KH. Ahmad Dahlan (1868 – 1923), dilahirkan di Kauman Yogyakarta pada tahun 1285 H / 1868 M dengan nama Muhammad Darwis. Tokoh ulama' pendiri Muhammadiyah, perjuangannya dalam berda'wah Islam lewat Muhammadiyah tak pernah luntur hingga wafat beliau di tahun 1923 M. Semboyan beliau yang masih dipegang teguh oleh aktivis Muhammadiyah sampai saat ini adalah : "Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup pada Muhammadiyah." Sepanjang hidup beliau berda'wah memberantas TBC (Tahayul Bid'ah Churofat) dan berusaha menciptakan masyarakat Islam dengan amal usaha.
Buya HAMKA (1908 – 1984), HAMKA adalah akronim dari Haji Abdul Malik Karim Amarullah. Beliau dilahirkan di Maninjau Sumatera Barat pada tanggal 16 Pebruari 1908. Tahun 1928 menjadi peserta muktamar Muhammadiyah di Solo dan sejak itu terus aktif di Muhammadiyah. Menjadi anggota PP Muhammadiyah mulai tahun 1953 – 1971 dan meninggal sebagai penasehat PP Muhammadiyah. Pada masa orde lama pernah aktif sebagai anggota Konstituante hasil pemilu I tahun 1955 mewakili partai Masyumi jawa Tengah. Sewaktu di penjara di masa orde lama belaiu menyelesaikan karyanya yang paling monumental yaitu tafsir Al Azhar. Ketika MUI terbentuk pada tahun 1957 beliau menjadi ketua umum yang pertama dan juga pada periode kedua pada tahun 1980, tetapi kemudian mengundurkan diri karena fatwanya tentang haramnya mengikuti natalan bersama ditentang oleh pemerintah.
Ki Bagus Hadikusumo (1890 – 1954), nama kecilnya Hidayat, lahir di Kauman Yogyakarta tanggal 24 Nopember 1890 dan wafat 3 September 1954 (usia 64 tahun). Menjadi ketua PP Muhammadiyah tahun 1942-1953. Menjadi anggota BPUPKI yang dibentuk pada tanggal 29 April 1945 dan menjadi salah satu dari 15 anggota yang menuntut agar Islam dijadikan sebagai dasar Negara. Beliau adalah tokoh Muhammadiyah yang gigih memperjuangkan untuk menginstitusionalisasikan syariat Islam di Indonesia. Sumbangan terbesar beliau untuk Republik Indonesia adalah ikut merumuskan kalimat "Ketuhanan yang Maha Esa dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" dalam Piagam Jakarta yang ditolak oleh utusan Kristen dari Indonesia Timur sehingga rumusannya berubah menjadi "Ketuhanan yang Maha Esa" sebagai sila I Pancasila.
Prof. Dr. H. Moh. Amin Rais, sejak reformasi tahun 1998 biasa juga disingkat MAR dan Bapak Reformasi, lahir di Solo pada tanggal 26 April 1944. Meraih gelar doktor pada tahun 1981 dari University of Chicago, AS dengan judul disertasi "The Moslem Brotherhood in Egypt : Its Rise, Demise and Resurgence" (Ikhwanul Muslimin di Mesir : Kelahiran, Keruntuhan dan Kebangkitannya Kembali). Juga dipercaya oleh beberapa tokoh penting (antara lain : Syafi'i Ma'arif, Ichlasul Amal, Yahya Muhaimin, Kuntowidjoyo, Sudjatmiko, Ahmad Baiquni, Bambang Sudibyo, Affan Gafar dan Mulyoto Djojomartono) untuk menjadi pimpinan Pusat Pengkajian Strategi Kebijakan (PPSK). Menjadi asisten ketua ICMI dan ketua Dewan Pakar ICMI (1991-1995). Menjadi pengisi tetap kolom Resonansi di Harian Umum Republika. Tulisannya tentang Freeport dan Busang di era Soeharto berkuasa sangat pedas mengkritik penguasa membuatnya terlempar dari kursi ketua Dewan pakar ICMI dan dicoret dari daftar calon anggota MPR tahun 1997. Dengan begitu banyaknya aktivitas, bagi MAR Muhammadiyah tetap yang nomor satu. Pada Periode 1990-1995 menjadi wakil ketua PP Muhammadiyah. Setelah Mukatamar ke 43 di Aceh tanggal 1-5 Juli 1995 terpilih sebagai ketua PP Muhammadiyah periode 1995-2000. Mendeklarasikan berdirinya Partai Amanat Nasional (PAN) pada tanggal 8 Agustus 1998 dan dipercaya menjadi nakhkoda PAN saat itu. Raihan suara 7,2% pada Pemilu 1999 membuatnya PAN menjadi 5 partai besar RI serta mengantarnya menjadi ketua MPR. MAR amat piawai sebagai King Maker dalam pentas politik nasional, misalnya membuat manuver politik dengan membentuk poros tengah sehingga LPJ Presiden BJ Habibie ditolak SU MPR tahun 1999, lalu menyebabkan Gus Dur terpilih sebagai R1 dan Megawati sebagai R2. Juga menjadi otak pelengseran Gus Dur dari kursi R1 karena kasus Buloggate, Brunaigate, pemecatan Kapolri, Monko Polkam dan Menko Kesra.
Dr. dr. Ahmad Watik Pratiknya, Watik panggilannya, dilahirkan di Banjarnegara pada tanggal 8 Pebruari 1948. Beliau seorang dokter yang doktor dan ahli anatomi serta seorang penceramah yang handal. Mulai aktif di Muhammadiyah tahun 1985 dan tercatat sebagai anggota Majelis Tabligh PP Muhammadiyah periode 1985-1990. Pada Muktamar Muhammadiyah ke 42 di Yogyakarta terpilih menjadi anggota 13 PP Muhammadiyah dan dipercaya sebagai Koordinator Bidang Pendidikan. Pada Muktamar ke 43 di Banda Aceh kembali masuk menjadi anggota 13 PP Muhammadiyah dan kali ini dipercaya sebagai Koordinator Bidang Pembina Kesehatan dan Kesejahteraan PP Muhammadiyah. Di lembaga profesi beliau pernah menjadi anggota Perhimpunan Ahli Anatomi Indonesia (AAI), International Assoctiation of Anatamist (IAA), International Assoctiation of Biomechanics, IDI. Di birokrat beliau pernah menjadi Sekretaris Wakil Presiden RI (9-9-1998 s/d 5-11-1999), Sekretaris Presiden B.J. Habibie dan Direktur Habibie Centre mulai 1999 – sekarang.
sumber dari : ariefsugianto503.