HAWA NAFSU
HAWA dan NAFSU Dalam Al'Qur'an nafsu
diistilahkan dengan "jiwa". Ada nafsu/jiwa yg jahat dan ada juga
nafsu/jiwa yg baik. Nafsu menimbulkan atau mengeluarkan hawa yang dalam istilah
selanjutnya digabung menjadi satu yaitu “
HAWA NAFSU
Hawa : adalah keinginan sedangkan Nafsu
adalah : perbuatan.
Hawa bisa juga adalah radiasi yang
ditimbulkan oleh nafsu. Misalkan kita ingin makan, keinginan untuk makan itu
disebut hawa. Jadi hawa itu masih dalam batas keinginan. Kemudian jika
keinginan tersebut ditindaklanjuti sehingga kita makan, maka perbuatan makan
tersebut disebut nafsu.
Jadi sebetulnya yang perlu di kendalikan
itu adalah hawanya atau keinginannya. Jika hawa terkendali otomatis nafsu juga
akan terkendali. Oleh sebab itulah kenapa istri nabi Adam AS diberi nama Siti
Hawa. Karena memang berawal dari keinginan nabi Adam AS yang saat itu merasa
kesepian. Nafsu atau jiwa juga mempunyai jasad tapi jasad halus, dan didalam
jasad halus itu juga ada rohnya. Roh dari nafsu/jiwa berbeda dengan roh
manusia, Roh manusia turun/ada pada janin bayi ketika janin bayi berumur antara
3 sampai 4 bulan dalam kandungan ibu. Sedangkan nafsu/jiwa saat itu sudah ada
lebih dahulu. Makanya janin bayi sudah hidup dan berkembang (ada denyutan)
karena memang disitu sudah ada rohnya, yaitu rohnya dari 4 nafsu/jiwa tadi.
KAPAN NAFSU-NAFSU (JIWA-JIWA) ITU
MULAI ADA?
Nafsu/Jiwa sudah ada bersama sperma,
dan bisa hidup lama jika bertemu dengan pasangannya yaitu sel telur (terjadi
pembuahan) dan menempel di rahim untuk berkembang. Sperma hidup dan bisa
berlari dengan kecepatan tertentu mencari sel telur untuk menyatu (membuahi)
dan hidup di dalam rahim. Sperma hidup dan bisa berlari karena mengandung
jasad-jasad halus (mengandung nafsu-nafsu/jiwa-jiwa) dimana jasad-jasad halus
tersebut mempunyai roh.
Nafsu/jiwa hidup menyatu dengan jasad manusia,
dan berkembang serta bertingkah laku mengikuti perkembangan jasad manusia, dari
janin bayi dlm perut ibu, lahir menjadi bayi, menjadi anak-anak, remaja,
pemuda/dewasa, dan akhirnya tua dan juga nafsu tersebut akhirnya juga mati
(sempurna kembali ke asalnya).
JENIS-JENIS NAFSU
1. NAFSU AMARAH
Nafsu amarah disebut juga EGO adalah
nafsu yang paling rendah, paling buruk dan paling jahat tingkatannya
dibandingkan dengan nafsu-nafsu yang lainnya. Bahkan ada yang mengatakan
nafsu/ego ini lebih kejam dari pada 70 sifat syetan.
Firman Allah Ta’ala : Surat 12 (YUSUF)
Ayat 53 ............
Karena
Sesungguhnya nafsu amarah itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu
yang diberi rahmat oleh Tuhanku........
Nafsu amarah secara bawaan lahir
menempati lapisan pembungkus terluar sebagai pembungkus hati nurani dan cahaya
nafsu ini berwarna merah. Karena menempati lapisan terluar maka nafsu ini
biasanya lebih cepat responnya kalau ada apa-apa dibanding dengan jenis nafsu
yang lainnya. Nafsu amarah berasal dari unsur saripati api, sama dengan jin yg
juga diciptakan dari unsur api. Disini ada kesamaan unsur antara pembuatan
manusia dengan pembuatan jin yaitu sama sama mengandung unsur api. Karena
berasal dari unsur api tentu nafsu ini juga akan membawa/mewarisi sifat-sifat
dari api itu sendiri. Sifat-sifat dari api antara lain adalah: Api bersifat
panas => Pada diri manusia nafsu ini selalu akan membangkitkan rasa
panas/emosi/pingin marah-marah melulu/temperament, mudah tersinggung, ingin
beranten, suka bikin jengkel orang lain dan suka jengkel kepada orang lain,
suka memecah belah persatuan, memfitnah, mengadu domba, dalam skala negara
ingin perang/menjajah/menguasai negara lain, dan lain sebagainya. Api berwarna
merah => Pada saat diri manusia dikuasai oleh nafsu ini biasanya raut
mukanya berwarna merah, telinga juga merah, jantung berdetak kencang (nafsu
amarah ini memang ada hubungannya dengan jantung manusia). Api selalu mengambil
posisi berdiri tegak keatas menantang, tidak ada api menyala kearah bawah atau
kesamping. Jika nyala api diarahkan kesamping atau kebawah tentu ujung api
tersebut tetap akan berusaha pada posisi berdiri => Jika manusia sedang
dikuasai oleh nafsu api amarah ini maka pada diri manusia tersebut akan
mempunyai sifat sombong, tidak mau menerima kebenaran seperti sifat Iblis,
selalu berprasangka buruk terhadap orang lain, merasa paling benar sendiri,
paling suci sendiri,. Padahal sombong adalah pakaian Allah SWT bukan pakaian
manusia atau makhluk. Namun demikian bukan berarti kita sebagai manusia tidak
membutuhkan nafsu amarah. Sebagai manusia kita tetap harus punya amarah, tetapi
amarah yang dibolehkan menurut ajaran Islam. Ambisi untuk maju itu nafsu
amarah, ambisi untuk bisa naik jabatan dalam pekerjaannya itu juga nafsu
amarah, ambisi untuk selalu menang dalam suatu persaingan dalam bidang apapun itu
juga salah satu sifat nafsu amarah, dll. Kalau manusia tidak punya nafsu amarah
maka berarti dia bukan manusia, mungkin malaikat. Jadi intinya nafsu amarah itu
harus tetap ada pada diri manusia, Cuma kitanya saja yg harus pandai-pandai
mengendalikan hawa amarah yg ditimbulkan oleh nafsu amarah itu. WaAllahu’alam
bissowab.
2. NAFSU LAWWAMAH
Firman Allah Ta’ala dalam AlQur’an :
Surat 75 (Al Qiyaamah) Ayat 2:
“Dan
tidak! Aku bersumpah dengan nafsu lauwamah (jiwa yang amat menyesali dirinya
sendiri)”
Dalam tafsir DEPAG dijelaskankan
bahwa : Bila ia berbuat kebaikan ia juga menyesal kenapa ia tidak berbuat lebih
banyak, apalagi kalau ia berbuat kejahatan. Jadi nafsu lawwamah itu nafsu yang
selalu menyesali perbuatannya, baik perbuatan terpuji maupun perbuatan tercela,
artinya bahwa nafsu ini diri yang tidak mempunyai pendirian. Sifat seperti ini
dimiliki oleh anasir angin dan memang nafsu ini tercipta dari anasir angin.
Coba kita perhatikan tingkah laku angin. Angin bergerak tidak tentu arahnya
(tidak punya pendirian), terkadang ke arah utara, selatan, timur, barat, keatas
dll. Bergeraknya angin biasanya tergantung oleh musim atau tekanan angin. Jika
manusia lebih dominant nafsu lawwamahnya maka orang tersebut cenderung
mempunyai sifat tidak punya pendirian, selalu terbawa arus, plinplan, terbawa
oleh mode trend saat itu. Selain itu nafsu ini juga mempunyai sifat sama dengan
sifat binatang, yaitu nafsu birahi/sex dan nafsu makan yg terkadang berlebihan.
Meskipun demikian nafsu ini tetap saja ada sisi baiknya, tinggal bagaimana
kitanya saja. Nafsu lawwamah secara bawaan lahir menempati lapisan pembungkus
kedua dari luar setelah nafsu amarah sebagai pembungkus hati nurani dan Cahaya
nafsu ini berwarna kuning.
3. NAFSU MULHIMAH
Nafsu mulhimah berasal dari anasir
air. Karena berasal dari saripati air maka nafsu ini mewarisi sifat-sifat dari
air. Sifat-sifat dari air antara lain adalah: Air selalu mencari posisi tempat
yang paling rendah. Jika lebih dominant nafsu mulhimah ini maka manusia tsb
akan mempunyai sifat rendah hati terhadap sesamanya dan selalu merasa rendah
diri dihadapan Tuhannya. Air selalu mengambil bentuk dari wadah yang
ditempatinya. Artinya manusia tsb pandai menempatkan diri, pandai membawa diri
terhadap lingkungan sekitarnya atau bisa menyesuaikan diri kepada siapa yang
sedang dihadapinya, dll. Selain itu nafsu ini juga mempunyai sifat empati,
gampang iba dan belas kasihan terhadap sesama, suka menolong, dll. Nafsu
mulhimah secara bawaan lahir menempati lapisan pembungkus ketiga dari luar
setelah nafsu lawwamah sebagai pembungkus hati nurani dan cahaya nafsu ini
berwarna putih.
4. NAFSU MUTMAINAH
Firman Allah Ta’ala dalam AlQur’an :
Surat 89 (Al Fajr) ayat 27 Yg artinya :
Hai jiwa yang tenang
Nafsu mutmainah berasal dari
saripati tanah. Karena berasal dari saripati tanah maka nafsu ini mewarisi
sifat-sifat dari tanah.
Sifat-sifat dari tanah/bumi antara
lain adalah:
·
Tanah/bumi sering disakiti tapi
malah selalu memberi manfaat. Lihatlah tanah/bumi, di injak-injak, dicangkuli,
diambil isi perutnya (diambil hasil tambangnya), digunduli rambutnya (ditebangi
pohon-pohonnya), dirubah bentuknya (diratakan gunung-gunungnya) dan lain
sbgnya. Namun tanah tetap sabar. Oleh karena itu orang yg sudah mencapai
tingkatan sifat tanah/bumi atau nafsu mutmainah ini biasanya mempunyai sifat
yang sabar, rela menanggung beban orang lain dan lain-lain. Sifat lain dari
nafsu ini adalah selalu ingin beribadah terus sehingga terkadang yang lainnya
terlupakan. Nafsu mutmainah secara bawaan lahir menempati lapisan pembungkus
keempat dari luar setelah nafsu mulhimah sebagai pembungkus hati nurani dan
cahaya nafsu ini berwarna hitam.