Zikir , Tahlilan, dan Do'a
Umat islam diperintahkan oleh Allah dan rasulnya
untuk berzikir sebanyak-banyaknya baik pagi dan petang,dalam keadaan luang atau
sempit, dan dalam keadaan sendirian atau berjama’ah. Orang yang tidak mau
berzikir adalah orang yang sesat pengecut hawa nafsu dan tak pantas untuk
diikuti. Banyak dalil dalam al-qur’an dan hadist yang menganjurkan ummat islam
seluruhnya tanpa pandang bulu_pandang usia_pandang kedudukan untuk berzikir
berzikir kepada tuhannya.
Dalil Pertama
Allah berfirman dalam QS:Al-Ahzab 41- 42
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا
كَثِيرً . وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلا
“hai, sekalian orang mu’min, ingatlah Allah
sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah memuji Allah pagi dan petang”
Dalil Kedua
QS:An-Nisa 103
فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا
وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِكُمْ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلاةَ إِنَّ
الصَّلاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا (١٠٣)
“apabila
kamu telah selesai mengerjakan sembahyang, maka ingatlah Allah diwaktu berdiri
dan diwaktu berbaring”
Ayat diatas menyatakan bahwa zikir itu harus
dilakukan sesudah selesai sembahyang pada ketika berdiri, duduk dan
berbaring.
Ayat ini menyatakan dengan jelas salahnya fatwa
sebahagian muballigh dengan memfatwakan bahwa arti zikir dalam ayat-ayat zikir
itu adalah adalah sembahyang, karena pada ayat ini jelas dinyatakan “kalau kamu
telah selesai mengerjakan sembahyang”
Juga batal fatwa yang mengatakan bahwa maksud
zikir dalam ayat-ayat zikir ialah bertabligh,mengaji,berdiskusi,dan lain-lain
serupa, karena dalam ayat ini jelas dinyatakan bahwa zikir harus juga dilakukan
pada waktu berbaring.
Adakah orang yang
berpidato atau ceramah sambil berbaring ? tidak kan
Dalil Ketiga
QS:Ar-Ra’d :28
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ
أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Orang Mukmin akan tenteram hatinya ketika
mengingat Allah, Ingatlah Allah, karena dengan mengingat Allah hati akan
menjadi tentram
Dalil Keempat
QS : Taha – 124
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى (١٢٤)
“Barang
siapa yang tidak mau mengingat aku dia akan mendapatkan kehidupan yang sulit
dan diakhirat akan dikumpulkan bersama orang-orang yang buta”
Nah ayat ini mengecam orang yang tidak mau
berzikir kepada tuhan maka dia akan diber kehidupan yang “dhanka” (Gelisah) dan
diakhirat sebagai orang yang buta
Jelas sekali disebutkan Bahwa orang yang tidak mau berzikir Hidupnya akan "Dhanka" artinya:
1. Hidupnya tidak bisa tenang dan kesulitan akan menimpa dirinya
2. Rezki disempitkan
3. diakhirat dibangkitkan dalam keadaan buta
Dalil Kelima
QS: Al-Ahzab - ayat 35
وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا
عَظِيمًا
"Dan
bagi peria dan wanita yang banyak berzikir kepada Allah disediakan ampunan dan
pahala yang besar oleh Allah"
Dalil keenam
QS:Al-Baqarah : 152
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلا تَكْفُرُونِ (١٥٢)
"maka
ingatlah kepadaku supaya aku ingat pula kepadamudan bersyukurlah kamu dan
janganlah kamu menjadi orang kafir"
Nah jelaslah ayat diatas menunjukkan zikir kepada
Allah memasukkan kita kedalam golongan orang yang bersyukur atau berterima
kasih kepada Allah.
Dalil ketujuh
Rasulullah bersabda :
عن جا بر ابن عبد الله رضى
الله عنه : سمعت رسوالله صلى الله علىه وسلم ىقول : افضل الذ كر لا اله الله ه
dari jabir bin abdullah berkata: saya mendengar Rasulullah
Bersabda: zikir yang baik adalah kalimat "Lailahaillallah"(HR.Imam
Tirmdzi juzu'XIII halaman 274.
nah, maka baik sekali dan dianjurkan oleh agama agar setiap orang
islam mempebanyak dzikir khususnya Lailahaillallah
baik adalah kalimat
"Lailahaillallah"(HR.Imam Tirmdzi juzu'XIII halaman 274.
dalam hadis ini dapat diambil maksuddnya
1. Dzikir itu " membaca" Kalimat
2. kalimat dzikir yang paling baik adalah
Lailahaillallah
nah, maka baik sekali dan dianjurkan oleh agama
agar setiap orang islam mempebanyak dzikir khususnya Lailahaillallah
Dalil Kedelapan
لا تقوم السا عة حتى لا يبقى على وجه الارض من ىقول : الله الله
"tiada akan datang hari kiamat kecuali
kalau tidak ada lagi yang membaca Allah, Allah "(hadist Riwayat Imam
Muslim, Lihat Sahih muslim 1 Hal 73 Tanwirul Qidub Pagina 511)
Nyata dalam hadist ini membaca zikir kepada
Allah, adalah ibadah yang sangat penting, sehingga kiamat tidak akan datang
selama masih ada orang yang membaca Allah Allah. nampak juga dalam hadis ini
bahwa zikir bukan bartpidato atau bartabligh, tetapi membaca Allah,Allah
Dalil kesembilan
ماجلس
قوم مجلسا يذكورونالله عزوجل فيه فيقومون حتى يقوللهم : قوموا قد غفرالله
لكم وبدلت سيئا تكم حسنات : روه طبرني عن سهل بن ااحنظلية رضالله عنهز
dengan hadist diatas dapat dipahami dosa-dosa dan perbuatan buruk orang yang berzikir dimajelis zikir, diampuni oleh Allah dan diganti dengan berbagai kebaikan. maksudnya, nafs (jiwa) mereka akan bersih. pikiran-pikiran mereka yang kotor dan amal-amaliah mereka yang negatif menjadi amaliah yang positif. Ringkasnya mereka akan memperoleh pencerahan jiwa setiap kali mereka selesai berzikir di majelis zikir.
Dalil Kesepuluh
لايقعدو قوم يذكرونالله عزوجل الا خفتم الملائكة وغشيتهم الرحمة ونزلت عليهم السكينة وذكرهم الله فيمن عنده
روه مسلم والترمذي وابن ما جه عن ابى هريرة رضيالله عنه
Artinya :"
tidaklah duduk suatu kaum (menyebut) nama Allah A'zza wajalla melainkan
dinaungilah mereka oleh para malaikat , dipenuhi mereka oleh rahmat
Allah dan diberikan ketenangan kepada mereka, juga Allah menyebut-nyebut
nama mereka dihadapan malaikat yang ada disisinya (H.R. Imam Muslim,
imam tirmdzi, dan Imam Ibnu Majahdari abu hurairah r.a).
Dalam Hadis
yang tidak diragukan lagi kesahihannya ini, jelaslah dzikir secara
berjamaah ini sangat baik dan sangat banyak faidahny, yakni mereka oleh
para malaikat, dipenuhi rahmat Allah diberikan ketenangan batin dan
nama-nama mereka disebut-sebut oleh Allah dihadapan para malaikat
Dalil Kesebelas
يقو ل الله عز وجل يوم القيمة : سيعلم اهل الجمع من اهل الكرم فقيل ومن اهل الكرم يرسولالله , قا اهل الذكر . روه احمد و ابن حبان
artinya : "AllahAzza Wajalla akan berfirman pada hari kiamat, "semua golongan akan tahu siapakah yang paling mulia", Rasullullah Saw ditanya : "Siapakah golongan yang paling mulia itu, ya Rasulullah, Beliau menjawa."Golongan Majeli-Majelis zikir" . (H.R.Imam ahmad dan imam Ibnu hibban).
Dalil Dua Belas
Pujian dan doa Rasulullah Kepada sahabatnya yang bernama,"Abdullah bin Rawahah" Karena ia mencintai Majelis Zikir. Rasulullah bersabda:
يرحم الله ابن روحة انه يحب المجا لس التى تتبا ها بها الملئكة : روه احمد
artinya : "Semoga
Allah menyayangi ibu Rawahah, karena ia mencintai majelis zikir, yang
mana para malaikat bermegah-megahan dengan dengan majelis zikir itu
(H.R. Imam Ahmad)
Dalam
hadist ini dijelaskan barang siapa yang mencintai majelis zikir dan
dengan rajin menghadirinya, ia akan disayang oleh Allah SWT yang
bersifat Rahman dan Rahim
Dalil ketiga Belas
يا رسوالله ما غنيمة مجا لس الذكر , قال غنيمة مجالس الذكر الجنة : روه احمد با سند حسن
Artinya:"Ya,
Rasulullah, Apakah ganjaran (balasan) dari majelis zikir ?"Beliaupun
menjawab, "Ganjaran (balasan) majelis zikir adalah syurga." (H.R. imam
ahmad dengan sanad hasan)
Pendeknya kaum Ahlussunnah waljamaah seluruhnya
berpendapat bahwa zikir dan Do'a, adalah ibadah yang sangat tinggi harganya
dihadapan Allah Swt. oleh sebab itulah penduduk muslim indonesia yang berfaham
Ahlussunnah waljamaah sangat rajin berzikir dan berdoa pada tiap-tiap sudah
sembahyang baik sendiri atau berjamaah.
Akan tetapi masih ada banyak orang yang
merendahkan dzikir dengan fatwa ocehan-ocehan dengan mengatakan,Seperti:
1. membaca zikir adalah amalan orang kuno yang
tidak ada dasarnya dari qur'an dan hadis dan tidak dikerjakan pada zaman nabi.
arti zikir katanya :"
mengingat kebesaran tuhan cuma dalam hati, mengaji dan bertabligh, bukan duduk
bersama membaca kalimat Lailahaillallah.
2. ah. zikir-zikir saja, apakah zikir bisa
membuat perut jadi kenyang.
3. ah, do'a ke do'a saja apakah bumi bisa
bergeser dengan do'a
4. ah do'a ke do'a saja orang sudah sampai
kebulan kita masih saja berdo'a
dan .lain-lain ocehan
Lihat sekarang orang kalau
sudah selesai mengerjakan sembahyang jum'at, orang serempak pada berdiri,
buru-buru keluar tanpa zikir dan do'a
sesudah
sembahyang lima waktu orang tidak zikir dan berdaa lagi
orang-orang tidak lagi berdzikir dan berdoa dirumah karena dianggap amalan
amalan orang kuno
di kubur orang sudah tidak baca tahlilan
lagi diganti dengan pidato-pidato katanya kalau tahlilan di kubur bid,ah sesat,
dan tidak sampai pahalanya ke orang mati.
Dan saya akan melanjutkan pembahasan tentang zikir berjamaah, yang akan membuktikan bahwa zikir berjamaah adalah bukan hal yang sesat dan pelakunya masuk neraka.
Jama'ah dzikir merupakan
sekelompok orang yang melakukan berbagai amal ketaatan yang masuk pada kategori
dzikir, tanpa harus dipahami bahwa mereka melakukan itu dengan cara
bersama-sama, satu suara dan serempak.
Ini adalah masalah tata
bahasa. "Jamaah" dalam hal ini adalah kata benda, sedangkan
"berjamaah" adalah kata keterangan. Sebagaimana kalimat berikut,
Orang-orang
melakukan sholat maghrib berjamaah. Jamaah sholat maghrib itu bertakbir
bersama-sama.
Di sini, "jamaah sholat
maghrib" adalah subyek kalimat, dan "sholat maghrib berjamaah"
adalah obyek. Bedakah orang-orang yang melakukan sholat maghrib itu? Tidak. Maksudnya
sama, orang-orangnya sama. Perbedaan hanya pada posisi / letak
kata. Yang satu ..jamaah sholat maghrib .. sebagai kata benda (subyek
dalam kalimat), yg lain .. sholat maghrib berjamaah .. sebagai obyek
dan kata keterangan.
Dengan analogi yg sama,
tidak ada beda antara "orang-orang yang melakukan dzikir berjamaah"
dengan "jamaah dzikir". Kedua kata itu artinya sama, yaitu
bahwa jamaah dzikir adalah orang-orang yang melakukan dzikir berjamaah.
Tentang kata-kata ini,
" tanpa harus dipahami bahwa mereka melakukan itu dengan cara
bersama-sama, satu suara dan serempak. ", .. ehm
.. apakah ulama salafus shaleh, tabiin, tabiit tabiin, dan ulama2
sesudahnya yg berpendapat demikian. Di kitab mana kalimat
semakna ini termuat. Saya kira kata-kata itu hanyalah hasil angan-angan /
utak-atik penulis artikel saja.
Yang masuk kategori dzikrullah (dzikr kepada Allah subhanahu wata'ala) menurut para ulama di antaranya adalah majlis-majlis ilmu, halaqah al-Qur'an, bacaan tasbih, tahmid, tahlil, takbir dan semisalnya.
Setuju. Dzikir secara
umum berarti mengingat Allah. Termasuk menyebut kalimat-kalimat dzikir,
berdoa kepada-Nya, serta majelis-majelis yang membahas ilmu, yang mendekatkan
diri kita kepada-Nya.
....................,
Sedangkan dzikir berjama'ah dengan satu suara adalah sesuatu yang masih dipertanyakan,
kalau tidak dibilang sama sekali tidak memiliki dasar.
Dengan tanggapan kami pada,
bahwa jamaah dzikir adalah orang2 yg melakukan dzikir berjamaah, maka dzikir
berjamaah memiliki dasar yg kuat.
2. Memahami sighât
(Konteks) Jama 'sebagai Anjuran untuk Melakukannya secara Berjama'ah
Di antara
ayat yang dipahami sebagai anjuran dzikir berjama'ah adalah sebagai berikut,
artinya;
"(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata)," Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. "(QS. 3:191)
"(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata)," Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. "(QS. 3:191)
Ayat di atas, dianggap sebagai
dalil yang memungkinkan dzikir berjama'ah karena menggunakan sighât (konteks)
jama '(plural) yaitu yadzkuruna. Menurut mereka jama 'berarti banyak dan
banyak artinya bersama-sama.
Ayat di atas adalah
prioritas untuk mengingat Allah dalam keadaan bagaimanapun, baik dalam
kesendirian maupun saat bersama-sama, memikirkan tentang kebesaran Allah, serta
senantiasa untuk berdzikir kepada-Nya.
Dalil untuk dzikir
berjamaah, antara lain seperti berikut (ada di kitab Riyadus Shalihin,
terjemahan, Bab Keutamaan Majelis Dzikir)
Dari
Abu Hurairah ra. Dari Abu Sa'id ra., keduanya berkata, Rasulullah
saw. bersabda: "Tidakada suatu kaum yang duduk dalam suatu majelis
untuk dzikir kepada Allah kecuali mereka dikelilingi oleh malaikat, diliputi
rahmat, di turunkan ketenangan, dan mereka disebut-sebut Allah di hadapan
malaikat yang ada di sisi-Nya". (Riwayat Muslim)
Imam An-Nawawi dalam
syarah beliau mengatakan bahwa: "hadits ini menunjukkan tentang kelebihan
majelis-majelis dzikir dan kelebihan orang-orang yang berzikir, serta kelebihan
berkumpul untuk berzikir massal.
Ada yg bilang, itu
maksudnya adalah majelis yang membahas ilmu. Penafsiran itu tidak ada
salah, namun tidak dapat menafikan juga bahwa majelis itu adalah majelis yang
membaca kalimat-kalimat dzikir secara bersama-sama.
Membatasi secara mutlak
hanya pada majelis ilmu saja malah justru membantah mereka bahwa dzikir harus
dengan sirr. Dapatkah majelis membahas ilmu dilakukan secara sirr, dalam
hati masing-masing? Tidak mungkin.
Perhatikan pula hadits
berikut,
Dari Abu Hurairah ra. berkata,
rasulullahsaw. bersabda: "Sesungguhnya Allah Ta'ala memiliki
malaikat-malaikat yang berlalu-lalang di jalan untuk mencari majelis dzikir, di
mana bila mereka mendapatkan sesuatu kaum yang berdzikir kepada Allah 'azza
wajalla mereka memanggil malaikat-malaikat yang lain dengan berkata:"
Marilah ke sini menyaksikan apa yang kamu cari ", kemudian para malaikat
membentangkan sayapnya sampai ke langit dunia, lantas Tuhan bertanya kepada
mereka padahal Tuhan telah lebih mengetahui:" Apa yang diucapkan oleh
hamba-Ku? "
Malaikat itu berkata: "Mereka mensucikan-Mu, memuji- Mu mengagungkan-Mu ". Tuhanbertanya: "Apakah mereka pernah melihat Aku?"
Para malaikat menjawab: "Demi Allah, mereka belum pernah melihat Engkau".
Tuhan bertanya: "Bagaimana seandainya mereka pernah melihat Aku?"
Para malaikat menjawab: "Seandainya mereka pernah melihat Engkau niscaya mereka lebih giat beribadah kepada-Mu, lebih giat mengagungkan Engkau, dan lebih giat mensucikan Engkau ".
Tuhan bertanya: "Apakah yang mereka minta?"
Para malaikat menjawab: "Mereka meminta surga kepada-Mu".
Tuhan bertanya: "Apakah mereka pernah melihat surga?"
Para malaikat menjawab: "Demi Allah, wahai Tuhanku mereka belum pernah melihatnya".
Tuhan bertanya: "Bagaimana seandainya mereka pernah melihatnya?"
Para malaikat menjawab: "Seandainya mereka pernah melihatnya niscaya mereka lebih bersemangat untuk mencapainya, mereka lebih giat untuk memohonnya, dan mereka sangat mengharapkannya ".
Tuhan bertanya: "Dari apakah mereka berlindung diri?"
Malaikat menjawab: "Mereka berlindung diri dari api neraka".
Tuhan bertanya: "Apakah mereka pernah melihat neraka?"
Para malaikat menjawab: "Demi Allah, mereka belum pernah melihatnya".
Tuhan bertanya: "Bagaimana seandainya mereka pernah melihatnya?"
Para malaikat menjawab: "Seandainya mereka pernah melihatnya niscaya mereka lebih menjauhkan diri darinya dan mereka lebih takut terhadapnya".
Tuhan berfirman: "Maka saksikanlah olehmu bahwa Aku telah mengampuni dosa-dosa mereka ".
Ada salah satu malaikat yang berkata: "Di dalam majlis itu ada si Fulan, seseorang yang bukan termasuk anggota dzikir, ia datang di situ karena ada sesuatu kepentingan".
Tuhan berfirman: "Mereka semua adalah termasuk ahli dzikir, di mana tidak ada seorangpun yang duduk di situ akan mendapatkan kecelakaan / siksaan ". (Riwayat Bukhari dan Muslim).
Malaikat itu berkata: "Mereka mensucikan-Mu, memuji- Mu mengagungkan-Mu ". Tuhanbertanya: "Apakah mereka pernah melihat Aku?"
Para malaikat menjawab: "Demi Allah, mereka belum pernah melihat Engkau".
Tuhan bertanya: "Bagaimana seandainya mereka pernah melihat Aku?"
Para malaikat menjawab: "Seandainya mereka pernah melihat Engkau niscaya mereka lebih giat beribadah kepada-Mu, lebih giat mengagungkan Engkau, dan lebih giat mensucikan Engkau ".
Tuhan bertanya: "Apakah yang mereka minta?"
Para malaikat menjawab: "Mereka meminta surga kepada-Mu".
Tuhan bertanya: "Apakah mereka pernah melihat surga?"
Para malaikat menjawab: "Demi Allah, wahai Tuhanku mereka belum pernah melihatnya".
Tuhan bertanya: "Bagaimana seandainya mereka pernah melihatnya?"
Para malaikat menjawab: "Seandainya mereka pernah melihatnya niscaya mereka lebih bersemangat untuk mencapainya, mereka lebih giat untuk memohonnya, dan mereka sangat mengharapkannya ".
Tuhan bertanya: "Dari apakah mereka berlindung diri?"
Malaikat menjawab: "Mereka berlindung diri dari api neraka".
Tuhan bertanya: "Apakah mereka pernah melihat neraka?"
Para malaikat menjawab: "Demi Allah, mereka belum pernah melihatnya".
Tuhan bertanya: "Bagaimana seandainya mereka pernah melihatnya?"
Para malaikat menjawab: "Seandainya mereka pernah melihatnya niscaya mereka lebih menjauhkan diri darinya dan mereka lebih takut terhadapnya".
Tuhan berfirman: "Maka saksikanlah olehmu bahwa Aku telah mengampuni dosa-dosa mereka ".
Ada salah satu malaikat yang berkata: "Di dalam majlis itu ada si Fulan, seseorang yang bukan termasuk anggota dzikir, ia datang di situ karena ada sesuatu kepentingan".
Tuhan berfirman: "Mereka semua adalah termasuk ahli dzikir, di mana tidak ada seorangpun yang duduk di situ akan mendapatkan kecelakaan / siksaan ". (Riwayat Bukhari dan Muslim).
Disebutkan
bahwa malaikat mencari-cari majelis dzikir. Disebutkan pula bahwa
orang-orang yang berada di dalam majelis dzikir itu adalah orang-orang yang
membaca tasbih, takbir, tahlil dan tahmid, dan mereka juga mengajukan
permohonan kepada Allah di dalam majelis itu.("Yusabbihuunaka, wa
yukabbirunaka, wa yuhalliluunaka, wa yuhammiduunaka, wa yas'aluunaka")
Maka
tidak salah apabila kemudian ada ummat yang membentuk majelis-majelis
dzikir. Majelis dzikir seperti ini adalah majelis yang penuh
berkah. Bahkan ketika ada orang yang "kebetulan hadir di dalam
majelis tersebut karena ada kebutuhan lain", maka dia ikut mendapatkan
keberkahannya.
3. Memahami Dalil Umum dengan Pemahaman Khusus
Di antara dalil umum yang
menyebutkan tentang keutamaan dzikir yaitu sebagaimana yang diriwayatkan dari
Salman al-Farisi radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu' alaihi
wasallam bergabung dalam salah satu jama'ah dzikir.
Di dalam hadits tersebut
memang disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bergabung dalam
jama'ah dzikir, tetapi riwayat ini masih bersifat umum, tidak menyentuh pada
kaifiyat (tata cara) pelaksanaan dzikir. Tidak dijelaskan bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam memimpin dzikir lalu ditirukan oleh para sahabat,
atau mereka melakukannya bersama-sama dengan satu suara tanpa komando dari
Rasulullah shallallahu' alaihi wasallam, atau bagaimana?
Berikut saya kutipkan
tentang salah satu kisah Rasulullah saw mengucap dzikir bersama-sama dengan
para sahabat. Dikutip dari Majelis Rasulullah sebagaimana link yang
ditampilkan di atas.
1). Para
sahabat berdoa bersama Rasul saw dengan melantunkan syair (Qasidah / Nasyidah)
di saat menggali khandaq (parit) Rasul saw dan sahabat2 Radhiyallhu? Anhum
bersenandung bersama sama dengan ucapan: "HAAMIIIM LAA YUNSHARUUN
..".(Kitab Sirah Ibn Hisyam Bab Ghazwat Khandaq). Ibn Hisyam adalah
seorang ulama dari generasi Tabi'in, generasi pertama sesudah sahabat.
2). Saat
membangun Masjidirrasul saw: para sahabat bersemangat sambil bersenandung:
"Laa 'Iesy illa' Iesyul akhirah, Allahummarham Al Anshar wal
Muhaajirah" setelah mendengar ini maka Rasul saw pun segera mengikuti
ucapan mereka seraya bersenandung dengan semangat: "Laa 'Iesy illa' Iesyul
akhirah , Allahummarham Al Anshar wal Muhajirah .. "(Sirah Ibn Hisyam
Bab Hijraturrasul saw-bina 'masjidissyarif hal 116)
Tentang penggunaan dalil
umum, tidak ada dalil yang melarang untuk menggunakan dalil-dalil yang bersifat
umum, selama tidak melanggar syariat. Pelarangan ini tidak berdasar dan
justru melanggar syariat, karena mengharamkan yang halal. Pelarangan
secara mutlak inilah yg merupakan bid'ah sesat itu sendiri.
Sebagai contoh,
perhatikan dalil keutamaan salah satu kalimat dzikir berikut. Dari Abu
Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda,
"Dua
kalimat yang ringan diucapkan, berat dalam timbangan, sangat dicintai oleh Allah
Yang Maha Pengasih, yaitu:" Subhanallahi wa bihamdihi. Subhanallahil
'Azhim. "(Bukhari-Muslim).
Dalil ini telah memayungi
secara umum untuk diterapkan kapanpun, di manapun, dan berapa
kalipun. Sendiri-sendiri atau bersama-sama.
Ketika ada seseorang
ingin mengamalkannya, ia membiasakan diri mengucapkannya 1x setiap sebelum
tidur. Orang itu mengamalkan ilmu yg diketahuinya, berharap
ridlo-Nya. Berharap semoga dzikirnya itu menjadi tabungan amal kelak di
akhirat.
Hanya seorang yang jahil yang mengatakan, "Ini adalah bid'ah sesat yang nyata ... pelakunya masuk neraka. Tidak ada contoh Nabi saw mengucapkan kalimat itu sebelum tidur ".
Ketidakjelasan tentang
bagaimana pelaksanaan dzikir ini menunjukkan bahwa mereka melakukannya tidak dengan
berjama'ah, namun masing-masing berdzikir atau berdo'a sendiri-sendiri.
.............................................
Klaim itu adalah
penafsiran sendiri. Siapakah ulama salafus shaleh yg menafsirkan
demikian? Tidak ada. Ketidakjelasan pelaksanaan dzikir memungkinkan
kita
berdzikir bersama-sama atau sendiri-sendiri. Pelarangan
terhadap salah satunya adalah bid'ah sesat. Karena mengharamkan hal yg
dibolehkan.
Keutamaan dzikir
berjamaah telah ditampilkan di atas. Jika orang-orang berdzikir secara
berjamaah, adalah otomatis mereka membaca dzikir bersama-sama. Ada adab
majelis, selain itu juga menambahkan kekusyu'an. Dapatkah Anda bayangkan
jika ada orang membaca dzikirnya sendiri yg berbeda dengan bacaan
jamaah. Itu pastilah mengganggu.
Tentang dipimpin oleh
seorang ustadz, itu adalah termasuk untuk menambahkan kekusyu'an juga, biar
serentak. Selain itu juga untuk mengajarkan kepada orang-orang yang masih
awam, belum hafal. Membid'ahkan hal ini adalah sesuatu yang
naif. Mengajarkan dzikir pasti dengan dipimpin.
Di samping itu, telah
kita ketahui bahwa doa adalah bagian dari dzikir. Di dalam ayat-ayat Al
Qur'an banyak sekali doa-doa yang bersifat jamak (untuk bersama-sama) bukan
tunggal (sendirian). Jika dzikir bersama-sama adalah haram, maka doa bersama-sama
adalah juga haram. Maka beranikah para anti dzikir berjamaah ini mengganti
semua doa-doa yang bersifat jamak di dalam Al Qur'an menjadi bersifat
tunggal. Dhomir Nahnu menjadi ANA. Niscaya mereka selain termasuk
orang yang melarang perintah Allah, juga termasuk perubah Ayat
Al-qur'an. Na'udzubillah
4. Menganggap Cara Baru
dalam Ibadah sebagai Bid'ah Hasanah
......................................................
Sedangkan sabda Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam yang berbunyi, "kullu bid'atin
dhalalah," maka yang dimaksudkan adalah hal baru dalam ibadah atau
syari'at. Maka seluruh hal yang baru dalam urusan ibadah adalah sesat,
karena tidak ada seorang pun yang berhak membuat tata cara atau bentuk
peribadatan di dalam Islam, siapa pun orangnya. Termasuk di dalamnya
menentukan tata cara berdzikir kepada Allah subhanahu wata'ala, menentukan
jenis bacaan, bilangan bacaan dan waktu pelaksanaannya.
Dzikir bersama yang
berkembang akhir-akhir ini, kalau kita cermati ternyata merupakan perkara baru
dalam Islam, baik dari sisi cara pelaksanaannya yang dilakukan secara
bersama-sama dengan dipimpin seorang pemandu, atau dari sisi bilangannya yakni
membaca kalimat ini sekian puluh, atau ratus, atau ribu kali dan juga terkadang
dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu seperti malam Tahun Baru Hijriyah dan
lain sebagainya. Sedangkan ibadah dikatakan benar dan memenuhi kriteria
ittiba '(meneladani Rasulullah shallallahu' alaihi wasallam) apabila sesuai
dengan petunjuk beliau dari sisi sebab, tata cara, waktu, jumlah, jenis dan
tempatnya. Dan segala sesuatu yang tidak pernah dikhususkan oleh
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam maka kita pun tidak bisa
mengkhususkannya juga. (Ibnu Djawari)
Tidak setiap yang baru
harus bid'ah sesat. Imam Syafi'i telah menjelaskan, ada bid'ah syayyi'ah
dan bid'ah hasanah. Dan dzikir adalah hal ibadah ghairu mahdah.___Kutipan Saya Jika ada Dholalah pasti ada hasanah____
Perhatikan pula pada
hadits Mu'adz berikut,
Rasulullah
SAW ketika mengutus Mu'adz ke Yaman, maka beliau bersabda:
"Bagaimana engkau menghukum?." Muadz berkata: "Aku akan menghukumi dengan apa yang ada di dalam Kitabullah." Beliau bersabda: "Maka jika tidak ada dalam Kitabullah?." Muadz menjawab: "Maka dengan sunnah Rasulullah." Beliau berkata lagi: "Maka jika tidak ada dalam sunnah Rasulullah?." Mu'adz menjawab: "Aku akan berijtihad dengan pikiranku." Rasulullah SAW bersabda: "Segala puji bagi Allah yang tela hmemberi taufiq utusan Rasulullah SAW. "(HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Darami)
"Bagaimana engkau menghukum?." Muadz berkata: "Aku akan menghukumi dengan apa yang ada di dalam Kitabullah." Beliau bersabda: "Maka jika tidak ada dalam Kitabullah?." Muadz menjawab: "Maka dengan sunnah Rasulullah." Beliau berkata lagi: "Maka jika tidak ada dalam sunnah Rasulullah?." Mu'adz menjawab: "Aku akan berijtihad dengan pikiranku." Rasulullah SAW bersabda: "Segala puji bagi Allah yang tela hmemberi taufiq utusan Rasulullah SAW. "(HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Darami)
Hadits ini diterima dan
dipergunakan hujah oleh sebagian besar para ulama ahli hadits dan ahli ushul fiqh. Perhatikan
bagaimana ketika sahabat Muadz itu menemukan hal-hal yang tak diketemukan di Al
Qur'an dan sunnah Rasul. Ia tidak mem-vonis semuanya sbg bid'ah
sesat.Namun menelitinya terlebih dahulu dengan pikirannya. Rasulullah saw
pun menyetujuinya.
Tentang istilah tata cara
baru ibadah, saya tak paham apa yang dimaksud tata cara ibadah? Kalau yang
dimaksud adalah persyaratan, maka tidak ada ketentuan ketentuan yang baru
selain dari yang telah disyariatkan. Misal menutup aurat, bersuci untuk
membaca al qur'an, dll.
Kalau yang dimaksud tata
cara adalah rukun-rukunnya, maka tidak ada penetapan rukun-rukun di dalam
dzikir berjamaah ini. Bacaan sekian kali, dan pengucapan kalimat Allah
yang berurutan adalah untuk kebersamaan, bukan sebagai rukun atau tata cara
yang harus demikian.Kebersamaan akan menambah kekusyu'an.
Tanyakanlah pada ustadz
yang memimpin jamaah dzikir itu, apakah penetapan syariat dzikir yang
baru? Bahwa kalau tidak sesuai dengan itu maka dzikirnya tidak
sah? Tidak ada. Jadi ini hanya angan-angan para anti dzikir jamaah
saja. Dan berdasar angan-angan itu mereka membid'ah sesatkan.
Kalau sekarang keadaan
dibalik.
Misal, Anda mempelajari
kalimat-kalimat dzikir kepada ustadz Anda. Dijelaskan pada bacaan-bacaan
dzikir di dalam al Qur'an dan hadits2 Nabi saw. Ketika si murid tak paham,
dan minta dipraktekkan. Maka ustadz Anda mempraktekkannya, Anda menirukan,
teman-teman Anda juga menirukan. Ustadz Anda mengulang-ulang, murid-murid
pun mengikutinya.
Jika Anda mengatakan dzikir berjamaah adalah bid'ah sesat, maka jamaah pengajian Anda itupun melakukan bid'ah sesat pula.
Nah,dengan penjelasan diatas Timbul pertanyaan ?
Apakah do'a, bacaan Al-Qur'an, Zikir, tahlil dan shadaqoh itu pahalanya akan sampai kepada orang mati?
Jawaban saya Pasti Sampai.
Memang sih
ada dari saudara-saudara kita yang islam Ortodoks, memandang zikir,
tahlilan, dan doa kepada orang yang sudah meninggal adalah suatu
bid,ah.
Singkat
jawaban saya terhadap orang yang berpendapat bahwa mendoakan orang
meninggal adalah suatu yang bid'ah dan tidak sampai kepada si Mayyit.
saya menjawab dengan Ekstrim "Kalo sampean udah meninggal nanti, mau
dido'akan atau tidak" .....!
Tapi ada alasan yang lebih rasional saya ambil dari al-qur'an dan as-sunnah
Dikampung
saya Lombok umumnya dan khusunya desa Mamben. zikir, tahlilan shalawatan
dan barzanji pada malam jum'at merupakan suatu ibadah yang tidak bisa
ditinggalkan, karena perbuatan tersebut sangat tinggi nilainya dihadapan
Allah Swt. silahkan anda buka artikel keutamaan zikir, shalawat dan
faedahnya.
Zikir yang termasyhur Dilombok ada dua Yaitu :
1. Aurodul Maroqiah
dikarang oleh Tuan guru mamben (TGH.Zaenuddin Arsyad)
2. Hiziban (hizib) : dikarang oleh tuan guru Pancor (TGH.Zaenuddin Abd.Madjid)
Dan orang-orang yang sudah mengamalkan zikir ini merasakan manfaatnya dunia dan akhirat.
Dalam hal
ini ada segolongan yang yang berkata bahwa do'a, bacaan Al-Qur'an,
tahlil dan shadaqoh tidak sampai pahalanya kepada orang mati dengan
alasan dalilnya, sebagai berikut:
وَأَنْ لَيْسَ لِلإنْسَانِ إِلا مَا سَعَى (٣٩)
" Dan tidaklah bagi seseorang kecuali apa yang telah dia kerjakan ". (QS An Najm 53: 39)
Juga hadits Nabi MUhammad SAW:
اِذَامَاتَابْنُ ادَمَاِنْقَطَعَعَمَلُهُ اِلاَّمِنْثَلاَثٍصَدَقَةٍجَارِيَةٍ اَوْعِلْمٍيُنْتَفَعُ بِهِ اَوْوَلَدٍصَالِحٍ يَدْعُوْلَهُ
Apakah
anak Adam mati, putuslah segala amal perbuatannya kecuali tiga hal;
shadaqoh jariyah, ilmu yang dimanfa'atkan, dan anak yang sholeh yang
mendo'akan dia. "
Mereka sepertinya, hanya secara letterlezk (harfiyah)
memahami kedua dalil di atas, tanpa menghubungkan dengan dalil-dalil
lain. Sehingga kesimpulan yang mereka ambil, do'a, bacaan Al-Qur'an,
shadaqoh dan tahlil tidak berguna untuk orang mati. Pemahaman itu
bertentangan dengan banyak ayat dan hadits Rasulullah SAW beberapa di
antaranya:
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا
اغْفِرْ لَنَا وَلإخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي
قُلُوبِنَا غِلا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ (١٠)
" Dan
orang-orang yang datang setelah mereka, berkata: Yaa Tuhan kami,
ampunilah kami dan ampunilah saudara-saudara kami yang telah mendahului
kami dengan beriman. "(QS Al-Hasyr 59: 10)
Dalam hal ini hubungan orang mu'min dengan orang mu'min tidak putus dari Dunia sampai Akherat.
وَلِلْمُؤْمِنِيْنَوَاْلمُؤْمِنتِ وَاسْتَغْفِرْلِذَنْبِكَ
" Dan mintalah engkau ampun (Muhammad) untuk dosamu dan dosa-dosa mu'min laki dan perempuan. "(QS Muhammad 47: 19)
Rasulullah bersabda
" Bertanya
seorang laki-laki kepada Nabi SAW; Ya Rasulullah sesungguhnya ibu saya
telah mati, apakah berguna bagi saya, seandainya saua bersedekah
untuknya? Rasulullah menjawab; yaa berguna untuk ibumu. "(HR Abu Dawud).
Dan
masih banyak pula dalil-dalil yang memperkuat bahwa orang mati masih
mendapat manfa'at do'a perbuatan orang lain. Ayat ke 39 Surat An-Najm di
atas juga dapat diambil maksud, bahwa secara umum yang menjadi hak
seseorang adalah apa yang ia kerjakan, sehingga seseorang tidak
menyandarkan kepada perbuatan orang, tetapi tidak berarti menghilangkan
perbuatan seseorang untuk orang lain.
Di
dalam Tafsir ath-Thobari jilid 9 juz 27 dijelaskan bahwa ayat tersebut
diturunkan tatkala Walid ibnu Mughirah masuk Islam diejek oleh orang
musyrik, dan orang musyrik tadi berkata; " Kalau engkau kembali kepada agama kami dan memberi uang kepada kami, kami yang menanggung siksaanmu di akherat ".
Maka
Allah SWT menurunkan ayat di atas yang menunjukan bahwa seseorang tidak
bisa menanggung dosa orang lain, untuk seseorang apa yang telah
dikerjakan, bukan berarti menghilangkan pekerjaan seseorang untuk orang
lain, seperti do'a kepada orang mati dan lain-lainnya.
Dalam Tafsir ath-Thobari juga dijelaskan, dari sahabat ibnu Abbas; bahwa ayat tersebut telah di-mansukhatau digantikan hukumnya:
" Dari
sahabat Ibnu Abbas dalam firman Allah SWT Tidaklah bagi seseorang
kecuali apa yang telah dikerjakan, kemudian Allah menurunkan ayat surat
At-Thuur; 21.
وَالَّذِينَ
آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ
وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
(٢١)
"Dan
orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka
dalam keimanan, kami pertemukan anak cucu mereka dengan mereka, maka
Allah memasukkan anak kecil ke surga karena kebaikan orang tua. "
orang
yang sudah meninggal bukan berarti dia lepas dari segala urusan bahkan
dijelaskan dalam hadist.orang yang meninggal itu di fitnah selama 7
hari. dan kita tidak tau apa yang menimpanya dialam sana apakah baik
atau buruk yang menimpanya. maka dari itu kita sebagai umat islam di
anjurkan saling mendoakan kepada saudara-saudara kita yang hidup maupun
yang sudah meninggal.
para ulama 'telah sepakat bahwa mayyit mendapat manfa'at dari do'a dan amal shaleh orang yang hidup.
sumber
http://bajangkmangi.blogspot.com/