Wujud dan Sifat Allah SWT
Pembahasan ini merupakan pembahasan yang wajib diketahui
oleh setiap muslim, sebagaimana wajibnya seorang muslim untuk mengenal
Tuhannya, Allah swt. Pembahasan ini merupakan pengantar dari kajian Ilmu Tauhid
(Keesaan Allah swt.).Disamping sebagai penyempurna Tugas 1 PAI di Akprind Yk,
Diharapkan kajian ini juga dapat membuat seorang hamba dapat lebih mengenal
dirinya sebagai hamba dan bagaimana seharusnya bersikap sebagai hamba, dan juga
lebih mengenal Tuhannya, Allah swt., sehingga mengetahui bagaimana ia bersikap
di hadapan Tuhannya serta beribadah sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya
menurut apa yang disukai-Nya.
Sebagai contoh dari harapan pembahasan ini adalah mengenal
(salah satu) Sifat Allah swt.bahwa Dia adalah Maha Besar; dan sebaliknya bahwa
manusia penuh dengan kelemahan. Setelah mengetahuinya diharapkan seorang hamba
akan dapat merasakan kebesaran Allah swt dan merasakan kelemahan dirinya
sehingga tidak ada lagi padanya sifat sombong, merasa hebat, merasa besar,
merasa paling benar dan sebagainya.
A. Mengetahui Wujud Allah(مَعْرِفَةُ وُجُوْدِ اللهِ)
Bagaimana kita dapat mengetahui wujud Allah swt.? Bila Anda
melihat mobil bergerak di depan Anda dari jauh, atau menyaksikan pesawat
terbang melintas di udara, maka dengan yakin Anda mengatakan bahwa pasti ada
sopir yang menyetir mobil dan ada pilot yang mengendalikan pesawat meskipun
Anda tidak melihat mereka berdua. Karena jika yang mengendalikan mobil atau
pesawat itu tidak ada, mustahil mobil atau pesawat itu dapat melalui rutenya
dengan selamat.
Bagaimana kaitannya dengan wujud Allah? Jawabnya, kita
melihat matahari, bulan, bintang dan planet bergerak teratur, malam dan siang
berganti dengan keteraturan yang amat detil. Mungkinkah mereka ada dan bergerak
sendiri?Tidak diragukan lagi bahwa semuanya telah diciptakan dan diatur oleh
Allah swt.Jika Allah tidak ada – kita memohon ampun kepada-Nya – mustahil
matahari, bulan, bintang-bintang, planet, siang, dan malam menjadi ada dan
bertahan dengan pergerakannya yang amat teratur. Dengan demikian pula tidak
akan ada makhluk yang sangat tergantung dengan mereka semua.
Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka
yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit
dan bumi itu?; Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).
(52:35-36).
Wujud Allah telah dibuktikan oleh fitrah, akal, syara’ dan
indera.
1. Dalil Fitrah.
Bukti fitrah tentang wujud Allah adalah bahwa iman kepada
sang Pencipta merupakan fitrah setiap makhluk, tanpa terlebih dahulu berpikir
atau belajar. Tidak akan berpaling dari tuntutan fitrah ini, kecuali orang yang
di dalam hatinya terdapat sesuatu yang dapat memalingkannya. Rasulullah
bersabda:
مَا
مِنْ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ
يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ.
“Semua bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah.Ibu
bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, Kristen, atau Majusi. ” (HR. Al Bukhari)
Ketika seseorang melihat makhluk ciptaan Allah yang
berbeda-beda bentuk, warna, jenis dan sebagainya, akal akan menyimpulkan adanya
semuanya itu tentu ada yang mengadakannya dan tidak mungkin ada dengan
sendirinya. Dan panca indera kita mengakui adanya Allah di mana kita melihat
ada orang yang berdoa, menyeru Allah dan meminta sesuatu, lalu Allah
mengabulkannya.
Adapun tentang pengakuan fitrah telah disebutkan oleh Allah
di dalam Al-Qur’an:
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu menurunkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu’ Mereka menjawab: ‘ (Betul Engkau
Tuhan kami) kami mempersaksikannya (Kami lakukan yang demikian itu) agar kalian
pada hari kiamat tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya kami bani Adam adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan-Mu) atau agar kamu tidak
mengatakan: ‘Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan
sejak dahulu sedangkan kami ini adalah anak-anak keturunan yang datang setelah
mereka.’” (QS. Al A’raf: 172-173).
Ayat ini merupakan dalil yang sangat jelas bahwa fitrah
seseorang mengakui adanya Allah dan juga menunjukkan, bahwa manusia dengan
fitrahnya mengenal Rabbnya.Adapun bukti syari’at, kita menyakini bahwa syari’at
Allah yang dibawa para Rasul yang mengandung maslahat bagi seluruh makhluk,
menunjukkan bahwa syari’at itu datang dari sisi Dzat yang Maha Bijaksana.
(Lihat Syarah Aqidah Al Wasithiyyah Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin hal
41-45)
2. Dalil Al Hissyi (Dalil Indrawi)
Bukti indera tentang wujud Allah dapat dibagi menjadi dua:
a. Kita dapat mendengar dan menyaksikan terkabulnya doa
orang-orang yang berdoa serta pertolongan-Nya yang diberikan kepada orang-orang
yang mendapatkan musibah. Hal ini menunjukkan secara pasti tentang wujud Allah.
Allah berfirman:
“Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika dia berdoa dan
Kami memperkenankan doanya, lalu Kami selamatkan dia beserta keluarganya dari
bencana yang besar.” (Al Anbiyaa 76)
“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabbmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu…” (Al Anfaal 9)
“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabbmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu…” (Al Anfaal 9)
Anas bin Malik berkata, “Pernah ada seorang Badui datang
pada hari Jum’at. Pada waktu itu Nabi tengah berkhutbah.Lelaki itu berkata,
“Hai Rasul Allah, harta benda kami telah habis, seluruh warga sudah
kelaparan.Oleh karena itu mohonkanlah kepada Allah untuk mengatasi kesulitan
kami.” Rasulullah lalu mengangkat kedua tangannya dan berdoa.Tiba-tiba awan
mendung bertebaran bagaikan gunung-gunung.Rasulullah belum turun dari mimbar,
hujan turun membasahi jenggotnya. Pada hari Jum’at yang kedua, orang Badui atau
orang lain berdiri dan berkata, “Hai Rasul Allah, bangunan kami hancur dan
harta benda pun tenggelam, doakanlah akan kami ini (agar selamat) kepada Allah.
” Rasulullah lalu mengangkat kedua tangannya, seraya berdoa: “Ya Rabbku,
turunkanlah hujan di sekeliling kami dan janganlah Engkau turunkan sebagai
bencana bagi kami. ”Akhirnya beliau tidak mengisyaratkan pada suatu tempat,
kecuali menjadi terang (tanpa hujan). ” (HR. Al Bukhari)
b. Tanda-tanda para Nabi yang disebut mu’jizat, yang dapat
disaksikan atau didengar banyak orang merupakan bukti yang jelas tentang
keberadaan Yang Mengutus para Nabi tersebut, yaitu Allah, karena hal-hal itu
berada di luar kemampuan manusia. Allah melakukannya sebagai pemerkuat dan
penolong bagi para Rasul.
Ketika Allah memerintahkan Nabi Musa untuk memukul laut
dengan tongkatnya, Musa memukulkannya, lalu terbelahlah laut itu menjadi dua
belas jalur yang kering, sementara air di antara jalur-jalur itu menjadi
seperti gunung-gunung yang bergulung. Allah berfirman, yang artinya: “Lalu Kami
wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu.” Maka terbelahlah
lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar. ” (Asy
Syu’ara 63)
Contoh kedua adalah mu’jizat Nabi Isa ketika menghidupkan
orang-orang yang sudah mati; lalu mengeluarkannya dari kubur dengan ijin Allah.
“…dan aku menghidupkan orang mati dengan seijin Allah…” (Al
Imran 49)
“…dan (ingatlah) ketika kamu mengeluarkan orang mati dari
kuburnya (menjadi hidup) dengan ijin-Ku…” (Al Maidah 110)
Contoh ketiga adalah mu’jizat Nabi Muhammad ketika kaum
Quraisy meminta tanda atau mu’jizat.Beliau mengisyaratkan pada bulan, lalu
terbelahlah bulan itu menjadi dua, dan orang-orang dapat menyaksikannya. Allah
berfirman tentang hal ini, yang artinya: “Telah dekat (datangnya) saat (Kiamat)
dan telah terbelah pula bulan. Dan jika mereka (orang-orang musyrik) melihat
suatu tanda (mu’jizat), mereka berpaling dan berkata: “ (Ini adalah) sihir yang
terus-menerus. ” (Al Qomar 1-2)
Tanda-tanda yang diberikan Allah, yang dapat dirasakan oleh
indera kita itu adalah bukti pasti wujud-Nya.
3. Dalil ‘Aqli (dalil akal pikiran)
Bukti akal tentang adanya Allah adalah proses terjadinya
semua makhluk, bahwa semua makhluk, yang terdahulu maupun yang akan datang,
pasti ada yang menciptakan. Tidak mungkin makhluk menciptakan dirinya sendiri,
dan tidak mungkin pula tercipta secara kebetulan. Tidak mungkin wujud itu ada
dengan sendirinya, karena segala sesuatu tidak akan dapat menciptakan dirinya
sendiri. Sebelum wujudnya tampak, berarti tidak ada.
Lihatlah sekeliling anda dari tempat duduk anda. Akan anda
dapati bahwa segala sesuatu di ruang ini adalah “buatan”: dindingnya sendiri,
pelapisnya, atapnya, kursi tempat duduk anda, gelas di atas meja dan
pernak-pernik tak terhitung lainnya. Tidak ada satu pun yang berada di ruang
anda dengan kehendak mereka . Gulungan tikar sederhana pun dibuat oleh
seseorang: mereka tidak muncul dengan spontan atau secara kebetulan.
Begitu pula, orang yang memandang suatu pahatan tidak sangsi
sama sekali bahwa pahatan ini dibuat oleh seorang pemahat. Hal ini bukan
mengenai karya seni saja: batu bata yang bertumpukan pun pasti dikira oleh
siapa saja bahwa tumpukan batu bata sedemikian itu disusun oleh seseorang
dengan rencana tertentu. Karena itu, di mana saja yang terdapat suatu
keteraturan, entah besar entah kecil, pasti ada penyusun dan pelindung
keteraturan ini. Jika pada suatu hari seseorang berkata dan menyatakan bahwa
besi mentah dan batu bara bersama-sama membentuk baja secara kebetulan, yang
kemudian membentuk Menara Eiffel secara lagi-lagi kebetulan, tidakkah ia dan
orang yang mempercayainya akan dianggap gila?
Pernyataan teori evolusi, suatu metode unik penyangkal
keberadaan Allah, tidak berbeda daripada ini.Menurut teori ini, molekul-molekul
anorganik membentuk asam-asam amino secara kebetulan, asam-asam amino membentuk
protein-protein secara kebetulan, dan akhirnya protein-protein membentuk makhluk
hidup secara lagi-lagi kebetulan. Akan tetapi, kemungkinan pembentukan makhluk
hidup secara kebetulan ini lebih kecil daripada kemungkinan pembentukan Menara
Eiffel dengan cara yang serupa, karena sel manusia bahkan lebih rumit daripada
segala struktur buatan manusia di dunia ini.
Bagaimana mungkin mengira bahwa keseimbangan di dunia ini
timbul secara kebetulan bila keserasian alam yang luar biasa ini pun bisa
teramati dengan mata telanjang?Pernyataan bahwa alam semesta, yang semua
unsurnya menyiratkan keberadaan Penciptanya, muncul dengan kehendaknya sendiri
itu tidak masuk akal.
Karena itu, pada keseimbangan yang bisa dilihat di mana-mana
dari tubuh kita sampai ujung-ujung terjauh alam semesta yang luasnya tak
terbayangkan ini pasti ada pemiliknya.Jadi, siapakah Pencipta ini yang
mentakdirkan segala sesuatu secara cermat dan menciptakan semuanya?
Ia tidak mungkin Dzat material yang hadir di alam semesta
ini, karena Ia pasti sudah ada sebelum adanya alam semesta dan menciptakan alam
semesta dari sana. Pencipta Yang Maha Kuasa, Dialah yang mengadakan segala
sesuatu, sekalipun keberadaan-Nya tanpa awal atau pun akhir.
Agama mengajari kita identitas Pencipta kita yang
keberadaannya kita temukan melalui akal kita. Melalui agama yang diungkapkan
kepada kita, kita tahu bahwa Dia itu Allah, Maha Pengasih dan Maha Pemurah,
Yang menciptakan langit dan bumi dari kehampaan.
Meskipun kebanyakan orang mempunyai kemampuan untuk memahami
kenyataan ini, mereka menjalani kehidupan tanpa menyadari hal itu.Bila mereka
memandang lukisan pajangan, mereka takjub siapa pelukisnya.Lalu, mereka
memuji-muji senimannya panjang-lebar perihal keindahan karya seninya.Walau ada
kenyataan bahwa mereka menghadapi begitu banyak keaslian yang menggambarkan hal
itu di sekeliling mereka, mereka masih tidak mengakui keberadaan Allah,
satu-satunya pemilik keindahan-keindahan ini.Sesungguhnya, penelitian yang
mendalam pun tidak dibutuhkan untuk memahami keberadaan Allah.Bahkan seandainya
seseorang harus tinggal di suatu ruang sejak kelahirannya, pernak-pernik bukti
di ruang itu saja sudah cukup bagi dia untuk menyadari keberadaan Allah.
Tubuh manusia menyediakan begitu banyak bukti yang mungkin
tidak terdapat di berjilid-jilid ensiklopedi.Bahkan dengan berpikir beberapa
menit saja mengenai itu semua sudah memadai untuk memahami keberadaan
Allah.Tatanan yang ada ini dilindungi dan dipelihara oleh Dia.
Tubuh manusia bukan satu-satunya bahan pemikiran.Kehidupan
itu ada di setiap milimeter bidang di bumi ini, entah bisa diamati oleh manusia
entah tidak.Dunia ini mengandung begitu banyak makhluk hidup, dari organisme
uniseluler hingga tanaman, dari serangga hingga binatang laut, dan dari burung
hingga manusia.Jika anda menjumput segenggam tanah dan memandangnya, di sini
pun anda bisa menemukan banyak makhluk hidup dengan karakteristik yang
berlainan. Di kulit anda pun, terdapat banyak makhluk hidup yang namanya tidak
anda kenal. Di isi perut semua makhluk hidup terdapat jutaan bakteri atau
organisme uniseluler yang membantu pencernaan.Populasi hewan di dunia ini jauh
lebih banyak daripada populasi manusia.
Jika kita juga mempertimbangkan dunia flora, kita lihat
bahwa tidak ada noktah tunggal di bumi ini yang tidak mengandung
kehidupan.Semua makhluk ini yang tertebar di suatu bidang seluas lebih daripada
jutaan kilometer persegi itu mempunyai sistem tubuh yang berlainan, kehidupan
yang berbeda, dan pengaruh yang berbeda terhadap keseimbangan
lingkungan.Pernyataan bahwa semua ini muncul secara kebetulan tanpa maksud atau
pun tujuan itu gila-gilaan.Tidak ada makhluk hidup yang muncul melalui kehendak
atau upaya mereka sendiri.Tidak ada peristiwa kebetulan yang bisa menghasilkan
sistem-sistem yang serumit itu.
Semua bukti ini mengarahkan kita ke suatu kesimpulan bahwa
alam semesta berjalan dengan “kesadaran” (consciousness) tertentu. Lantas, apa
sumber kesadaran ini? Tentu saja bukan makhluk-makhluk yang terdapat di
dalamnya.Tidak ada satu pun yang menjaga keserasian tatanan ini.Keberadaan dan
keagungan Allah mengungkap sendiri melalui bukti-bukti yang tak terhitung di
alam semesta. Sebenarnya, tidak ada satu orang pun di bumi ini yang tidak akan
menerima kenyataan bukti ini dalam hati sanubarinya. Sekalipun demikian, mereka
masih mengingkarinya “secara lalim dan angkuh, kendati hati sanubari mereka
meyakininya” sebagaimana yang dinyatakan dalam Al Qur’an. (Surat An-Naml: 14)
Semua makhluk tidak mungkin tercipta secara kebetulan,
karena setiap yang diciptakan pasti membutuhkan pencipta. Adanya
makhluk-makhluk itu di atas undang-undang yang indah, tersusun rapi, dan saling
terkait dengan erat antara sebab-musababnya dan antara alam semesta satu sama
lainnya. Semua itu sama sekali menolak keberadaan seluruh makhluk secara
kebetulan, karena sesuatu yang ada secara kebetulan, pada awalnya pasti tidak
teratur.
Kalau makhluk tidak dapat menciptakan diri sendiri, dan
tidak tercipta secara kebetulan, maka jelaslah, makhluk-makhluk itu ada yang
menciptakan, yaitu Allah Rabb semesta alam.
Allah menyebutkan dalil aqli (akal) dan dalil qath’i dalam
surat Ath Thuur: “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka
yang menciptakan (diri mereka sendiri)?” (Ath Thuur 35)
Dari ayat di atas tampak bahwa makhluk tidak diciptakan
tanpa pencipta, dan makhluk tidak menciptakan dirinya sendiri.Jadi jelaslah,
yang menciptakan makhluk adalah Allah.
Ketika Jubair bin Muth’im mendengar dari Rasulullah yang
tengah membaca surat Ath Thuur dan sampai kepada ayat-ayat ini: “Apakah mereka
diciptakan tanpa sesuatu pun, ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka
sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? Sebenarnya
mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). Ataukah di sisi mereka ada
perbendaharaan Rabbmu atau merekakah yang berkuasa?” (Ath Thuur 35-37)
“Ia, yang tatkala itu masih musyrik berkata, “Hatiku hampir
saja terbang.Itulah permulaan menetapnya keimanan dalam hatiku. ” (HR. Al
Bukhari)
Dalam hal ini kami ingin memberikan satu contoh. Kalau ada
seseorang berkata kepada Anda tentang istana yang dibangun, yang dikelilingi
kebun-kebun, dialiri sungai-sungai, dialasi oleh hamparan karpet, dan dihiasi
dengan berbagai perhiasan pokok dan penyempurna, lalu orang itu mengatakan
kepada Anda bahwa istana dengan segala kesempurnaannya ini tercipta dengan
sendirinya, atau tercipta secara kebetulan tanpa pencipta, pasti Anda tidak
akan mempercayainya, dan menganggap perkataan itu adalah perkataan dusta dan
dungu. Kini kami bertanya pada Anda, masih mungkinkah alam semesta yang luas
ini beserta apa-apa yang berada di dalamnya tercipta dengan sendirinya atau
tercipta secara kebetulan?!
4. Dalil Naqli (Dalil Syara’)
Bukti syara’ tentang wujud Allah bahwa seluruh kitab langit
berbicara tentang itu.Seluruh hukum yang mengandung kemaslahatan manusia yang
dibawa kitab-kitab tersebut merupakan dalil bahwa kitab-kitab itu datang dari
Rabb yang Maha Bijaksana dan Mengetahui segala kemaslahatan makhluknya.
Berita-berita alam semesta yang dapat disaksikan oleh realitas akan
kebenarannya yang didatangkan kitab-kitab itu juga merupakan dalil atau bukti
bahwa kitab-kitab itu datang dari Rabb yang Maha Kuasa untuk mewujudkan apa
yang diberitakan itu.
Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an?Kalau
kiranya Al Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat
pertentangan yang banyak di dalamnya. (QS. 4:82)
Demikian juga adanya para Rasul dan agama yang bersesuaian
dengan kemaslahatan umat manusia menunjukkan adanya Allah, karena tidak mungkin
ada agama dan Rasul kecuali ada yang mengutusnya.Akan tetapi agama-agama yang
ada selain Islam telah mengalami penyimpangan dan perubahan sehingga mereka
menyimpang dari jalan yang lurus.
Setelah kita mengenal dan mengimani keberadaan Allah
sebagaimana telah dijelaskan diatas, maka perlu kita kenali Allah sebagai Rabb
yang telah menciptakan, memiliki dan mengatur semua makhluknya, Dialah
satu-satunya pencipta yang mengadakan sesuatu dari ketiadaan, Allah berfirman:
Allah pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak
(untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan
kepadanya:”Jadilah”. Lalu jadilah ia. (QS. 2:117)
Dialah satu-satunya pemilik sebagaimana Dia adalah
satu-satunya pencipta, demikian juga Dia pengatur satu-satunya yang mengatur
segala sesuatu. Semua ini diakui oleh kaum musyrikin Makkah, sebagaimana
diberitakan dalam Al Qur’an: Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu
dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan
penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang
mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan.”
Maka mereka menjawab: “Allah.” Maka katakanlah: “Mengapa kamu tidak bertaqwa
(kepada-Nya)?” (QS. 10:31)
Katakanlah: “Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada
padanya, jika kamu mengetahui” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah”.
Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak ingat?” Katakanlah: “Siapakah Yang Empunya
langit yang tujuh dan Yang Empunya ‘Arsy yang besar?” Mereka akan menjawab:
“kepunyaan Allah”. Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak bertaqwa?” Katakanlah:
“Sipakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia
melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu
mengetahui?” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah.” Katakanlah: “(Kalau
demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?” (QS. 23:84-89)
Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka :”Siapakah yang
menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: “Allah”, maka bagaimanakah mereka
dapat dipalingkan (dari menyembah Allah). (QS. 43:87)
Ini semua menunjukkan imannya kaum musyrikin terhadap
Rububiyah Allah, akan tetapi hal ini tidak cukup untuk menyelamatkan mereka.
Memang demikianlah, sebab mereka belum merealisasikan iman mereka terhadap
Allah sebagai satu-satunya sesembahan.
5. Dalil Sejarah.
Adalah dalil-dalil kekuasaan dan keagungan Allah yang
diambil dari peristiwa-peristiwa yang telah berlaku di atas muka bumi.
• Q. 3:137, Sesungguhnya telah lalu beberapa peraturan
(Allah) sebelum kamu, maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah
bagaimana akibatnya orang-orang yang mendustakan agama.
• Q. 7:176, Demikianlah umpamanya kaum yang mendustakan
ayat-ayat Kami. Sebab itu kisahkanlah kisah itu, mudah-mudahan mereka berpikir.
• Q. 12:111, Sesungguhnya dalam kisah-kisah mereka itu ada
ibrah (pengajaran) bagi orang-orang yang berakal.
• Q. 11:120, Setiap riwayat kami kisahkan kepadamu di antara
perkhabaran para Rasul supaya Kami tenteramkan hatimu dengannya.
6. Mengagungkan Allah dan
MenTauhidkan Allah.
Dari semua dalil-dalil yang dapat dilihat di atas itu adalah
berfungsi menguatkan pandangan kita betapa keagungan Allah swt begitu luar
biasa dan menundukkan kita sendiri di hadapan keagungan ini.Langsung
mencetuskan Tauhidullah yang luar biasa.
• Q. 21:92, Sesungguhnya ini, ummat kamu (hai mukminin)
ummat yang satu dan Aku Tuhanmu, sebab itu sembahlah Aku.
Pembuktian Wujud Tuhan
1. Metode Pembuktian Ilmiah
Tantangan zaman modern terhadap agama terletak dalam
masalah metode pembuktian.Metode ini mengenal hakikat melalui percobaan dan
pengamatan, sedang akidah agama berhubungan dengan alam di luar indera, yang
tidak mungkin dilakukan percobaan (agama didasarkan pada analogi dan
induksi).Hal inilah yang menyebabkan menurut metode ini agama batal, sebab
agama tidak mempunyai landasan ilmiah.
Sebenarnya sebagian ilmu modern juga batal, sebab juga
tidak mempunyai landasan ilmiah.Metode baru tidak mengingkari wujud sesuatu,
walaupun belum diuji secara empiris.Di samping itu metode ini juga tidak
menolak analogi antara sesuatu yang tidak terlihat dengan sesuatu yang telah
diamati secara empiris. Hal ini disebut dengan “analogi ilmiah” dan dianggap
sama dengan percobaan empiris.
Suatu percobaan dipandang sebagai kenyataan ilmiah,
tidak hanya karena percobaan itu dapat diamati secara langsung.Demikian pula
suatu analogi tidak dapat dianggap salah, hanya karena dia analogi. Kemungkinan
benar dan salah dari keduanya berada pada tingkat yang sama.
Percobaan dan pengamatan bukanlah metode sains yang
pasti, karena ilmu pengetahuan tidak terbatas pada persoalan yang dapat diamati
dengan hanya penelitian secara empiris saja.Teori yang disimpulkan dari
pengamatan merupakan hal-hal yang tidak punya jalan untuk mengobservasi.Orang
yang mempelajari ilmu pengetahuan modern berpendapat bahwa kebanyakan pandangan
pengetahuan modern, hanya merupakan interpretasi terhadap pengamatan dan
pandangan tersebut belum dicoba secara empiris.Oleh karena itu banyak sarjana
percaya padanya hakikat yang tidak dapat diindera secara langsung. Sarjana mana
pun tidak mampu melangkah lebih jauh tanpa berpegang pada kata-kata seperti:
“Gaya” (force), “Energy”,
“alam” (nature), dan “hukum
alam”. Padahal tidak ada seorang sarjana pun yang mengenal apa itu: “Gaya,
energi, alam, dan hukum alam”. Sarjana tersebut tidak mampu memberikan
penjelasan terhadap kata-kata tersebut secara sempurna, sama seperti ahli
teologi yang tidak mampu memberikan penjelasan tentang sifat Tuhan. Keduanya
percaya sesuai dengan bidangnya pada sebab-sebab yang tidak diketahui.
Dengan demikian tidak berarti bahwa agama adalah “iman
kepada yang ghaib” dan ilmu pengetahuan adalah percaya kepada “pengamatan
ilmiah”.Sebab, baik agama maupun ilmu pengetahuan kedua-duanya berlandaskan
pada keimanan pada yang ghaib.Hanya saja ruang lingkup agama yang sebenarnya
adalah ruang lingkup “penentuan hakikat” terakhir dan asli, sedang ruang lingkup
ilmu pengetahuan terbatas pada pembahasan ciri-ciri luar saja.Kalau ilmu
pengtahuan memasuki bidang penentuan hakikat, yang sebenarnya adalah bidang
agama, berarti ilmu pengetahuan telah menempuh jalan iman kepada yang ghaib.
Oleh sebab itu harus ditempuh bidang lain.
Para sarjana masih menganggap bahwa hipotesis yang
menafsirkan pengamatan tidak kurang nilainya dari hakikat yang diamati. Mereka
tidak dapat mengatakan: Kenyataan yang diamati adalah satu-satunya “ilmu”
dan semua hal yang berada di luar kenyataan bukan ilmu, sebab tidak dapat
diamati. Sebenarnya apa yang disebut dengan iman kepada yang ghaib oleh orang
mukmin, adalah iman kepada hakikat yang tidak dapat diamati. Hal ini tidak
berarti satu kepercayaan buta, tetapi justru merupakan interpretasi yang
terbaik terhadap kenyataan yang tidak dapat diamati oleh para sarjana.
2. Keberadaan Alam Membuktikan Adanya Tuhan
Adanya alam serta organisasinya yang menakjubkan dan
rahasianya yang pelik, tidak boleh tidak memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu
kekuatan yang telah menciptakannya, suatu “Akal” yang tidak ada batasnya.Setiap
manusia normal percaya bahwa dirinya “ada” dan percaya pula bahwa alam ini
“ada”.Dengan dasar itu dan dengan kepercayaan inilah dijalani setiap bentuk
kegiatan ilmiah dan kehidupan.
Jika percaya tentang eksistensi alam, maka secara
logika harus percaya tentang adanya Pencipta Alam. Pernyataan yang mengatakan:
<<Percaya adanya makhluk, tetapi menolak adanya Khaliq>> adalah
suatu pernyataan yang tidak benar. Belum pernah diketahui adanya sesuatu yang
berasal dari tidak ada tanpa diciptakan.Segala sesuatu bagaimanapun ukurannya,
pasti ada penyebabnya. Oleh karena itu bagaimana akan percaya bahwa alam
semesta yang demikian luasnya, ada dengan sendirinya tanpa pencipta?
3. Pembuktian Adanya Tuhan dengan Pendekatan Fisika
Sampai abad ke-19 pendapat yang mengatakan bahwa alam
menciptakan dirinya sendiri (alam bersifat azali) masih banyak pengikutnya.
Tetapi setelah ditemukan “hukum kedua termodinamika” (Second law of Thermodynamics),
pernyataan ini telah kehilangan landasan berpijak.
Hukum tersebut yang dikenal dengan hukum keterbatasan
energi atau teori pembatasan perubahan energi panas membuktikan bahwa adanya
alam tidak mungkin bersifat azali.Hukum tersebut menerangkan bahwa energi panas
selalu berpindah dari keadaan panas beralih menjadi tidak panas.Sedang
kebalikannya tidak mungkin, yakni energi panas tidak mungkin berubah dari
keadaan yang tidak panas menjadi panas.Perubahan energi panas dikendalikan oleh
keseimbangan antara “energi yang ada” dengan “energi yang tidak ada”.
Bertitik tolak dari kenyataan bahwa proses kerja kimia
dan fisika di alam terus berlangsung, serta kehidupan tetap berjalan. Hal itu
membuktikan secara pasti bahwa alam bukan bersifat azali. Seandainya alam ini
azali, maka sejak dulu alam sudah kehilangan energinya, sesuai dengan hukum
tersebut dan tidak akan ada lagi kehidupan di alam ini. Oleh karena itu pasti
ada yang menciptakan alam yaitu Tuhan.
4. Pembuktian Adanya Tuhan dengan Pendekatan Astronomi
Benda alam yang paling dekat dengan bumi adalah bulan,
yang jaraknya dari bumi sekitar 240.000 mil, yang bergerak mengelilingi bumi
dan menyelesaikan setiap edarannya selama dua puluh sembilan hari sekali.
Demikian pula bumi yang terletak 93.000.000.000 mil dari matahari berputar pada
porosnya dengan kecepatan seribu mil per jam dan menempuh garis edarnya
sepanjang 190.000.000 mil setiap setahun sekali.Di samping bumi terdapat gugus
sembilan planet tata surya, termasuk bumi, yang mengelilingi matahari dengan
kecepatan luar biasa.
Matahari tidak berhenti pada suatu tempat tertentu,
tetapi ia beredar bersama-sama dengan planet-planet dan asteroid mengelilingi
garis edarnya dengan kecepatan 600.000 mil per jam. Di samping itu masih ada
ribuan sistem selain “sistem tata surya” kita dan setiap sistem mempunyai
kumpulan atau galaxy sendiri-sendiri.Galaxy-galaxy tersebut juga beredar pada
garis edarnya.Galaxy dimana terletak sistem matahari kita, beredar pada
sumbunya dan menyelesaikan edarannya sekali dalam 200.000.000 tahun cahaya.
Logika manusia dengan memperhatikan sistem yang luar
biasa dan organisasi yang teliti, akan berkesimpulan bahwa mustahil semuanya
ini terjadi dengan sendirinya, bahkan akan menyimpulkan bahwa di balik semuanya
itu ada kekuatan maha besar yang membuat dan mengendalikan sistem yang luar
biasa tersebut, kekuatan maha besar tersebut adalah Tuhan.
Metode pembuktian adanya Tuhan melalui pemahaman dan
penghayatan keserasian alam tersebut oleh Ibnu Rusyd diberi istilah “dalil
ikhtira”. Di samping itu Ibnu Rusyd juga menggunakan metode lain yaitu “dalil
inayah”. Dalil ‘inayah adalah metode pembuktian adanya Tuhan melalui pemahaman
dan penghayatan manfaat alam bagi kehidupan manusia (Zakiah Daradjat,
1996:78-80).
B. Mengenal sifat-sifat Allah swt (مَعْرِفَةُ صِفَاتِ اللهِ)
Bagaimana kita mengenal sifat Allah? Kita dapat mengenal
sifat Allah swt melalui:
• التَّفْكِيْرُ
فِي مَخْلُوقَاتِ اللهِTafakkur (memikirkan) ciptaan Allah.
• التَّعَلُّمُ
مِنْ رُسُلِهِBelajar dari ajaran yang dibawa para rasul
Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman.Dan pada
penciptakan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di
muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini.
(45:3-4).
Apa maksudnya kita dapat mengenal sifat Allah melalui
tafakkur terhadap ciptaan-Nya? Bila Anda memperhatikan sebuah mobil, Anda dapat
memastikan bahwa:
• Logam yang ada pada mobil itu menunjukkan kepada Anda
bahwa pembuat mobil tersebut memiliki logam dan kemampuan membentuk logam
menjadi bentuk yang sesuai untuk mobil.
• Kaca yang Anda lihat menunjukkan bahwa pembuat mobil itu
memiliki kaca serta kemampuan untuk membentuk kaca sesuai kebutuhan mobil
(jendela, kaca depan, dll..).
• Begitu pula dengan kabel tembaga …
• Yang tidak kalah penting bahwa mobil tersebut menunjukkan
bahwa pembuatnya mempunyai kehendak, dan ilmu untuk membuat mobil.
Apa hubungan antara contoh tadi dengan mengenal sifat Allah
swt? Beberapa sifat pembuat mobil dapat kita ketahui melalui produk mobilnya,
begitu pula dengan Allah swt (bagi-Nya permisalan yang maha agung, Dia tidak
seperti makhluk-Nya) kita dapat mengetahui sebagian sifat-sifat Allah swt
melalui tafakkur terhadap ciptaan-Nya.
• Bahwa hikmah (maksud & manfaat) dari setiap makhluk
yang diciptakan menunjukkan bahwa Penciptanya memilki sifat Al-Hakim (Maha
Bijaksana).
• Bahwa khibrah (ketelitian dan kedalaman) dari penciptaan
semua makhluk menunjukkan bahwa Penciptanya memiliki sifat Al-Khabir (Maha
dalam dan detil pengetahuan-Nya).
Mungkinkah kita mengetahui seluruh sifat-sifat Allah swt
melalui tafakkur terhadap ciptaan-Nya?Tidak mungkin.Mengapa? Bila kita berpikir
tentang sebuah mobil, kita mengetahui bahwa pembuatnya memiliki kemampuan, ilmu,
ketelitian dan kehendak, dan bahwa ia memiliki materi untuk membuat mobil
berupa logam, kaca, dll.. Tapi kita tahu apakah ia dermawan atau bakhil? Tinggi
atau pendek?Menyukai kita atau membenci kita, adil atau zhalim?
Demikian juga kita tidak mungkin mengenal semua sifat Allah
swt hanya dengan tafakkur, misalnya mengapa Allah menciptakan kita?Dan Mengapa
Dia mematikan kita? Kita juga tidak mungkin tahu bahwa Allah adalah:
المَعْبُودُAl-ma’bud
(yang wajib diibadahi),
القُدُّوسُAl-quddus (Maha Suci),
الأَعْلَى (Maha Tinggi),
الحَسِيْبُ (Maha Menghitung),
الغَفُورُ(Maha Pengampun).
القُدُّوسُAl-quddus (Maha Suci),
الأَعْلَى (Maha Tinggi),
الحَسِيْبُ (Maha Menghitung),
الغَفُورُ(Maha Pengampun).
Lalu bagaimana kita mengenal sifat Allah swt yang belum kita
ketahui? Melalui para rasul ‘alaihimus salam yang telah mengajarkan kepada kita
apa yang dikehendaki Allah untuk kita ketahui.
“dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah
melainkan apa yang dikehendaki-Nya.” (2:255).
C. Kesimpulan (الخُلاَصَةُ)
• Mobil dan pesawat terbang yang bergerak terarah sesuai
rutenya menunjukkan adanya supir atau pilot
• Matahari, bulan, bintang, planet, malam dan siang yang
bergerak teratur pasti menunjukkan adanya Zat yang Maha Mengatur, Allah swt.
• Seandainya Allah swt tidak ada, maka alam semesta ini
pasti tidak ada.
• Bahwa mobil yang terdiri dari bahan pembentuknya
menunjukkan bahwa pembuatnya memiliki semua bahan-bahan itu, bahwa ia memilki
kehendak, ilmu dan kemampuan untuk membuat mobil dengan baik.
• Alam semesta yang sempurna menunjukkan bahwa Allah
memiliki semua sifat-sifat kesempurnaan, manfaat dan hikmah yang dimiliki
setiap makhluk menunjukkan bahwa Dia adalah AL-Hakim (Maha Bijaksana), kekuatan
yang dimiliki oleh makhluk sebagai bukti bahwa Dia Maha Kuat.
• Allah swt mengutus kepada kita rasul-Nya untuk mengajarkan
hal-hal yang tidak dapat kita ketahui hanya melalui tafakkur, seperti perintah
& larangan-Nya, apa saja yang Dia ridhai atau murkai.
Sumber:
http://www.dakwatuna.com/2008/02/21/406/wujud-dan-sifat-allah/#ixzz2hrBr6fY1
Forum Islam.com
www.wikipedia.org