OBAT SAKIT HATI
“Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan
balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan
tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang
yang sabar. Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu
itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih
hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa
yang mereka tipu dayakan.”(QS An-Nahl [16]:126-127)
FIRMAN
ALLAH Dalam Surat (QS. Ali Imran [3] 133-134)
“Bersegeralah kamu dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya
untuk memperoleh ampunan yang besar dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas
langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.
(Yaitu) orang-orang yangmenafkahkan (hartanya), baik pada waktu lapang
maupun sempit, dan orang-orang yangMENAHAN AMARAHnya dengan sabar dan
memaafkan orang-orang yang menzalimi mereka. Ini adalah kebaikan yang disukai
oleh Allah dari orang yang mengerjakannya…”(QS. Ali Imran [3] 133-134)
FIRMAN
ALLAH Dalam Surat (QS Ali Imran [3]:186)
“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan
(juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang
diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan
Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika
kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan
yang patut diutamakan.”(QS Ali Imran [3]:186)
FIRMAN
ALLAH Dalam Surat ”(QS [4]:149)
“Jika kamu menyatakan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau
memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf
lagi Maha Kuasa.”(QS [4]:149)
FIRMAN
ALLAH Dalam Surat (QS Al-A’raf [7]:199-201)
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang
mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang
bodoh. Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan setan, maka berlindunglah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa
was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka
melihat kesalahan-kesalahannya.”(QS Al-A’raf [7]:199-201)
FIRMAN
ALLAH Dalam Surat
“…
hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa
Allah mengampunimu? (QS An-Nuur [24] : 22)
FIRMAN
ALLAH Dalam Surat
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu
agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu;
danagar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.”(QS Muhammad
[47]:31)
“…bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar.”(QS Al-Anfal [8]:46)
FIRMAN
ALLAH Dalam Surat
“…Sesungguhnya
hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa
batas.”(QS [39]:10)
FIRMAN
ALLAH Dalam Surat
“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang
mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar…”(QS [46]:35)
“Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah
mereka dengan cara yang baik.”(QS Al-Muzzammil [73]:10)
“Allah berfirman: “Wahai manusia! Telah datang kepadamu
peringatan dari Tuhanmu dan obat bagi hati. Lalu mengapa kamu tidak sudi
berbuat baik, kecuali kepada orang yang berbuat baik kepadamu, tidak mau
menyambung tali silaturahim, kecuali kepada orang yang mengunjungimu, tidak mau
bercakap-cakap kecuali kepada orang yang mau bicara kepadamu, tidak mau memberi
makan selain pada orang yang memberi makan kepadamu dan tidak mau menghormat
selain pada orang yang menghormatimu. Tidak ada keutamaan bagi seseorang yang
merasa lebih utama daripada orang lain.
Seorang Mukmin adalah
orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, yang
tetap berbuat baik terhadap orang yang melakukan keburukan kepadanya,
menyambung tali silaturahim, mengampuni orang yang berbuat salah
kepadanya, memenuhi janji pada orang yang mengkhianatinya, tetap
mau bicara dengan orang yang tidak mau akur pada dirinya, tetap menghormati
orang yang merendahkannya.
Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui pada semua perbuatanmu!”(Hadits
Qudsi Peringatan Kesepuluh, dalam Al-Mawa’idz fil Ahadis al-Qudsiyyah; Peringatan-peringatan
Ilahi Dalam Hadits Qudsy (Imam Al-Ghazali), 2005)
“Nabi Musa a.s bertanya kepada Allah,
“Ya Rabbi, siapakah di
antara hamba-Mu yang lebih mulia menurut Pandangan-Mu
?”
Allah menjawab,
“Orang yang apabila
berkuasa (menguasai musuhnya), ia mampu segera memaafkan”.
Ia tidak melampiaskan balas dendam atau sakit hatinya terhadap orang itu meski hanya sedikit saja, bahkan ia segera memaafkannya semata-mata hanya karena ALLAH “.
(Hadits Qudsi)
Ia tidak melampiaskan balas dendam atau sakit hatinya terhadap orang itu meski hanya sedikit saja, bahkan ia segera memaafkannya semata-mata hanya karena ALLAH “.
(Hadits Qudsi)
Rasulullah Saw bersabda :
“Sesungguhnya Allah, Maha Pengampun dan suka kepada orang yang
suka memberi ampun.”(Kanzul-’Ummal, 2/77), dan “Barangsiapa mau memberi maaf di
saat dia mampu (membalas), Allah akan mengampuni dosa-dosanya besok di hari
yang penuh dengan kesulitan.”(HR. al-Bukhari)
Rasulullah Saw bersabda,
”Tiga hal, aku menjamin demi Dia yang jiwaku berada dalam
genggaman-Nya apabila engkau sungguh menetapinya. Harta tidak akan berkurang
karena sedekah, maka bersedekahlah. Tiadalah seorang lelaki memberi
maaf(menahan diri dari tindakan menuntut balas) atas
kezaliman–terhadap dirinya–demi mengharap wajah Allah, melainkan
dengannya Allah akan memberi tambahan kemuliaan baginya di hari kiamat.
Tiadalah seseorang membuka pintu meminta-minta bagi dirinya, melainkan baginya
Allah akan membukakan pintu kefakiran.”
‘Uqbah ibn Amir berkata,”Suatu hari aku menemui Rasulullah Saw.
Dengan tiba-tiba aku mengejutkan beliau dan meraih tangannya,(Atau, dengan
tiba-tiba beliau mengejutkan aku dan meraih tanganku). Kemudian beliau
berkata,”Wahai ‘Uqbah, aku akan memberitahumu tentang akhlak dunia dan
akhirat yang paling utama. Engkau menyambungi orang yang telah memutus hubungan
denganmu, memberi kepada orang yang pelit kepadamu, memaafkan orang yang telah
menzalimimu.”
Rasulullah
Saw bersabda,”Musa a.s berucap,’Ya Rabb, siapakah hamba-Mu yang paling mulia
menurut-Mu?’ Lalu dijawab,’Orang yang memaafkan meski dia mampu membalas.’”
Oleh karena itu Abu al-Darda berkata ketika ditanya tentang orang yang paling
mulia,”Yaitu orang yang memaafkan meski dia mampu membalas. Maka kalian,
berikanlah pemaafan, Allah akan memuliakan kalian.
Anas
ibn Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda,”Bila hamba-hamba Allah
tengah di perhentian (mahsyar), ada penyeru yang berseru,’Orang yang punya hak
imbalan pada Allah harap bangkit dan silakan masuk surga.” Lalu
ditanyakan,”Siapa orang yang imbalannya ada pada Allah?” Rasulullah Saw
bersabda,”Orang-orang yang pemaaf terhadap sesama manusia.”
Yazid
ibn Maysarah berkata,”Jika engkau selalu berdoa memohonkan kecelakaan bagi
orang yang telah menzalimimu, Allah berfirman,’Sesungguhnya ada orang lain yang
berdoa memohonkan kecelakaan bagimu karena engkau telah menzaliminya. Jika
engkau mau, Aku akan mengabulkannya dan mengabulkan permohonan kecelakaan atas
dirimu. Namun jika engkau mau, Aku akan menangguhkan kalian berdua sampai hari
kiamat, hingga maaf dari-Ku menampung kalian berdua.”
Ibn
‘Umar meriwayatkan dari Abu Bakar,”Telah sampai kepada kami bahwa Allah menyuruh
seorang penyeru, lalu penyeru berseru,’Barangsiapa memiliki sesuatu (simpanan)
pada Allah, silakan berdiri.’ Maka berdirilah para ahli maaf, lalu Allah Swt
memberi mereka balasan hasil dari pemaafan mereka terhadap orang-orang.”
Al-Mubarak ibn Fadhalah berkata,”Suatu hari, Suwar ibn ‘Abdullah
dikirim sebagai utusan dari penduduk Bashrah kepada Abu Ja’far. Saat itu aku
sedang di sana. Tiba-tiba ada seorang lelaki dihadirkan, dan Abu Ja’far
memerintahkan untuk membunuhnya. Maka aku berkata,’Seorang lelaki muslim hendak
dibunuh di hadapanku.’ Kemudian aku berkata pada Abu Ja’far,’Maukah engkau
kuberitahu satu hadis yang pernah aku dengar dari Al-Husain?’ Abu Ja’far
berkata,’Apa hadisnya?’ Aku berkata,’Aku mendengar al-Husain berkata,’Bila
hari kiamat tiba, Allah mengumpulkan seluruh manusia di satu dataran di mana
mata bisa melihat mereka semua dan penyeru bisa memperdengarkan seruannya
kepada mereka. Lalu sang penyeru berdiri : Barangsiapa memiliki imbalan pada
Allah dan kemuliaan di sisi-Nya, silakan berdiri. Ternyata tidak ada yang
berdiri selain orang yang pemaaf.’ Abu Ja’far berkata,’Sumpah demi Allah,
engkau telah mendengarnya dari Al-Husain?’ Aku berkata,’Sungguh demi Allah, aku
telah mendengarnya dari Al-Husain.’ Maka Abu Ja’far pun memberikan perintah,’Bebaskan
dia.’”
Dalam
satu riwayat dikisahkan, seorang rahib datang menemui Hisyam ibn Abdul Malik.
Lalu Hisyam berkata kepada sang rahib,”Apakah engkau berpandangan bahwa Dzu
al-Qarnain adalah seorang nabi?” Sang rahib menjawab,”Tidak. Tetapi dia telah
diberi apa yang telah diberikan kepadanya, 4 perkara yang ada padanya. Kalaupun
mampu (menuntut balas), dia memaafkan. Apabila berjanji, dia memenuhinya.
Apabila berbicara, dia jujur. Dan dia tidak menimbun hasil kerja hari yang
sedang dialaminya untuk esok.”
“…jika kamu mengendalikan amarahmu, Sang Mahaadil juga akan
menarik kembali hukuman-Nya untuk dosa-dosamu yang bisa saja dihukum oleh murka
Ilahiah-Nya. Maafmu akan dibalas dengan ampunan-Nya bagimu. Adakah
keberuntungan yang lebih baik yang bisa diharapkan karena usaha menanggung
kesulitan yang disebabkan oleh saudara-saudaramu yang seiman?”-(Syaikh Al-Akbar
Ibnu Arabi)
Dalam kitab Ihya’ Ulumiddin 3/61, Imam Al-Ghazali berkata,”Sabar
adalah menerima dengan lapang dada hal-hal yang menyakitkan dan menyusahkan sertamenahan
amarah atas perlakuan kasar. Barangsiapa mengeluh bila
diperlakukan buruk oleh orang lain, maka hal itu menunjukkan masih buruknya
akhlak orang tersebut, karena akhlak yang mulia sesungguhnya adalah
menerima secara lapang dada semua bentuk perlakuan yang menyakitkan.”
“…tidak termasuk pemaaf bila seseorang
memberikan maaf kepada orang lain, namun hatinya masih dongkol dan
benci kepada orang yang melakukan kesalahan kepadanya, meskipun tidak sampai
merencanakan pembalasan.”(Ahmad al-Hufi, dalam “Min Akhlaaqin-Nabi”, hlm.
46)
“Memaafkan (al-’afw) adalah engkau memiliki hak untuk
membalas atau menghukum, tetapi engkau tidak melakukannya dan malah membebaskan
diri darinya, dan ini adalah inti hilm (kelemah lembutan) dan menahan marah (kazhmul-ghayzh).”
“Futuwwah (kejantanan) adalah kedudukan yang pada hakikatnya merupakan
kebajikan kepada manusia, tidak menyakiti mereka dan sabar dalam
menghadapi gangguan mereka, yang digunakan sebagai penunjang akhlak yang
baik dalam bergaul bersama mereka…Engkau juga harus melupakan gangguan
orang lain terhadap dirimu,agar hatimu menjadi bersih dan engkau
tidak melancarkan balasan atau kebencian kepadanya.”
“Seseorang
belumlah disebut memiliki futuwwah selama di dalam kalbunya masih ada rasa
dendam kesumat, karena sikap ini menunjukkan sifat seorang budak yang belum
sampai pada kelezatan kemerdekaan sebagai hamba Allah. Mana mungkin seseorang
disebut sebagai merdeka selama di dalam kalbunya penuh dengan bara angkara.”
(* Dikutip dari : [1] sub-judul “Pemaaf” dan “Lemah
Lembut”, dalam : Akhlak Rasul Menurut Bukhari dan Muslim; Abdul Mun’im
al-Hasyimi; 2009; [2] Madarijus-Salikin Manazili Iyyaka
Na’budu wa Iyyaka Nasta’in; Ibnu Qayyim Al-Jauziyah/ Madarijus Salikin,
Pendakian Menuju Allah, Penjabaran Kongkrit “Iyyaka Na’budu wa Iyyaka
Nasta’in”, 1998; [3] Menuju Muslim Kaffah, Menggali Potensi
Diri; Toto Tasmara; 2000;[4] Al-Mawa’idz fil Ahadis al-Qudsiyyah; Peringatan-peringatan
Ilahi Dalam Hadits Qudsy (Imam Al-Ghazali), 2005; [5] “Selamat
Sampai Tujuan-Panduan Bagi Penempuh Jalan Iman”, 2003; diterjemahkan oleh
Syaikh Tosun Bayrak al-Jerrahi, dari Kitab Kunh Ma la Budda minhu li
al-Murid (What the Seeker Needs)- Syaikh Al-Akbar Ibnu Arabi;
1997; [6] Kitab Tashfiyat al-Qulub min Daran al-Awzar wa
al-Dzunub; Pelatihan Lengkap Tazkiyatun Nafs; Syekh Yahya ibn Hamzah
al-Yamani; 2012)
Dari : Hening Darwis