke dalam mayat,
mulai dari perut, merubah bentuk dan penampilannya. Gumpalan darah keluar dari
mulut dan hidung karena desakan gas dari rongga perut. Seperti proses
penggerogotan, rambut, kuku, lidah dan telapak tangan akan lepas semua.
Bersamaan dengan itu pula terjadi perubahan dalam tubuh seperti paru-paru,
jantung dan hati yang akan mengalami pembusukan. Dalam waktu yang berbarengan,
pemandangan yang sangat mengerikan terjadi di perut, di mana kulit tidak dapat
menahan lagi tekanan gas yang semakin mendesak dan akhirnya jebol, menebarkan
bau yang sangat busuk. Mulai dari tengkorak, otot-ototnya lepas dari bagiannya
masing-masing. Kulit dan jaringan lunak juga akan tercerai berai semua. Otak
akan membusuk hingga nampak seperti tanah liat. Proses akan terus berlanjut sampai
seluruhnya tinggal tulang belulang.
Tubuh itu kita bayangkan sebagai diri kita, akan hilang secara mengerikan
dan bentuknya tak dapat dikenali lagi. Maka ketika kita meninggalkan kewajiban
ibadah kita, cacing, serangga dan bakteri di dalam tanah akan menghancurkan
mayat kita begitu saja.
Jika kita mati karena kecelakaan dan tidak dikuburkan, apa yang terjadi
akan lebih tragis lagi. Mayat kita akan dimakan ulat belatung, seperti potongan
daging yang diletakkan pada temperatur ruangan dalam waktu yang lama. Sampai
akhirnya ulat belatung memakan habis potongan daging yang terakhir, mayat kita
hanya tinggal tulang belaka.
Demikianlah, manusia yang diciptakan dalam bentuk paling sempurna, akhirnya
menjadi bentuk yang paling mengerikan, dan memang begitulah kenyataannya.
Mengapa Hal Itu Terjadi?
Inilah ketentuan Sang Maha Pencipta bahwa tubuh manusia ditiadakan
keberadaaanya dengan cara yang drastis. Itulah mengapa ada sesuatu yang sangat
penting yakni adanya perintah suci di dalam diri kita. Akhir kehidupan yang
mengerikan akan menunggu setiap manusia selaiknya membuat ia berpikir bahwa ia
tidak hanya tubuh semata-mata, tapi ada nyawa yang menghidupkan tubuh itu.
Dengan kata lain, manusia harus memahami bahwa ia mempunyai eksistensi di balik
badannya. Berakhirnya kehidupan yang begitu menyolok memberikan berbagai
pelajaran, yang membuat manusia sepantasnya memahami bahwa ia tidak hanya
terdiri dari “daging dan tulang” semata.
Manusia seharusnya dengan melihat
dirinya dapat mengambil hikmah yang penting, bahwa ia di dunia ini hanya
sementara, dan harus memikirkan akhirnya, yakni kematian. Kematian, akan
menjadikannya busuk di dalam tanah, dan menjadi makanan ulat belatung dan
akhirnya tinggal tulang belulang.
Harun Yahya
Ajaran Islam Menyelesaikan Permasalahan
Seseorang yang
menyandarkan dirinya pada prinsip-prinsip dalam Al Qur’an selalu sanggup
menyelesaikan permasalahan hidupnya dan senantiasa bertindak bijaksana. Demikianlah, orang yang
hidup dengan prinsip tersebut tak pernah merasakan frustasi, bagaimana pun
rumit keadaan yang dihadapi. Karena itulah, dalam masyarakat yang menjunjung
tinggi ajaran agama, tak seorang pun dari mereka yang tak dapat menyelesaikan
masalahnya.
Ketika nilai agama tidak ditegakkan, manusia tidak menunjukkan
kemanusiaannya. Permasalahan sederhana sekalipun, tidak akan terselesaikan
secara bijaksana dalam masyarakat tak beragama. Masyarakat demikian mengahadapi
kesukaran terus-menerus sepanjang hidupnya. Jangankan mencari penyelesaian,
justru mereka mencari masalah dalam kesehariannya, seolah-olah itu adalah
malapetaka yang tak mungkin terselesaikan. Karena tak sanggup menyelesaikan
masalah yang bertubi-tubi dalam setiap segi kehidupannya, mereka kemudian
berputus asa dan menggugat. Sementara itu, karena gagal mempertahankan alasan,
mereka tak mendapatkan satu pun pemecahan. Bahkan jika mereka mendapatkannya,
hal itu terbukti tidak rasional, karena yang mereka dapatkan berasal dari
pemikiran dangkal.
Alasan utama mengapa konflik senantiasa tak terselesaiakan dalam masyarakat
yang jauh dari agama adalah anggota masyarakat sendiri tidak mampu
menyelesaikan persoalan pribadinya. Seseorang yang tidak menyandarkan dirinya
pada prinsip-prinsip Islam akan mengatasi persoalannya dengan cara-cara mereka
sendiri. Dalam hal ini, dia berusaha memuaskan diri sendiri tanpa
mempertimbangkan kepentingan orang banyak. Dalam setiap tindakannya, dia tak
mau menghadapi resiko, dan tak mau menghabiskan tenaga dan biaya, atau
mengambil tanggung jawab yang bermanfaat bagi kepentingan orang lain.
Bahkan hal sepele yang gampang diatasi menjadi teka-teki baginya. Setiap
orang ingin mempengaruhi orang lain, bertindak menjilat atasannya, ingin
kedudukannya diakui, atau paling tidak ingin menjadi orang yang selalu memberi
“kata akhir” atau keputusan. Kepribadian yang demikian menyebabkan orang lain
tak bisa memberikan sumbang sih pemikiran. Alasan dibalik kedunguan orang yang
tak mau hidup dengan prinsip-prinsip agama yang ingin membawa kesimpulan yang
memuaskan dinyatakan dalam ayat berikut ini:
… Permusuhan antara sesame mereka
adalah sangat hebat. Kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka terpecah
belah. Yang demikiann itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tiada
mengerti. (QS. Al-Hasyr: 14).
Contoh paling sering terlihat dalam program diskusi terbuka yang
ditayangkan di televisi. Peserta mendiskusikan suatu hal selama berjam-jam. Karena
setiap orang cenderung mengeluarkan bantahan, didapatlah ketidaksepakatan yang
bersifat umum. Para peserta barangkali membenarkan pemikiran lawan bicaranya,
akan tetapi kesombongan mencegah mereka mengakuinya, dan yang paling penting
bagi mereka semata-mata menunjukkan perlawanan. Hal ini dikarenakan, yang
sesungguhnya ingin dicapai bukanlah kebenaran, akan tetapi menjadi orang yang
memberikan keputusan akhir. Yang mengherankan, selama diskusi, berbagai
masalah, konflik dan perbedaan cenderung meningkat. Sesungguhnya, dari awal
mereka memang tak berniat untuk menemukan solusi. Mereka membangun dan bernaung
dalam kesombongan philosophi, berpedoman bahwa materi sesungguhnya adalah
berdiskusi, berekspresi, dan mengubah cara pandang orang. Mereka berpikir bahwa
wajar saja ketika tidak mendapati solusi setelah bediskusi berjam-jam.
Orang-orang beriman, menyadari
bahwa Allah memperhitungkan segala sesuatu, mengharuskan orang bertindak
bijaksana dan hati-hati dalam setiap keadaan. Mereka membuat keputusan paling
tepat dan menemukan solusi terbaik. Mereka dapat memutuskan segala permasalahan
dengan cepat tanpa terhalang apapun, karena mereka dituntun oleh moral terbaik,
tanggung jawab, dan kemampuan berpikir yang diilhami oleh ajaran Alqur’an. “Urusan
mereka diputuskan dengan musyawarah antara mereka” (QS. Asy-Syuura: 38).
Setiap saat mereka mengambil pilihan yang paling diridloi Allah. Tak
satupun hal yang bertentangan dengan keadilan dan kebenaran, meski barangkali
itu berlawanan dengan kepentingan atau kepuasan pribadi mereka.
Dengan hanya mengabdi pada Allah dan mengharap imbalan hanya dari-Nya,
orang mukmin tak pernah mencari pengakuan dari orang lain, mencari gelar di mata
manusia ataupun disanjung oleh mereka. Oleh karenanya, dalam setiap keputusan
yang mereka ambil, mereka senantiasa menerima dukungan, bimbingan, ilham, dan
hikmah dari Allah.
Orang beriman memiliki ketakutan
dan ketundukan yang sangat pada aturan Allah, sehingga ia diberi “furqaan”
untuk membedakan yang hak dan yang bathil (QS. Al-Anfal: 29) sehingga ia tiba
pada keputusan yang tepat. Mereka pun akan mendapatkan “jalan keluar” (QS. Ath-Thalaq:
2) dan “kemudahan dalam segala urusan” (QS. Ath-Thalaq: 4).