KISAH NABI ISA A.S.
Matahari tampak akan
tenggelam, angin pun bertiup sepoi-sepoi di sekitar pepohonan. Harum semerbak
mulai memenuhi mihrab Maryam. Bau itu menembus jendela mihrab dan mengepakkan
sayapnya di sekeliling gadis perawan yang khusyuk dalam solat tanpa seorang pun
mendengar suaranya. Maryam merasa bahawa udara dipenuhi dengan bau harum yang
mengagumkan. Ia kembali melakukan solatnya dengan khusyuk dan mengungkapkan
syukur kepada Allah SWT.
Seekor burung hinggap
di jendela mihrab. Ia mengangkat paruhnya ke atas dan mengarahkan ke matahari
serta mengepakkan kedua sayapnya lalu ia terjun ke air dan mandi di dalamnya.
Kemudian ia terbang ringan di sekitamya. Maryam ingat bahawa beliau lupa untuk
menyirami pohon mawar yang tumbuh secara tiba-tiba di tengah dua batu yang
tumbuh di luar masjid. Maryam menyelesaikan solatnya lalu ia keluar dari mihrab
dan menuju pohon. Belum selesai beliau siap-siap untuk keluar sehingga para
malaikat memanggilnya:
"Hai Maryam,
sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas
segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)." (QS. Ali 'Imran: 42)
Maryam berhenti dan
tampak wajahnya yang pucat dan semakin bertambah. Mihrab itu dipenuhi dengan
kalimat-kalimat para malaikat yang memancarkan cahaya. Maryam merasa bahawa
pada hari-hari terakhir terdapat perubahan pada suasana rohaninya dan fiziknya.
Di tempat itu tidak terdapat cermin sehingga ia tidak dapat melihat perubahan
itu. Tetapi ia merasa bahawa darah, kekuatan dan masa mudanya mulai
meninggalkan tempatnya dan digantikan dengan kesucian dan kekuatan yang lebih
banyak. Beliau menyedari bahawa ia sedang gugup. Beliau merasakan kelemahan
manusiawi dan adanya kekuatan yang luar biasa. Setiap kali tubuhnya merasakan
kelemahan, maka bertambahlah kekuatan dalam rohnya. Perasaan yang demikian ini
justru membangkitkan kerendahan hatinya. Maryam mengetahui bahawa ia akan
memikul tanggung jawab besar.
"Dan (ingatlah)
ketika malaikat (Jibril) berkata: 'Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih
kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yong
semasa dengan kamu)." (QS. Ali 'Imran: 42)
Dengan kalimat-kalimat
yang sederhana ini Maryam memahami bahawa Allah SWT telah memilihnya dan
menyucikannya dan menjadikannya penghulu para wanita dunia. Beliau adalah
wanita terbesar di dunia. Para malaikat kembali berkata kepada Maryam:
"Hai Maryam,
taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang ruku."
(QS. Ali 'Imran: 43)
Perintah tersebut
ditetapkan setelah adanya berita gembira agar beliau meningkatkan
kekhusyukannya, sujudnya, dan rukuknya kepada Allah SWT. Maryam lupa terhadap
pohon mawar dan beliau kembali solat. Maryam merasakan bahawa sesuatu yang
besar akan terjadi padanya. Beliau merasakan hal itu sejak beberapa hari,
tetapi perasaan itu semakin menguat saat ini.
Matahari meninggalkan
tempat tidurnya sementara malam telah bangkit sedangkan bulan duduk di atas
singgahsananya di langit dan di sekelilingnya terdapat awan-awan yang indah dan
putih. Kemudian datanglah pertengahan malam dan Maryam masih sibuk dalam
solatnya. Beliau menyelesaikan solatnya dan teringat pohon mawar itu lalu
beliau membawa air di suatu bejana dan pergi untuk menyiramnya.
Pohon mawar itu tumbuh
di antara dua batu di tempat yang tidak jauh dari masjid yang hanya ditempuh
beberapa langkah darinya. Tempat itu jauh dari jangkauan manusia sehingga tak
seorang pun mendekatinya. Tempat itu sudah dijadikan tempat yang khusus bagi
Maryam untuk melakukan solat di dalamnya atau beribadah. Maryam mendekati pohon
mawar itu dan menyiramnya. lalu beliau meletakkan bejana, kemudian ia
memikirkan pohon mawar itu di mana tangkainya semakin panjang pada dua malam
yang dilaluinya.
Tiba-tiba, Maryam
mendengar suara derap kaki yang menggoncang bumi. Beliau tidak mendengar suara
kaki yang berjalan, tetapi beliau mendengar suara kaki yang menetap di atas
batu serta pasir. Maryam merasakan ketakutan. Ia merasakan bahawa ia tidak
sendirian. Ia menoleh ke sebelahnya namun ia tidak mendapati sesuatu pun. Kemudian
kedua matanya mulai berputar-putar dan memperhatikan suatu cahaya yang berdiri
di sana. Maryam gementar ketakutan dan menundukkan kepalanya. Maryam berkata
dalam dirinya, siapa gerangan orang yang berdiri di sana. Maryam memandang
kepada wajah orang asing itu, dan menyebabkan ia gelisah. Wajah orang itu
sangat aneh, di mana dahinya bercahaya lebih daripada cahaya bulan. Meskipun
kedua matanya memancarkan kemuliaan dan kebesaran tetapi wajah orang itu justru
menggambarkan kerendahan hati yang mengagumkan.
Pandangan pertama yang
di lihat oleh Maryam kepada orang itu mengisyaratkan, bahawa orang itu memiliki
kemuliaan yang diperoleh orang yang menyembah Allah SWT selama jutaan tahun.
Maryam bertanya kepada dirinya, siapa gerangan orang ini? Kemudian seakan- akan
orang asing itu membaca fikiran Maryam dan berkata: "Salam kepadamu wahai
Maryam." Maryam dibuat terkejut mendengar adanya suara manusia di
depannya. Maryam berkata sebelum menjawab salamnya:
"Sesungguhnya aku
berlindung daripadamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang
bertakwa." (QS. Maryam: 18)
Maryam berlindung di
bawah lindungan Allah SWT dan ia bertanya kepadanya, "Apakah engkau
manusia yang mengenal Allah SWT dan bertakwa kepadanya?" Kemudian orang
itu tersenyum dan berkata:
"Sesungguhnya aku
ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki
yang suci." (QS. Maryam: 19)
Orang asing itu belum
selesai menyampaikan kalimatnya sehingga tempat itu dipenuhi cahaya yang
menakjubkan yang tidak menyerupai cahaya matahari, cahaya bulan, cahaya lampu,
cahaya lilin bahkan cahaya api. Di sana terdapat cahaya yang sangat jernih.
Kemudian terngianglah di kepala Maryam kalimat: "Aku adalah seorang
utusan Tuhanmu." Kalau begitu, dia adalah penghulu para malaikat, Ruhul
Amin (Jibril) yang telah berubah wujud menjadi manusia.
Maryam mengangkat
kepalanya dengan gementar menahan luapan cinta. Jibril berdiri di depannya
dalam bentuk manusia. Maryam memperhatikan kejernihan dahinya dan kesucian
wajahnya. Benar apa yang diduganya bahawa Jibril memiliki kemuliaan yang
diperoleh orang yang menyembah Allah SWT selama jutaan tahun. Kemudian Maryam
mengingat kembali kalimat-kalimat yang diucapkan Jibril. Malaikat itu telah
mengatakan bahawa ia adalah utusan Tuhannya, dan ia telah datang untuk memberi
Maryam seorang anak laki-laki yang suci. Maryam ingat bahawa dirinya adalah
seorang perawan yang belum tersentuh oleh seorang pun. Ia belum menikah dan
belum dilamar oleh seseorang pun, maka bagaimana ia melahirkan anak tanpa melalui
pernikahan. Fikiran- fikiran ini berputar-berputar di kepala Maryam lalu ia
berkata kepada Jibril:
"Maryam berkata:
Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang
manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang penzina!" (QS.
Maryam: 20)
Jibril berkata:
"Demikianlah
Tuhanmu berfirman: 'Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami
menjadikannya suatu tanda bagi manusia sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu
adalah suatu perkara yang sudah diputuskan."' (QS. Maryam: 21)
Maryam menerima
kalimat-kalimat Jibril. Tidakkah Jibril berkata kepadanya bahawa ini adalah
perintah Allah SWT dan segala sesuatu yang diperintahkan-Nya pasti akan
terlaksana. Kemudian, mengapa ia harus (ketika) melahirkan tanpa disentuh oleh
seorang manusia pun. Bukankah Allah SWT menciptakan Nabi Adam tanpa seorang
ayah dan seorang ibu? Sebelum diciptakannya Nabi Adam tidak ada lelaki dan
wanita. Hawa diciptakan dari Nabi Adam dan ia pun diciptakan dari laki-laki,
tanpa perempuan.
Biasanya manusia
diciptakan melalui pasangan laki-laki dan perempuan; biasanya ia memiliki ayah
dan ibu, tetapi mukjizat terjadi ketika Allah SWT menginginkannya untuk
terjadi. Kemudian Jibril meneruskan pembicaraannya:
"Sesungguhnya
Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan)
dengan kalimat (yang datang) dari- Nya, namanya al-Masih Isa putera Maryam,
seorang yang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang
didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan
ketika sudah dewasa, dan dia termasuk di antara orang-orang yang soleh."
(QS. Ali 'Imran: 45-46)
Kehairanan Maryam
semakin bertambah. Betapa tidak, sebelum mengandung anak itu di perutnya ia
telah mengetahui namanya. Bahkan ia mengetahui bahawa anaknya itu akan
berbicara dengan manusia saat ia masih kecil. Sebelum Maryam menggerakkan
lisannya untuk melontarkan pertanyaan lain, Jibril mengangkat tangannya dan
mengerahkan udara ke arah Maryam. Kemudian datanglah hembusan udara yang
bercahaya yang belum pernah di lihat sebelumnya oleh Maryam. Lalu cahaya
tersebut ke jasad Maryam dan memenuhinya. Tak sempat Maryam melontarkan
pertanyaan yang lain, Jibril yang suci telah pergi tanpa meninggalkan suara.
Udara yang dingin
telah bergerak dan Maryam pun tampak menggigil. Maryam segera kembali ke
mihrabnya. Ia menutup pintu mihrab dan ia tenggelam dalam solat yang khusyuk
dan ia pun menangis. Maryam merasakan kegembiraan, kebingungan dan kegoncangan
serta kedamaian yang dalam. Kini, Maryam tidak lagi sendirian. Sejak Jibril
meninggalkannya, ia merasakan bahawa ia tidak lagi sendirian. Ia menggerakkan
tangannya yang dipenuhi dengan cahaya, kemudian cahaya ini berubah di dalam
perutnya menjadi anak, seorang anak yang akan menjadi kalimat Allah SWT dan roh-Nya
yang diletakkan pada Maryam. Ketika anak itu besar, ia akan menjadi seorang
rasul dan nabi yang ajarannya dipenuhi dengan cinta dan kasih sayang.
Maryam di malam itu
tidur dengan nyenyak dan ia bangun di waktu Subuh. Belum lama ia membuka kedua
matanya sehingga ia dibuat terkejut ketika melihat mihrab dipenuhi dengan
buah-buahan yang sebenarnya tidak lagi musim. Maryam heran melihat hal itu. Ia
mulai mengingat apa yang telah terjadi padanya kelmarin, yaitu bagaimana
kejadian saat menyiram pohon mawar, bagaimana pertemuannya dengan malaikat
Jibril, bagaimana Allah SWT meniupkan kalimat-Nya padanya, bagaimana ia kembali
ke mihrab, dan bagaimana tidurnya yang nyenyak. Maryam berkata kepada dirinya
sambil melihat buah-buahan yang banyak: Apakah aku akan memakan sendirian
buah-buahan ini. Kemudian ada suara dalam dirinya yang berkata: "Engkau
tidak lagi sendirian wahai Maryam. Kini, engkau bersama Isa. Engkau harus makan
dengan baik. Dan Maryam mulai makan.
Lalu berlalulah hari
demi hari. Kandungan Maryam berbeza dengan kandungan umumnya wanita. Ia tidak
merasakan sakit dan tidak merasa berat; ia tidak merasakan sesuatu telah
bertambah padanya dan perutnya tidak membuncit seperti umumnya wanita. Alhasil,
kehamilan yang dialaminya dipenuhi dengan nikmat yang baik. Datanglah bulan
yang ke sembilan. Ada sebahagian ulama yang mengatakan bahawa Maryam tidak
mengandung Isa selama sembilan bulan, tetapi ia melahirkannya secara langsung
sebagai mukjizat.
Pada suatu hari,
Maryam keluar ke suatu tempat yang jauh. Ia merasa bahawa sesuatu akan terjadi
hari itu. Tetapi ia tidak mengetahui hakikat sesuatu itu. Kakinya membimbingnya
untuk menuju tempat yang dipenuhi dengan pohon kurma. Tempat itu tidak biasa
dikunjungi oleh seseorang pun kerana saking jauhnya; tempat yang tidak
diketahui oleh seseorang pun kecuali Maryam.
Tak seorang pun yang
mengetahui Maryam bahawa sedang hamil dan ia akan melahirkan. Mihrab yang
menjadi tempat ibadahnya selalu tertutup. Orang-orang mengetahui bahawa Maryam
sedang sibuk beribadah dan tidak ada seorang pun yang mendekatinya. Maryam
duduk beristirahat di bawah pohon kurma yang besar dan tinggi. Maryam mulai
merasakan sakit pada dirinya, dan rasa sakit tersebut semakin terasa. Akhirnya,
Maryam melahirkan:
"Maka rasa sakit
akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia
berkata: 'Aduhai alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu
yang tidak berarti, lagi dilupakan." (QS. Maryam: 23)
Rasa sakit saat
melahirkan anak yang dialami wanita suci ini menimbulkan
penderitaan-penderitaan lain yang segera menantinya. Bagaimana manusia akan
menyambut anaknya ini? Apa yang mereka katakan tentangnya? Bukankah mereka
mengetahui bahawa ia adalah wanita yang masih perawan? Bagaimana seorang gadis
perawan bisa melahirkan? Apakah manusia akan membenarkan Maryam yang melahirkan
anak itu tanpa ada seseorang pun yang menyentuhnya? Kemudian
pandangan-pandangan keraguan mulai menyelimutinya. Maryam berfikir bagaimana
reaksi manusia kepadanya dan bagaimana perkataan mereka terhadapnya sehingga
hatinya dipenuhi dengan kesedihan. Belum lama Maryam membayangkan dan meminta
agar ia dimatikan dan dilupakan, tiba-tiba anak yang baru lahir itu
memanggilnya:
"Janganlah kamu
bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.
Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, nescaya pohon itu akan
mengugurkan buah kurma yang masak kepadamu makan, minum dan bersenang hatilah
kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: 'Sesungguhnya aku
telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan
berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini.'" (QS. Maryam: 24-26)
Maryam melihat
al-Masih yang tampan wajahnya. Wajahnya tidak kemerah-merahan dan rambutnya
tidak keriting seperti anak-anak yang lahir di saat itu, tetapi ia berkulit
lembut dan putih. Anak itu diselimuti dengan kesucian dan kasih sayang; anak
itu berbicara kepada Maryam agar ia menghilangkan kesedihannya dan meminta
padanya agar menggoyangkan batang-batang pohon kurma supaya jatuh darinya
sebahagian buahnya yang lazat dan Maryam dapat memakan dan meminum darinya
sehingga hatinya pun penuh dengan kedamaian serta kegembiraan dan tidak
berfikir tentang sesuatu pun. Jika Maryam melihat atau menemui manusia, maka
hendaklah ia berkata kepada mereka bahawa ia bernazar kepada Allah SWT untuk
berpuasa dan tidak berbicara kepada seseorang pun.
Maryam melihat
al-Masih dengan penuh kecintaan. Anak itu baru dilahirkan beberapa saat tetapi
ia langsung memikul tanggung jawab ibunya di atas pundaknya. Selanjutnya, ia
akan memikul penderitaan orang-orang fakir. Maryam melihat bahawa wajah anak
itu menyiratkan tanda yang sangat aneh. Yaitu tanda yang mengisyaratkan bahawa
ia datang ke dunia bukan untuk mengambil darinya sesuatu, tetapi untuk
memberinya segala sesuatu. Maryam menghulurkan tangannya ke pohon kurma yang
besar. Belum lama ia menyentuh batangnya hingga jatuhlah darinya buah kurma
yang masih muda dan lazat. Maryam makan dan minum dan kemudian ia memangku
anaknya dengan penuh kasih sayang.
Saat itu, Maryam
merasakan kegoncangan yang hebat. Silih-berganti ketenangan dan kegelisahan
menghampirinya. Segala fikirannya tertuju pada satu hal, yaitu Isa. Ia
bertanya-tanya dalam dirinya: Bagaimana orang-orang Yahudi akan menyambutnya, apa
yang akan mereka katakan tentangnya, apa yang akan mereka katakan terhadap
Maryam, apakah para pendeta dan para pembesar Yahudi percaya bahawa Maryam
melahirkan seorang anak tanpa disentuh oleh seseorang pun? Bukankah mereka
terbiasa hidup dengan suasana pencurian dan penipuan? Apakah seseorang di
antara mereka akan percaya - padahal ia jauh dari langit - bahawa langit telah
memberinya seseorang anak.
Akhirnya, masa
pengasingan Maryam telah berakhir dan Maryam harus kembali ke kaumnya. Maryam
kembali dan waktu menunjukkan Ashar. Pasar besar yang terletak di jalan yang
dilalui Maryam menuju masjid dipenuhi dengan manusia. Mereka sibuk dengan
jual-beli. Mereka duduk berbincang-bincang sambil minum anggur. Belum lama
Maryam melewati pasar itu sehingga manusia melihatnya membawa seorang anak
kecil yang didakapnya. Salah seorang bertanya: "Bukankah ini Maryam yang
masih perawan? Lalu, anak siapa yang dibawanya itu?" Seorang yang mabuk
berkata: "Itu adalah anaknya." Mari kita dengar cerita apa yang akan
disampaikannya. Akhirnya, orang-orang Yahudi mulai "mengepung" dengan
berbagai macam pertanyaan: "Anak siapa ini wahai Maryam, mengapa engkau
tidak mengembalikannya, apakah itu memang anakmu, bagaimana engkau datang
dengan membawa seorang anak sedangkan engkau adalah gadis yang masih
perawan?"
"Hai saudara
perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu
sekali-kali bukanlah seorang penzina." (QS. Maryam: 28)
Maryam dituduh
melakukan pelacuran. Mereka menyerang Maryam tanpa terlebih dahulu mendengarkan
sanggahannya atau mengadakan penelitian atau membuktikan bahawa perkataan
mereka memang benar. Maryam dicerca sana-sini dan ia diingatkan, bahawa
bukankah ia seseorang yang tumbuh dari rumah yang baik dan bukanlah ibunya
seorang pelacur? Lalu mengapa semua ini terjadi padanya? Menghadapi semua
tuduhan itu, Maryam tampak tenang dan tetap menunjukkan kebaikannya. Wajahnya
dipenuhi dengan cahaya keyakinan. Ketika pertanyaan semakin menjadi-jadi dan
keadaan semakin sulit, maka Maryam menyerahkan segalanya kepada Allah SWT. Ia
menunjuk ke arah anaknya dengan tangannya. Maryam menunjuk Isa.
Orang-orang yang ada
di situ tampak kebingungan. Mereka memahami bahawa Maryam berpuasa dari
berbicara dan meminta kepada mereka agar bertanya kepada anak itu. Para
pembesar Yahudi bertanya: "Bagaimana mereka akan melontarkan pertanyaan
kepada seorang anak kecil yang baru lahir beberapa hari? Apakah anak itu akan
berbicara di buaiannya" Mereka berkata kepada Maryam:
"Bagaimana kami
akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?" (QS. Maryam:
29)
Berkata Isa:
"Sesungguhnya aku
ini hamba Allah, Dia memberiku al-Kitab (injil) dan Dia menjadikan aku seorang
nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada,
dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) solat dan (menunaikan) zakat selama
aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikanku seorang yang
sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari
aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup
kembali. " (QS. Maryam: 30-33)
Belum sampai Isa
menuntaskan pembicaraannya sehingga wajah-wajah para pendeta dari kalangan
Yahudi dan para uskup tampak pucat. Mereka menyaksikan mukjizat terjadi di
depan mereka secara langsung. Anak kecil itu berbicara di buaiannya; anak kecil
yang datang tanpa seorang ayah; anak kecil yang mengatakan bahawa Allah SWT
telah memberinya al-Kitab dan menjadikannya seorang Nabi. Ini berarti bahawa
kekuasaan mereka sebentar lagi akan hancur. Setiap orang dari mereka akan
menjadi tidak berarti ketika anak kecil itu dewasa. Tak seorang pun di antara
mereka yang dapat "menjual pengampunan" kepada manusia atau
menghakimi mereka melalui penyataan bahawa ia adalah wakil dari langit yang
turun di bumi. Atau pernyataan, bahawa hanya dia yang mengetahui syariat.
Para pendeta Yahudi
merasa akan terjadi suatu tragedi keperibadian yang akan datang kepada mereka
dengan kelahiran anak kecil ini. Kedatangan al-Masih berarti mengembalikan manusia
kepada penyembahan semata-mata kepada Allah SWT. Ini berarti menghapus agama
Yahudi yang sekarang mereka yakini. Perbezaan antara ajaran- ajaran Musa dan
tindakan-tindakan orang-orang Yahudi menyerupai perbezaan antara
bintang-bintang di langit dan lumpur-lumpur di jalan. Para pendeta Yahudi
menyembunyikan kisah kelahiran Isa dan bagaimana ia berbicara di masa buaian.
Mereka justru menuduh Maryam yang masih perawan dengan kebohongan yang besar.
Mereka menuduh Maryam melakukan pelacuran, padahal mereka menyaksikan sendiri
mukjizat pembicaraan anaknya di masa buaian.
Mula-mula cerita
tentang itu mereka sembunyikan untuk beberapa saat. Meskipun demikian, berita
tentang kelahiran Isa sampai ke Hakim Romawi, yaitu Heradus. Ia memimpin
orang-orang Palestina dan orang- orang Yahudi dengan kekuatan pedang. Ia
menakut-nakuti mereka dengan menumpahkan darah serta banyaknya mata-mata yang
dimilikinya. Pada suatu hari, ia duduk di istananya dan meminum anggur. Lalu ia
mendengar berita yang samar tentang kelahiran seseorang anak tanpa ayah;
seorang anak yang dikatakan ia mampu berbicara saat masih di buaian, lalu ia
menyampaikan pembicaraan yang menjurus pada ancaman terhadap kekuasaan Romawi.
Kemudian bergetarlah kursi yang ada di bawah tubuh Heradus. Ia memerintahkan
untuk diadakan suatu pertemuan mendadak yang dihadiri oleh para pengawalnya dan
para mata-matanya. Pertemuan itu pun terlaksana. Heradus duduk dengan wajahnya
yang hitam mengkilat, lalu ia memutarkan pandangannya ke arah mata-matanya dan
bertanya: "Bagaimana berita anak kecil yang berbicara di buaiannya?"
Salah seorang kepala
mata-mata berkata: "Tampak bahawa masalahnya tidak benar. Kami telah
mendengar isu-isu sekitar anak kecil yang mereka katakan bahawa ia membuat
mukjizat dengan berbicara saat ia masih belia. Lalu saya mengutus anak buahku
untuk mencari kebenaran berita itu, tetapi mereka tidak menemukannya. Jelas
bagi kami, bahawa berita itu dilebih-lebihkan." Kemudian salah satu
anggota mata-mata raja berkata: "Aku telah mendapatkan bukti yang terpercaya
bahawa tiga orang dari orang-orang Majusi datang di balik suatu bintang yang
mereka lihat menyala di suatu langit dan bintang tersebut mengisyaratkan
kelahiran anak kecil yang membawa mukjizat, yaitu anak kecil yang akan
menyelamatkan kaumnya." Hakim berkata: "Bagaimana ia dapat
menyelamatkan kaumnya dan kaum siapa yang diselamatkannya?" Salah seorang
mata-mata berkata: "Anak buahku tidak mengetahuinya kerana orang-orang
pandai dari Majusi itu pergi dan tak seorang pun menemukan mereka."
Hakim berkata:
"Bagaimana mereka dapat pergi dan bersembunyi lalu bagaimana cerita anak
kecil ini? Apakah di sana ada persekongkolan untuk menentang Romawi?"
Hakim melompat dari tempat duduknya ketika ia menyebut Romawi, dan ia mulai
berbicara dengan keadaan emosi: "Aku menginginkan kepala tiga orang yang
cerdik itu dan aku juga menginginkan kepala anak kecil itu. Dan aku
menginginkan informasi yang lengkap. Sungguh masalah ini semakin samar hai
orang-orang yang bodoh." Lalu kepala mata-mata berkata: "Barangkali
ini hanya mimpi yang dibayangkan orang-orang Yahudi bahawa mereka
melihatnya." Hakim berkata: "Sungguh kepala-kepala kalian semua akan
terbang lebih cepat dari merpati jika kalian tidak mendatangkan cerita secara
lengkap tentang anak ini. Kebingungan dan kekacauan apa yang aku rasakan!
Pergilah kalian dari sini."
Anak buah Heradus dan
para mata-mata pergi, sedangkan ia masih duduk memikirkan masalah tersebut.
Tampaknya masalah itu sangat menggelisahkannya. Ia tidak peduli dengan
kedatangan agama baru kepada manusia tetapi yang difikirkannya adalah kekuasaan
Romawi yang ia menjadi simbolnya. Kemudian Heradus menetapkan untuk memanggil
pemuka orang Yahudi dan bertanya kepadanya tentang masalah ini. Para
pengawalnya yang khusus memanggil orang Yahudi itu. Tidak beberapa lama orang
Yahudi itu ada di depan hakim. Heradus berkata: "Aku ingin berbicara
kepadamu tentang suatu masalah yang sangat menggelisahkanku." Pendeta
Yahudi itu berkata: "Aku ingin mengabdi kepadamu."
Heradus berkata:
"Aku mendengar berita-berita yang saling berlawanan tentang anak kecil
yang bisa berbicara di masa buaiannya dan ia mengatakan bahawa ia akan
menyelamatkan kaumnya. Maka bagaimana berita yang sebenarnya tentang itu?"
Pendeta itu berkata - dan ia merasa bahawa pertanyaan itu sepertinya berupa
jebakan yang tidak diketahuinya secara pasti: "Apakah tuan yang mulia
peduli dengan agama Yahudi?" Heradus berkata dalam keadaan emosi:
"Aku tidak peduli sedikit pun selain kekuasaan Romawi. Jawablah
pertanyaanku wahai pendeta." Pendeta Yahudi itu telah melihat Isa
berbicara di buaiannya. Ia memahami bahawa seandainya ia mengatakan itu, maka
ia akan mendapatkan penderitaan pada dirinya, maka ia lebih memilih sedikit
berbohong. Ia berkata kepada Heradus bahawa ia mendengar cerita itu tetapi ia
meragukannya.
Heradus berkata:
"Apakah benar agama kalian berbicara tentang kedatangan seorang penyelamat
bagi rakyat kalian?" Pendeta berkata: "Ini benar wahai tuan yang
mulai." Heradus berkata: "Apakah kalian mengetahui ini adalah
persekongkolan menentang keamanan kerajaan Romawi? Apakah kalian menyedari ini
adalah bentuk pengkhianatan?" Pendeta berkata: "Aku harap tuan
membiarkan aku meluruskan suatu pemikiran yang sederhana. Berita tentang hal
itu adalah berita yang kuno. Berita ini diyakini ketika rakyat menjadi tawanan
di Bebel sejak ratusan tahun."
Heradus berkata:
"Apakah memang di sana ada yang membenarkan berita ini? Sekarang, apakah
kamu secara peribadi membenarkannya? Apakah engkau melihat anak kecil itu yang
mereka katakan bahawa ia dilahirkan tanpa seorang ayah?" Pendeta itu
berkata: "Apakah ada seorang yang percaya wahai tuan yang mulia jika
dikatakan ada seorang anak yang lahir tanpa seorang ayah. Ini adalah mimpi
rakyat biasa."
Heradus berkata:
"Tidak ada sesuatu yang mengusir tidur dari mata seorang penguasa selain
mimpi-mimpi rakyat. Pergilah wahai pendeta dan jika engkau mendengar
berita-berita, maka sampaikanlah kepadaku sebelum engkau sampaikan kepada
isterimu." Belum lama pendeta itu pergi sehingga Heradus berfikir,
bagaimana seandainya pendeta itu berbohong. Ia menangkap benang kebohongan pada
kedua matanya. Ia mengetahui kebohongan ini kerana ia sendiri sangat pandai
berbohong. Kemudian bagaimana cerita tiga orang cerdik yang mereka mengikuti
bintang? Apakah di sana terdapat persekongkolan menentang Romawi yang tidak
diketahuinya?
Heradus berteriak di
tengah-tengah pengawalnya dan memerintahkan mereka untuk menangkap semua orang
yang mendengar cerita ini atau ia akan melihat akibatnya. Mula-mula dia
memerintahkan untuk mencari gadis perawan yang melahirkan anak itu dan membunuh
setiap anak yang lahir di saat itu. Sementara itu, Maryam keluar dari Palestina
menuju ke Mesir. Sebelumnya, pada suatu malam, datanglah kepadanya seseorang
yang belum pernah dilihatnya dan orang itu menyampaikan salam kepadanya serta
menyerukannya dan sambil berkata: "Bawalah anakmu wahai Maryam dan
keluarlah menuju Mesir." Dengan nada ketakutan Maryam bertanya,
"Mengapa? Bagaimana aku keluar menuju ke Mesir; dan bagaimana aku bisa
mengenali jalan?" Orang asing itu menjawab, "Keluarlah engkau nescaya
Allah SWT akan melindungimu. Sesungguhnya Hakim Romawi mencari anakmu dan ingin
membunuhmu."
Maryam bertanya:
"Kapan aku keluar?" Orang asing itu menjawab: "Sekarang juga.
Janganlah engkau khawatir sedikit pun kerana engkau keluar bersama seorang Nabi
yang mulia. Semua nabi diusir oleh kaumnya dari negeri mereka dan rumah mereka.
Demikianlah hukum kehidupan. Kejahatan selalu berusaha untuk menyingkirkan
kebaikan tetapi pada akhirnya, kebaikan akan kembali menduduki singgahsananya.
Keluarlah wahai Maryam." Akhirnya, Maryam pun pergi menuju ke Mesir.
Maryam melalui gurun Saina' bersama suatu kafilah yang menuju Mesir. Maryam
berjalan membawa Isa di jalan yang sama yang pernah dilalui Nabi Musa di mana
ditampakkan kepada Nabi Musa api yang suci dan beliau dipanggil dari sisi thur
al-Aiman. Setelah melalui perjalanan yang jauh dan melelahkan, Maryam sampai di
Mesir. Mesir yang dipenuhi dengan kebaikan, kemuliaan, kebudayaan klasik serta
cuacanya yang stabil mempakan tempat yang terbaik untuk pertumbuhan Isa as.
Al-Masih tumbuh dan
berkembang serta menjalani masa kecilnya di Mesir. Kemudian datanglah kepada
Maryam orang asing yang telah memerintahkannya untuk meninggalkan Palestina.
Kali ini, ia memerintahkannya untuk kembali ke Palestina. Orang asing itu
berkata kepadanya: "Raja yang lalim telah mati, maka kembalilah bersama
anakmu wahai Maryam. Telah datang kesempatan emas bagi Isa untuk menduduki
singgahsananya. Isa akan menjadi penyayang orang-orang fakir dan orang-orang
yang benar. Kembalilah wahai Maryam." Maryam pun kembali. Dalam perjalanan
Maryam melalui banyak mata air di sungai Jordania.
Isa pun tumbuh menjadi
dewasa dan mencapai masa mudanya. Isa keluar dari rumahnya dan menuju tempat
penyembahan kaum Yahudi. Saat itu bertepatan dengan hari Sabtu. Di sana tidak
ada satu rumah pun dari rumah kaum Yahudi yang dapat menyalakan api atau
memadamkannya pada hari Sabtu, atau mengambil buah di hari itu. Dilarang bagi
seorang wanita untuk membikin adunan roti atau seseorang anak kecil mencuci
anjingnya. Nabi Musa telah memerintahkan untuk menghormati hari Sabtu dan hanya
mengkhususkanya untuk beribadah kepada Allah SWT.
Terdapat hikmah di
balik penghormatan hari Sabtu sehingga hari Sabtu menjadi hari yang sangat
disucikan di kalangan orang-orang Yahudi. Mereka melaksanakannya dengan
berbagai macam tradisi dan mereka mencurahkan segala konsentrasi mereka untuk
menjaga hari Sabtu dan tidak meremehkannya. Sebab, mereka meyakini bahawa hari
Sabtu adalah hari yang dijaga dari langit sebelum Allah menciptakan manusia
sebagaimana mereka percaya bahawa Bani Israil telah diberikan pilihan kepada
satu jalur saja, yaitu menjaga hari Sabtu. Mereka bangga kerana mereka dapat
menjaganya meskipun hal itu menyebabkan mereka kalah di kancah peperangan atau
mereka tertawan di tangan musuh. Bahkan saking ketatnya mereka mempertahankan
kehormatan hari Sabtu sampai- sampai mereka menambah-nambahi berbagai macam
larangan di hari Sabtu. Majlis kaum Yahudi menetapkan ratusan larangan yang
tidak boleh dilakukan di hari Sabtu, seseorang dilarang untuk memakai gigi
palsu di hari Sabtu. Seorang yang sakit dilarang untuk memakai perban atau
memakai minyak di tempat yang sakit pada hari Sabtu atau memanggil doktor.
Dilarang pula di hari Sabtu untuk menulis dua huruf abjad; dilarang juga untuk
mempertahankan diri pada hari Sabtu; dilarang untuk panen dan belajar di hari
Sabtu. Kemudian, berpergian di hari Sabtu diharuskan untuk tidak lebih dari dua
ribu ela. Dilarang juga di hari Sabtu untuk membawa sesuatu ke luar rumah.
Jadi, banyaknya
syariat, hukum serta larangan-larangan biasanya diikuti dengan banyaknya
keburukan atau paling tidak membantu terciptanya keburukan. Setiap timbul suatu
larangan, maka timbul bersamanya cara untuk menghindar darinya. Demikianlah,
kehidupan kaum Yahudi dipenuhi dengan kemunafikan yang luar biasa di mana
secara lahiriah mereka menampakkan penghormatan terhadap hari Sabtu, tetapi
secara batiniah mereka berusaha menodai kehormatan dengan berbagai macam cara.
Meskipun kelompok
Farisiun bertanggungjawab terhadap tugas pelaksanaan syariat dan mengawasinya
dengan banyak mendapatkan jaminan-jaminan, maka kita akan melihat bahawa mereka
siap untuk menciptakan berbagai rekayasa dan tipu daya yang memungkinkan mereka
untuk menghindar dari hukum-hukum syariat di saat yang tepat. Saat yang tepat
adalah saat di mana syariat-syariat tersebut bertentangan dengan kepentingan
peribadi mereka atau dapat menjadi penghalang bagi mereka untuk mendapatkan
mata pencarian yang haram yang sudah siap masuk pada kantung mereka. Misalnya,
terdapat kaedah syariat yang menetapkan perjalanan pada hari Sabtu tidak boleh
melebihi dua ribu ela. Namun orang-orang Farisiun mengadakan walimah di mana
mereka mengundang orang-orang untuk menghadiri acara tersebut pada hari Sabtu,
padahal tempat diadakannya acara itu berjarak lebih dari dua ribu ela dari
rumah mereka. Lalu, bagaimana mereka dapat melaksanakan hal tersebut? Sangat
mudah sekali. Mereka meletakkan pada sore hari Sabtu sebahagian makanan yang
berjarak dua ribu ela dari rumah mereka lalu setelah itu mereka mendirikan
suatu tempat tinggal di mana mereka dapat berjalan setelahnya dan menempuh dua
ribu ela yang lain. Dari sini mereka dapat menambah jarak yang mereka inginkan.
Begitu juga agar mereka menghindar dari larangan membawa sesuatu ke luar rumah
pada hari Sabtu, maka mereka membuat tipu daya yang lain. Yaitu mereka
mendirikan gerbang-gerbang pintu dan jendela di berbagai jalan sehingga seluruh
kota seperti rumah besar yang dimungkinkan bagi mereka untuk membawa segala
sesuatu dan bergerak di dalamnya.
Contoh lain yang
menunjukkan bagaimana orang-orang Yahudi mempermainkan syariat sedangkan mereka
mengklaim menjaganya adalah, bahawa syariat Musa menetapkan agar seorang anak
menginfaki kedua orang tuanya saat mereka menginjak usia tua dan memerlukannya.
Tetapi kaum Farisiun memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk lari dan
menghindar dari tanggung jawab ini dengan suatu tipu daya yang sederhana.
Ketika seorang anak dituntut oleh kedua orang tuanya untuk memberi nafkah, maka
ia pergi ke para pendeta dan bersepakat kepada mereka untuk mewakafkan semua
hartanya dan kekayaannya kepada haikal, yaitu tempat sembahan kaum Yahudi. Saat
itu kedua orang tuanya tidak mampu mengambil sesuatu pun darinya. Ketika mereka
berdua telah putus asa dan tidak lagi menuntut padanya untuk memberi nafkah,
maka semua harta kekayaannya akan dikembalikan kepadanya oleh para pendeta,
dengan catatan hendaklah ia memberikan bahagian tertentu dari hartanya kepada
para pendeta itu. Demikianlah yang terdapat dalam Injil Mata.
Di tengah-tengah
suasana kebodohan pemikiran yang luar biasa ini, juga terdapat sikap keras
kepala dan kejumudan berfikir yang mengelilingi kaum Yahudi. Terdapat tujuh
tingkat kesucian dan dua puluh enam solat yang harus mereka lakukan saat mereka
membasuh tangan sebelum memakan makanan, namun mereka menganggap bahawa
meniadakan pembacaan solat-solat sebagai bentuk pembunuhan terhadap jiwa dengan
cara bunuh diri dan tercegah dari kehidupan abadi. Demikianlah kekerasan sikap
masyarakat Yahudi yang menunjukkan bahawa moral mereka telah rosak dan dipenuhi
dengan kemunafikan yang tiada taranya.
Sementara itu, Isa
berjalan menuju tempat beribadah. Orang-orang berjalan di sekelilingnya. Mereka
tampak membanggakan pakaian- pakaian yang berwarna dan berharga sedangkan Isa
berjalan dengan memakai baju putih dan menampakkan kezuhudannya. Rambut Isa
tampak lembut yang mencapai kedua bahunya dan tampak ia basah terkena air awan
yang menurunkan gerimis. Kemudian kedua kakinya berjalan di atas tanah sehingga
tanah itu dipenuhi dengan bau harum yang tidak diketahui sumbernya. Baju yang
dipakai oleh Isa terbuat dari bulu domba yang sangat sederhana dan kasar.
Meskipun hari itu hari Sabtu, Isa memetik buah di suatu kebun dan mengambil dua
buah yang beliau berikan kepada anak kecil yang fakir dan lapar. Tindakan
semacam ini menurut kepercayaan Yahudi dianggap sebagai tindakan yang menentang
agama Yahudi.
Isa mengetahui bahawa
menjalankan agama yang hakiki bukan terletak pada ketaatan luaran sementara
hati jauh dari sikap rendah diri. Oleh kerana itu, Isa mencabut buah dan
memberikan makan kepada manusia pada hari Sabtu. Beliau menyalakan api untuk
wanita-wanita tua sehingga mereka tidak mati kedinginan.
Isa sering mengunjungi
tempat sesembahan orang Yahudi. Isa berdiri di dalamnya dan mengamati para
pendeta dan manusia yang hilir mudik di sekitarnya. Sesampainya Isa di tempat
sembahan, ia berdiri di dalamnya. Isa mengamat-amati apa yang ada di dalamnya.
Dinding-dinding tempat beribadah itu terbuat dari kayu gaharu yang memiliki bau
yang harum. Di samping itu, terdapat kelambu-kelambu yang terbuat dari
kain-kain yang mengagumkan yang dicampur dengan emas. Juga terdapat lampu-lampu
yang terhulur dari atap dan juga ada lilin-lilin yang memenuhi ruangan dengan
cahaya. Meskipun demikian, kegelapan menyelimuti hati orang- orang yang ada di
situ.
Nabi Isa berdiri cukup
lama di tempat penyembahan itu. Setiap kali ia memutarkan wajahnya, ia
mendapati para pendeta di sana. Terdapat dua puluh ribu pendeta. Nama-nama
mereka tercatat dalam haikal. Mereka adalah kaum Waliyun yang memakai saku-saku
yang besar yang di dalamnya ada kitab-kitab syariat. Sedangkan kaum Farisiun,
mereka memakai pakaian yang lebar yang sisi-sisinya tertenun dengan emas.
Mereka adalah pembantu haikal yang resmi dengan memakai baju-baju mereka yang
putih. Adapun kaum Shaduqiyun adalah kelompok para pendeta aristokrat yang
bersekutu dengan penguasa di mana mereka memperoleh kekayaan melalui
persekutuan ini. Nabi Isa memperhatikan bahawa jumlah pengunjung haikalita
lebih sedikit daripada jumlah para pendeta dan para tokoh agama. Tempat
penyembahan itu dipenuhi dengan kambing dan merpati yang dibeli oleh para
pengunjung tempat penyembahan itu. Mereka menyerahkannya sebagai korban kepada Allah.
Yaitu korban yang disembelih di dalam tempat persembahan di atas tempat
penyembelihan. Alhasil setiap langkah yang diayunkan oleh para pejalan di
tempat penyembahan itu akan menghasilkan wang.
Di tempat penyembahan
Yahudi itulah tersingkap hakikat kehidupan kaum Yahudi. Nilai satu-satunya yang
disembah oleh manusia di zaman itu adalah wang. Jadi, kemewahan materi atau
kekayaan adalah nilai satu-satunya yang kerananya manusia akan bergulat satu
sama lain. Dalam hal itu, tidak ada perbezaan antara tokoh-tokoh pembawa ajaran
syariat dengan manusia-manusia biasa. Kaum Shaduqiyun dan kaum Farisiun bekerja
sama di antara mereka di dalam haikal itu seakan-akan mereka di dalam suatu
pasar di mana mereka memanfaatkannya untuk diri mereka dengan terus mencari korban-korban
di dalamnya. Sering kali kaum Shaduqiyun dan Farisiun berseteru dalam persoalan
syariat dan hukum. Demikian juga, mereka berseteru dalam menentukan korban yang
harus mereka raih di haikal itu. Kaum Farisiun berpendapat bahawa haiwan-haiwan
korban itu harus dibeli dari harta haikal sedangkan kaum Shaduqiyun menganggap
bahawa harta dari haikal adalah hak mereka. Oleh kerana itu, mereka menganggap
bahawa haiwan korban itu harus dibeli dengan jumlah tersendiri. Begitu juga
kaum Farisiun mewajibkan untuk membakar haiwan yang disembelih di atas tempat
penyembahan, sedangkan kaum Shaduqiyun mereka mengambil haiwan sembelihan ini
untuk diri mereka sendiri.
Di dalam Talmud
disebutkan bahawa kaum Shaduqiyun menjual merpati di toko-toko mereka yang
mereka miliki. Mereka sengaja memperbanyak kesempatan-kesempatan yang
diharuskan di dalamnya untuk mengorbankan burung-burung merpati sehingga harga
seekor burung merpati saja mencapai beberapa Dinar. Melihat hal itu, salah satu
tokoh Farisiun yaitu Sam'an bin Amlail mengeluarkan fatwa yang intinya
mengurangi kesempatan-kesempatan yang diharuskan di dalamnya seseorang
menyerahkan merpati sebagai korban. Setelah itu, harga burung cuma mencapai
seperempat Dinar. Pergelutan antara kedua kelompok itu mendatangkan pukulan
berat bagi pemilik toko yang menyimpan burung merpati terutama anak-anak dari
kepala pendeta.
Nabi Isa memperhatikan
apa yang terjadi di sekelilingnya; Nabi Isa melihat kaum fakir yang tidak mampu
membeli haiwan korban sehingga mereka tidak mampu berkorban; Nabi Isa melihat
bagaimana para pendeta memperlakukan mereka dan memangsa mereka seperti
serigala yang buas. Nabi Isa berfikir di dalam dirinya, mengapa
binatang-binatang itu mereka bakar lalu dagingnya menjadi asap di udara,
padahal di sana terdapat ribuan kaum fakir yang mati kelaparan? Mengapa mereka
mengira bahawa Allah SWT redha ketika tempat penyembelihan dilumuri dengan
darah, lalu haiwan korban itu dibawa ke rumah-rumah para pendeta dan toko-toko
mereka untuk dijual? Mengapa orang-orang fakir banyak berhutang dan
mengeluarkan banyak wang untuk membeli binatang-binatang korban? Mengapa
binatang-binatang korban itu harus dimiliki dan hanya dirawat oleh para pendeta
lalu apa yang mereka lakukan dengan wang-wang ini? Lalu, di manakah tempat orang-orang
fakir di haikal itu? Bukankah hal yang aneh ketika seseorang memasuki rumah
dengan keharusan membawa wang?
Nabi Isa pergi dari
tempat penyembahan itu dan ia meninggalkan kota menuju gunung. Dada Nabi Isa
dipenuhi dengan kecemburuan yang suci terhadap yang Maha Benar. Wajahnya tampak
semakin pucat ketika melihat berbagai macam kejahatan memenuhi dunia. Nabi Isa
berdiri di atas sebuah bukit dan beliau mulai melakukan solat. Titisan-titisan
air mata mulai berlinang dari pipinya dan jatuh ke bumi. Nabi Isa mulai
merenung dan menangis. Di sana terdapat bunga yang nyaris mati kerana kehausan
lalu ketika ia mendapatkan titisan air mata al-Masih, maka bunga itu mekar
kembali dan mendapatkan kehidupan. Titisan air mata al-Masih menyelamatkannya,
sebagaimana beliau akan menyelamatkan manusia dengan dakwahnya. Di malam yang
penuh berkah ini pula, dua orang Nabi yang mulia meninggalkan bumi, yaitu Nabi
Yahya dan Nabi Zakaria. Kedua Nabi itu dibunuh oleh penguasa. Sejak kepergian
mereka berdua, bumi kehilangan banyak dari kebaikan. Pada malam itu juga,
turunlah wahyu kepada Isa bin Maryam. Allah SWT memutuskan perintah- Nya agar
ia memulai dakwahnya.
Nabi Isa menutup
lembaran halus dari kehidupannya yaitu lembaran yang penuh dengan tafakur dan
ibadah. Beliau memulai perjalanannya yang berat dan penuh tantangan serta
penderitaan: beliau mulai berdakwah di jalan Allah SWT; beliau mulai membangun
kerajaan yang tegak berdasarkan kerendahan hati dan cinta. Kerajaan yang
penguasanya bertujuan untuk membebaskan dan menyucikan roh. Kerajaan yang
memancarkan sikap rendah diri dan cinta. Nabi Isa ingin menyelamatkan rohani.
Ajaran Nabi Isa berdasarkan keimanan terhadap hari kiamat dan kebangkitan.
Nilai-nilai dan pemikiran tersebut tidak ditemukan dalam kehidupan orang-orang
Yahudi.
Syariat Musa
menetapkan pemberlakuan hukum qisas: barang siapa yang memukulmu di pipi
sebelah kananmu, maka pukullah pipi sebelah kanannya. Lalu bagaimanakah
orang-orang Yahudi menerapkan hukum qisas tersebut? Jika yang dipukul mampu
untuk menghancurkan rumah orang yang memukul, maka ia tidak perlu merasa puas
hanya sekadar memukul pipi sebelah kanannya, mamun jika ia tidak mampu, maka
hendaklah ia memukul pipi sebelah kanannya. Namun boleh jadi hatinya dipenuhi
dengan dendam kerana ia tidak dapat menghancurkan rumahnya.
Jadi, kebencian adalah
pelabuhan tempat bersinggahnya syariat Musa. Meskipun beliau adalah seorang
Nabi yang merupakan cermin cinta Ilahi yang besar namun syariatnya kini berada
di bawah kekuasaan hati-hati yang mati, yaitu hati-hati yang penuh dengan
dendam dan kebencian. Lalu, apa yang dilakukan Nabi Isa terhadap semua ini?
Allah SWT telah mengutusnya dan memperkuat Taurat yang dibawa oleh Musa
sebagaimana Allah SWT menurunkannya kepada Musa. Jadi, seorang nabi tidak
menghancurkan tugas nabi sebelumnya. Para nabi bagaikan satu mata rantai yang
tujuannya adalah satu, yaitu menciptakan kesucian dan mempertahankan kebenaran
serta mengesakan Allah SWT.
Kemudian apa yang
dilakukan Nabi Isa terhadap syariat qisas tersebut? Yang jelas, tindakan yang
dilakukan oleh Nabi Isa murni dari ilham yang didapatinya dari Allah SWT. Nabi
Isa mengembalikan kaum kepada tujuan asli dari syariat. Nabi Isa mengembalikan
mereka kepada hikmah syariat yang asli. Nabi Isa mengembalikan mereka kepada
cinta. Nabi Isa tidak mengatakan sesuatu pun kepada orang yang memukul pipi
sebelah kanannya. Nabi Isa tidak berusaha untuk memukul pipi sebelah kanannya.
Al-Masih justru akan membalikkan pipi sebelah kirinya. Inilah syariat Nabi Isa
yang tidak berbeza sedikit pun dengan syariat Nabi Musa. Ia merupakan kedalaman
yang mengagumkan dari kedalaman syariat Nabi Musa. Nabi Isa ingin menetapkan
kepada kaum di sekelilinginya tentang sesuatu yang penting. Nabi Isa ingin
memberitahu mereka bahawa syariat bukan mengajari kalian untuk meletakkan
dendam pada diri kalian lalu kalian memukul lawan kalian. Syariat yang hakiki
adalah, hendaklah kalian menebar kasih sayang, pemaaf, dan cinta.
Terdapat banyak
binatang-binatang buas di hutan. Binatang-binatang itu mencintai diri mereka
sendiri. Mereka bermusuhan dan saling membunuh demi makanan dan minuman. Mereka
memberikan makan kepada anak- anaknya. Perbezaan antara manusia dan binatang
adalah perbezaan pada tingkat cinta. Haiwan tidak akan mampu melampaui darjat
cintanya kepada makhluk yang lain. Atau dengan kata lain, haiwan tidak dapat
membagi cintanya kepada jenis yang lain. Sedangkan manusia mampu melakukan hal
itu. Di situlah manusia mampu dapat mencapai kemuliaannya dan kemanusiaannya. Al-Masih
memberitahu kaumnya bahawa manusia tidak akan menjadi manusia sempurna kecuali
setelah ia mencintai orang lain sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.
"Aku mendengar
bahawa dikatakan, hendaklah engkau mencintai orang yang dekat denganmu dan
membenci musuhmu, sedangkan aku berkata kepada kalian, cintailah musuh kalian
dan doakanlah orang yang melaknati kalian. Berbuat baiklah kepada pembenci
kalian dan solatlah untuk orang-orang berbuat buruk kepada kalian." (Injil
Mata).
Dakwah Nabi Isa datang
dan menghapus syariat Nabi Musa dalam bentuk luaran. Jika kita berusaha
membandingkan dua syariat tersebut dalam bentuk yang sederhana, maka pada
hakikat-nya dakwah Nabi Isa bertujuan untuk menghapus bidaah yang dilakukan
oleh kaum Farisiun dan Shaduqiun terhadap syariat Nabi Musa dan menunjukkan
hakikat syariat ini dan tujuan-tujuannya yang tinggi. Di tengah-tengah masa
materialisme yang sangat luar biasa dan dunia dipenuhi dengan penyembahan
terhadap emas dan tersebarnya berbagai macam kejahatan, muncullah dakwah
al-Masih sebagai reaksi ideal yang menunjukkan ketinggian dan kesucian.
Al-Masih mengetahui bahawa ia mengajak manusia untuk menciptakan perilaku ideal
dalam kehidupan; Al-Masih menyedari bahawa dakwahnya penuh dengan idealisme
tetapi idealisme ini sendiri pada saat yang sama merupakan solusi satu-satunya
untuk mengubati kehidupan dari kesengsaraan dan penyakit-penyakit menular;
Al-Masih mengetahui bahawa tidak semua manusia tidak mampu untuk mencapai
puncak yang diisyaratkannya. Tetapi paling tidak, hendaklah setiap orang
berusaha sedikit mendaki sehingga ia selamat.
Dakwah Nabi Isa
terdiri dari kesudian yang mengagumkan; dakwah Nabi Isa bertujuan untuk
menyelamatkan roh atau dakwah yang dapat dianggap sebagai pedoman perilaku
individu, bukan suatu sistem perincian-perincian tersebut dan hanya memfokuskan
kepada sumber utama, yaitu roh. Isa ingin menghidupkan rohani manusia dan
membimbingnya untuk mencapai cahaya Sang Pencipta. Oleh kerana itu, Isa datang
dengan didukung oleh Ruhul kudus. Ruhul kudus adalah Jibril. Kita tidak
mengetahui bagaimana Allah SWT memperkuat Isa dengan Roh Kudus: apakah Jibril
menemaninya dan menyertainya sepanjang pengutusannya? Jibril turun kepada nabi
untuk menyampaikan risalah atau membawa mukjizat atau justru mendatangkan
hukuman atas kaumnya, tetapi ia tidak bersama mereka sepanjang waktu. Oleh
kerana itu, apakah memang Jibril menemani Isa sehingga beliau diangkat ke
langit?
Hampir saja hati
menjadi tenang dengan tafsiran ini kerana dalam kehidupan Nabi Isa terdapat
sisi-sisi malaikat di mana beliau mempunyai kemampuan yang luar biasa yang
berupa mukjizat-mukjizat. Bahkan kemampuan beliau sampai pada batas
menghidupkan orang-orang mati dengan izin Allah SWT. Begitu juga, beliau
memiliki kemampuan yang luar biasa di mana beliau dengan hanya meniupkan pada
suatu tanah, maka tanah itu terbentuk menjadi burung dan ia terbang dengan izin
Allah SWT. Selain itu, Nabi Isa sama sekali tidak mendekati wanita sepanjang
hidupnya sehingga beliau diangkat oleh Allah SWT. Beliau tidak menikah. Ini
juga sifat malaikat di mana kita saksikan bahawa sebahagian para nabi yang
diutus oleh Allah SWT dan memiliki beberapa wanita bahkan kitab-kitab Yahudi
menyebutkan bahawa jumlah isteri- isteri nabi mereka Sulaiman misalnya,
mencapai seribu wanita.
Isa hidup dalam
keadaan tenggelam dalam ibadah seperti anak dari bibinya, yaitu Yahya. Jika
Yahya khusyuk beribadah dan tinggal di gunung dan gurun bahkan dia menginap di
gua, maka hal itu adalah hal yang alami baginya, sedangkan Isa hidup justru di
tengah-tengah masyarakat kota. Persoalannya adalah, bukan hanya Isa tidak
terkait hubungan dengan seorang wanita dan bukan hanya mukjizat-mukjizat yang
diperolehnya yang luar biasa yang berhubungan dengan roh, tetapi yang lebih
dari itu adalah, bahawa beliau didukung oleh Ruhul kudus sepanjang masa
dakwahnya. Tentu itu adalah nikmat yang tak seorang pun dari para nabi
sebelumnya diberi. Allah SWT berfirman:
"(Ingatlah),
ketika Allah mengatakan: 'Hai Isa putera Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu
dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan roh kudus. Kamu dapat
berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan
(ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat, dan Injil, dan
(ingatlah pula) di waktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa
burung dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup padanya, lalu bentuk itu menjadi
burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah), waktu kamu
menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang
berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan
orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu
Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu
mengemukakan kepada mereka keterangan- keterangan yang nyata, lalu orang-orang
kafir di antara mereka berkata: 'Ini tidak lain hanya sihir yang nyata.' Dan
(ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia: 'Berimanlah
kepada-Ku dan kepada rasul-Ku.' Mereka menjawab: 'Kami telah beriman dan
saksikanlah (wahai rasul) bahawa sesungguhnya kami adalah orang- orang yang
patuh (kepada seruanmu).'" (QS. al-Maidah: 110-111)
Ayat-ayat tersebut
menyebutkan lima mukjizat Nabi Isa. Pertama, bahawa beliau mampu berbicara dengan
manusia saat beliau masih di buaian. Kedua, beliau diajari Taurat dan Taurat
yang diturunkan kepada Nabi Musa telah tersembunyi dan telah mengalami
perubahan yang dilakukan oleh orang-orang cerdik dari kaum Yahudi. Ketiga,
beliau membentuk tanah seperti burung kemudian meniupkannya lalu tanah itu
menjadi burung. Keempat, beliau mampu menghidupkan orang-orang yang mati.
Kelima, beliau mampu menyembuhkan orang yang buta dan orang yang belang.
Terdapat mukjizat yang keenam yang disebutkan dalam Al-Quran al-Karim:
"(Ingatlah),
ketika pengikut-pengikut Isa berkata: 'Hai Isa putera Maryam, bersediakah
Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?' Isa menjawab:
'Bertakwalah kepada Allah jika betul- betul kamu orang yang beriman.' Mereka
berkata: 'Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan
supaya kami yakin bahawa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi
orang-orang yang menyaksikan hidangan itu.' Isa putera Maryam berdoa: 'Ya Tuhan
kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari
turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama
kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu: beri
rezekilah kami dan Engkaulah Pemberi rezeki Yang Paling Utama.' Allah
berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barang
siapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan) itu, maka sesungguhnya
Aku akan menyeksanya dengan seksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada
seorang pun di antara umat manusia.'" (QS. al-Maidah: 112-115)
Mukjizat yang keenam
itu adalah turunnya makanan dari langit kerana permintaan Hawariyin. Juga
terdapat mukjizat yang ke tujuh yang terdapat surah Ali 'Imran yaitu beliau
diberi kemampuan melihat hal-hal yang ghaib melalui panca inderanya meskipun
beliau tidak menyaksikannya secara langsung. Oleh kerana itu, beliau
memberitahu kepada sahabat-sahabatnya dan murid-muridnya apa yang mereka makan
dan apa yang mereka simpan di rumah-rumah mereka:
"Dan aku
khabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu.
Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku)
bagimu, jika kamu benar-benar beriman. " (QS. Ali 'Imran:: 49)
Inilah mukjizat Nabi
Isa yang ke tujuh yang didahului oleh mukjizat kelahirannya yang sangat
mengagumkan. Beliau lahir tanpa seorang ayah, lalu diikuti mukjizat berikutnya
di mana beliau diangkat dari bumi ke langit ketika penguasa yang lalim berusaha
menyalibnya. Barangkali pembaca akan bertanya-tanya: mengapa mukjizat-mukjizat
seperti ini diperoleh oleh Nabi Isa? Kita mengetahui bahawa mukjizat adalah hal
yang luar biasa yang Allah SWT berikan kepada nabi-Nya. Tetapi pemberian itu
menjadi sempurna jika mukjizat itu disesuaikan dengan keadaan zaman diutusnya
nabi tersebut sehingga mukjizat itu sangat berpengaruh dalam jiwa kaum dan
mampu menggoncangkan hati mereka dan menjadikan mereka beriman kepada pemilik
mukjizat ini. Jadi, mukjizat menjadi suatu hal yang luar biasa. Oleh kerana
itu, Allah SWT berkehendak agar mukjizat ini sesuai dengan zaman diutusnya nabi
tersebut.
Jadi, setiap mukjizat
yang dibawa oleh rasul selalu berlain-lainan. Nabi Saleh diutus di
tengah-tengah kaum yang melihat bagaimana seekor unta yang melahirkan dari
gunung atau mampu membelah batu-batuan gunung. Sedangkan Nabi Musa diutus di
tengah-tengah kaum yang gemar memainkan sihir sehingga sihir mendapat tempat
istimewa. Oleh kerana itu, mukjizat yang dibawa oleh Nabi Musa bentuk lahirnya
seakan-akan menyerupai sihir, tetapi pada hakikatnya ia justru menjatuhkan
sihir. Mukjizat itu berupa tongkat yang menjadi ular dan kemudian ular itu
memakan tongkat-tongkat para tukang sihir.
Lain halnya dengan
Nabi Isa, beliau diutus di tengah-tengah kaum materialis yang mengingkari roh
dan hari kebangkitan. Mereka menduga bahawa manusia hanya sekadar tubuh tanpa
roh. Mereka adalah kaum yang meyakini bahawa darah makhluk adalah rohnya atau
jiwanya. Taurat yang ada di tangan Yahudi menyebutkan bahawa tafsir an-Nafst
adalah darah. Disebutkan di dalamnya: "Janganlah engkau memakan darah dari
tubuh manusia kerana jiwa setiap tubuh adalah darahnya. "
Nabi Isa diutus di
tengah-tengah kaum yang mereka disesatkan oleh falsafah yang dasarnya
mengatakan bahawa penciptaan alam memiliki sumber pertama, seperti sebab dari
akibat. Jadi, alam memiliki wujud yang mendahuluinya. Di tengah-tengah masa
yang materialis ini, di mana roh diingkari, maka secara logik mukjizat Nabi Isa
terkait dengan usaha menunjukkan alam rohani. Demikianlah Isa dilahirkan tanpa
seorang ayah. Mukjizat ini cukup untuk membungkam kaum yang mengatakan bahawa
alam memiliki sumber pertama. Jelas bahawa alam tidak memiliki wujud yang
mendahuluinya. Kita berada di hadapan Sang Pencipta yang mengadakan sistem bagi
segala sesuatu dan menjadikan sebab bagi segala sesuatu. Dia menjadikan proses
kelahiran anak berasal dari hubungan laki-laki dan wanita, tetapi Pencipta ini
sendiri menciptakan sebab-sebab dan sebab-sebab itu tunduk kepadanya sedangkan
Dia tidak tunduk kepada sebab-sebab itu. Dengan kehendak- Nya yang bebas, Dia
mampu memerintahkan kelahiran anak tanpa melalui ayah sehingga anak itu lahir.
Dan, kelahiran Isa pun terjadi tanpa seorang ayah. Cukup ditiupkan roh
kepadanya:
"Lalu Kami
tiupkan ke dalamnya (tubuhnya) roh dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya
tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam. " (QS. al-Anbiya':
91)
Kelahiran Isa membawa
mukjizat yang luar biasa yang menegaskan dua hal: pertama, kebebasan kehendak
Ilahi dan ketidak terkaitannya dengan sebab kerana Dia adalah Pencipta
sebab-sebab, kedua pentingnya roh dan menjelaskan kedudukannya serta nilainya
di antara kaum yang hanya mementingkan fizik sehingga mereka mengingkari roh.
Seandainya kita mengamati sebahagian besar mukjizat Nabi Isa, maka kita akan
melihatnya dan mendukung pandangan tersebut. Misalnya, mukjizat Nabi Isa yang
mampu membentuk tanah seperti burung lalu beliau meniupkannya sehingga tanah
itu menjadi burung. Mukjizat ini pun menguatkan adanya roh. Semula ia berupa
tanah yang bersifat fizik yang tidak dapat disifati dengan kehidupan tetapi
ketika Nabi Isa meniupnya, maka segenggam tanah itu menjadi burung yang
memiliki kehidupan, Sungguh sesuatu yang bukan fizik masuk ke dalamnya. Sesuatu
itu adalah roh. Roh itu masuk ke dalam tanah sehingga ia menjadi burung. Jadi,
roh adalah nilai yang hakiki, bukan jasad atau fizik. Di samping itu, juga ada mukjizat
menghidupkan orang-orang yang mati. Bukankah ini juga menunjukkan adanya roh
dan adanya hari akhir atau hari kebangkitan. Orang yang mati telah ditelan oleh
bumi di mana anggota tubuhnya telah hancur berantakan sehingga ia hampir
menjadi tulang-belulang yang hancur lalu al-Masih memanggilnya dan tiba-tiba
dia hidup kembali dan bangkit dari kematiannya.
Seandainya orang yang
mati hanya berupa fizik sebagaimana dikatakan orang-orang Yahudi, maka ia tidak
akan mampu bangkit dari kematiannya kerana fiziknya telah hancur tetapi mayat
itu mampu bangkit dari kematian. Jayanya kembali hidup dan ia bangkit dari
kuburannya serta berbicara. Jadi, roh adalah nilai yang hakiki. bukan fizik
atau jasad. Kalau begitu, di sana terdapat hari kebangkitan dan hari kiamat.
Hal ini bukanlah mustahil sebagaimana yang dikatakan orang-orang Yahudi, kerana
setelah kematian jasad menjadi tanah yang berterbangan di udara. Itu bukan
mustahil tetapi mungkin-mungkin saja. Dalil dari hal itu adalah, kebangkitan
orang-orang yang telah mati di hadapan mata kepala mereka sendiri. Nabi Isa
telah menghidupkan mereka agar kaumnya yakin bahawa kiamat fizik akan terjadi
dari kematian dan itu adalah benar dan bahawa hari akhir adalah benar.
Juga terdapat mukjizat
yang lain, yaitu beliau mampu memberi tahu kaumnya tentang apa yang mereka
simpan di rumah-rumah mereka, tanpa terlebih dahulu beliau masuk ke rumah
mereka atau dapat bocoran dari seseorang. Mukjizat ini menetapkan bahawa panca
indera bukanlah nilai yang hakiki. Nabi Isa tidak melihat apa yang ada di rumah
mereka tetapi rohnya mampu untuk melihat dan berbicara atau memberitahu mereka.
Jadi, rohani adalah nilai yang hakiki, bukan fizik. Demikianlah
mukjizat-mukjizat Isa datang untuk memberitahukan pentingnya roh dan kebebasan
kehendak Ilahi. Mukjizat-mukjizat Nabi Isa - sebagaimana dikatakan oleh guru
kami Muhammad Abu Zahra' - termasuk dari jenis propagandanya dan sesuai dengan
tujuan risalahnya, yaitu dakwah untuk mendidik rohani dan keimanan kepada hari
kebangkitan dan hari kemudian, dan di sana ada kehidupan lain di mana seseorang
yang berbuat baik akan dibalas kebaikannya dan orang yang berbuat buruk akan
dibalas keburukannya.
Lalu, apakah mukjizat
menghidupkan orang-orang yang mati masih memberikan celah kepada para
pengingkaran akhirat untuk terus mengingkarinya atau memberikan ruangan kepada
penentang hari kebangkitan untuk meneruskan penentangannya? Kami telah
mengatakan bahawa orang-orang Yahudi telah diracuni dengan fikiran
ketidakpercayaan atau penentangan pada hari akhirat serta tidak beriman kepada
hari akhir, maka menghidupkan orang-orang yang mati yang dibawa atau dikuasai
oleh Isa menjadi suatu pukulan telak bagi mereka yang membuat mereka beriman,
tetapi mereka masih menentang tanda-tanda kebesaran Allah.
Nabi Isa menutup
lembaran kehidupannya yang lembut dan ia mulai berdakwah di jalan Allah. Beliau
didukung oleh Ruhul kudus dan mukjizat-mukjizat yang luar biasa. Al-Quran
al-Karim menceritakan kepada kita bahawa esensi dakwah al-Masih tidak banyak
berubah dari esensi dakwah para nabi sebelumnya, yaitu menyuarakan Islam yang
intinya adalah menebarkan tauhid yang sempurna hanya serta menyerahkan diri
kepada Allah: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhan kalian."
Al-Quran memberitahu
kita bahawa yang mengatakan kalimat tersebut adalah Isa. Kalimat tersebut
adalah kalimat yang sama yang pernah disampaikan seluruh nabi, meskipun nama
mereka, sifat mereka, mukjizat mereka, baju mereka, bahasa mereka, usia mereka,
bentuk mereka, dan warna kulit mereka tidak sama. Mereka semua bersepakat untuk
menyuarakan Islam dan hanya menyerahkan diri kepada Allah SWT serta beriman
bahawa Allah SWT adalah Tuhan mereka dan Tuhan alam semesta. Tiada sekutu
bagi-Nya dan tiada yang setara dengan-Nya. Dia Maha Esa yang tidak beranak dan
tidak diperanakkan dan tiada sesuatu pun yang menyerupai-Nya.
Isa tidak mengatakan
persoalan tauhid lebih banyak atau lebih sedikit dari apa yang pernah
disampaikan oleh para nabi. Al-Quran datang kira- kira setelah lima ratus tahun
dari pengangkatan Nabi Isa. Allah SWT, melalui ilmu-Nya yang azali mengetahui
apa yang terjadi di tengah- tengah kaum Masehi di mana mereka berselisih
tentang hakikat Isa. Oleh kerana itu, Al-Quran al-Karim berusaha menyingkap
dialog mereka yang belum terjadi. Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah)
ketika Allah berfirman: 'Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada
manusia: 'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?' Isa menjawab:
'Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku
(mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya, maka tentulah Engkau telah
mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak
mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui
perkara yang ghaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang
Engkau perintahkan kepadaku (mengatakannya) yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku,
dan Tuhanmu,' dan aku menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada di antara
mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan
Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.'" (QS. al-Maidah:
116-117)
Al-Quran secara tegas
mengatakan bahawa dakwah al-Masih adalah dakwah tauhid. Al-Quran ingin
mengatakan bahawa al-Masih terlepas dari segala tuduhan yang dialamatkan kepadanya,
yaitu tuduhan bahawa ia anak Tuhan atau ia justru tuhan itu sendiri. "Aku
tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan
kepadaku (mengatakannya) yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu."
Nabi Isa pergi berdakwah
di jalan Allah SMT. Inti dakwahnya adalah, bahawa tidak ada perantara antara
Pencipta dan makhluk; tidak ada perantara antara seorang penyembah dan yang
disembah. Allah SWT menurunkan kitab Injil kepada Nabi Isa. Ia adalah kitab
suci yang datang untuk membenarkan Taurat dan berusaha menghidupkan syariatnya
yang pertama. Injil adalah cahaya, petunjuk, dan peringatan bagi orang-orang
yang bertakwa. Nabi Isa ingin meluruskan tafsiran orang-orang Yahudi terhadap
syariat di mana mereka menyampaikan tafsir dari syariat itu secara harfiah dan
sesuai dengan kepentingan mereka. Nabi Isa menenangkan orang-orang yang menjaga
syariat bahawa ia tidak datang untuk menghilangkan syariat, tetapi ia datang
untuk menyempurnakannya dan menyelesaikan tugas para nabi. Namun Isa lebih
menekankan pada penafsiran esensinya, bukan kepada bentuk lahiriahnya.
Nabi Isa memberi
pengertian kepada orang-orang Yahudi bahawa sepuluh wasiat yang dibawa oleh Isa
mengandung makna-makna yang lebih dalam dari apa yang mereka bayangkan. Wasiat
yang keenam bukan hanya melarang pembunuhan materi, sebagaimana yang mereka
fahami tetapi juga menyangkut penindasan dan usaha mencelakakan orang lain.
Sedangkan wasiat yang ke tujuh bukan hanya melarang zina (dalam pengertian
terjadinya hubungan antara laki-laki dengan perempuan melalui cara-cara yang
tidak sah), tetapi zina berarti segala bentuk perbuatan yang menjurus kepada
dosa. Misalnya, ketika mata diarahkan kepada lawan jenis disertai syahwat dan
hasrat seksual, maka itu pun berarti zina. Nabi Isa berkata: "Sesungguhnya
lebih baik bagi manusia untuk menghindarkan matanya dari sesuatu yang dapat
menghancurkannya daripada ia harus hancur dengan mata itu sendiri. Syariat yang
dibawa oleh Isa melarang untuk melanggar sumpah dan janji Nabi Isa memberi
pengertian kepada kaumnya bahawa hendaklah mereka tidak melakukan sumpah palsu
kerana merupakan "kesalahan besar jika nama Allah dibuat main-main di
atas mulut-mulut manusia." (Injil Mata 21 sampai 48).
Dakwah Nabi Isa juga
berbenturan dengan arus materialisme yang sangat mendominasi masyarakat saat
itu. Oleh kerana itu, beliau mengingatkan manusia dari perbuatan munafik,
pamrih, tamak, dan gila pujian. Begitu juga beliau mengingatkan mereka dari
sifat rakus terhadap kekayaan dunia; beliau mengingatkan agar jangan sampai
mereka menimbun harta di dunia. Yakni, hendak lah mereka tidak memfokuskan
perhatian mereka pada urusan-urusan duniawi semata yang sifatnya tidak abadi.
Tetapi hendaklah mereka memfokuskan perhatian mereka pada hal-hal yang bersifat
samawi (ukhrawi) kerana itu bersifat abadi.
Nabi Isa memberitahu
kepada masyarakatnya agar mereka menjadi orang-orang yang teliti saat memilih
gaya hidup mereka kerana pada gilirannya akal mereka akan menjadi cermin
darinya. Kecenderungan manusia itu terkait kuat dengan hatinya. Jika hati
tertuju kepada cahaya langit, maka kehidupan manusia akan tampak bersinar
tetapi jika hati tertuju pada kegelapan dunia, maka kehidupannya pun tampak
gelap. Nabi Isa mengingatkan kaumnya dari sikap pamrih dan cinta dunia. Beliau
mengajak mereka untuk teliti dalam memilih majikan yang mereka mengabdi
kepadanya kerana manusia tidak dapat mengabdi kepada dua majikan dalam satu
waktu. Boleh jadi ia akan menjadikan harta sebagai majikannya, atau boleh jadi
ia akan menjadikan Allah SWT sebagai tuannya. Jika ia menyembah harta, maka
berarti ia jauh dari penyembahan terhadap Tuhannya. Oleh kerana itu, hendaklah
manusia menjauhi dunia, seperti makanan dan pakaian di mana mereka akan
dikuasai oleh kegelisahan dan ketidaktenangan serta keraguan tentang penjagaan
Allah SWT kepada mereka. Allah SWT telah berjanji untuk memenuhi kebutuhan
hamba-hamba-Nya dalam kehidupan. Ketika timbul kegelisahan dan keraguan pada
diri mereka, maka itu dikeranakan keraguan mereka terhadap penjagaan Allah SWT
dan ketidakpercayaan mereka kepada janji-janjinya dan rahmat-Nya serta
bimbingan-Nya. Allah SWT lah yang menciptakan mereka dan Dia pula yang menjamin
kehidupan mereka dan melindungi mereka. Bahkan Dia juga melindungi makhluk yang
paling kecil urusannya seperti burung di langit dan kumbang-kumbang di kebun.
Nabi Isa memberitahu
kaumnya bahawa hanya memperhatikan dunia adalah hal yang salah, yang tidak
pantas dilakukan oleh orang-orang yang beragama. Itu adalah sikap para
penyembah berhala kerana penyembah berhala tidak mengetahui apa yang lebih baik
darinya, sedangkan orang- orang yang beragama mengetahui bahawa di sana
terdapat bimbingan Ilahi yang mengajak mereka untuk percaya kepada Allah SWT
dan tidak begitu peduli dengan dunia. Allah SWT mengetahui kebutuhan-kebutuhan
mereka lebih daripada apa yang mereka ketahui; Allah SWT akan melindungi mereka
dan akan menjamin kehidupan mereka. kerana itu, yang layak bagi mereka adalah,
hendaklah mereka memohon agar diberi kekuasaan Allah SWT dan kebaikan dari-Nya.
Yakni kehidupan rohani dan apa yang dikandungnya dari kebahagiaan abadi.
Di samping itu, Nabi
Isa menasihati mereka agar jangan terlalu pusing dengan kejadian-kejadian yang
akan datang dan persoalan-persoalan esok hari kerana esok hari sudah berjalan
sebagaimana mestinya. Jika kebutuhan dan penderitaan datang silih berganti,
maka bantuan dan perlindungan Ilahi pun terus datang silih berganti. Dakwah
Nabi Isa juga berbenturan dengan dualisme yang tumbuh di tengah-tengah
masyarakat. Kita saksikan sebagaimana mereka suka mendapatkan kebaikan yang
ditujukan kepada diri mereka, maka mereka pun biasa untuk melakukan kejahatan
kepada orang-orang lain. Demikianlah, kehidupan orang-orang Yahudi dicemari
sikap dualisme ini. Nabi Isa mewasiatkan kepada manusia agar mereka
memperlakukan sesama mereka sesuai dengan akidah yang mengatakan:
"Perlakukanlah orang lain sebagaimana engkau memperlakukan dirimu
sendiri"
Nabi Isa terus
melangsungkan dakwahnya dan mengajak manusia untuk menyembah Allah SWT serta
tidak menyekutukan-Nya, sebagaimana beliau juga mengajak manusia untuk
membersihkan rohani serta hati dan berusaha memasuki kerajaan langit. Dakwah
Nabi Isa itu sangat memukul kalangan para pendeta Yahudi. Kalimat-kalimat yang
dilontarkan Nabi Isa bagaikan senjata yang siap menerpa wajah mereka dan
menyatakan peperangan terhadap mereka serta menyingkap kedok kemunafikan
mereka. Mula-mula pemerintahan Romawi tidak turut campur dalam masalah tersebut
kerana mereka melihat bahawa itu hanya sekadar perselisihan dalaman antara
kelompok-kelompok Yahudi. Bagi mereka, selama orang-orang Yahudi sibuk dengan
masalah mereka sendiri dan tidak peduli dengan kekuasaan, mereka pun tidak
turut campur.
Kemudian para pendeta
Yahudi mulai merancang suatu persekongkolan untuk menyingkirkan Isa. Mereka
ingin mengusir Isa dan membuktikan bahawa Isa datang untuk menghancurkan
syariat Musa. Syariat Musa memutuskan untuk merejam wanita yang berzina. Para
pendeta Yahudi menghadirkan wanita yang salah yang berhak direjam. Mereka
berkumpul di sekeliling Isa dan bertanya kepadanya: "Tidakkah syariat
menetapkan untuk merejam wanita yang bersalah?" Isa menjawab:
"Benar," Mereka berkata: "Ini adalah wanita yang bersalah."
Isa memandang wanita itu dan ia pun melihat para pendeta Yahudi. Isa mengetahui
bahawa para pendeta Yahudi lebih banyak kesalahannya daripada wanita tersebut.
Para pendeta itu menunggu jawapan Isa. Jika ia mengatakan bahawa wanita itu
tidak berhak dibunuh, maka berarti ia menentang syariat Musa, dan jika ia
mengatakan bahawa ia berhak dibunuh, maka ia justru menghancurkan dirinya
sendiri yang membawa syariat cinta dan toleransi. Nabi Isa memahami bahawa ini
adalah persekongkolan. Beliau tersenyum dan wajahnya tampak bercahaya. Kemudian
beliau melihat para pendeta Yahudi dan wanita itu sambil berkata: "Barang
siapa di antara kalian yang tidak memiliki kesalahan, maka hendaklah ia merejam
wanita itu."
Suara beliau yang
keras itu memecahkan keheningan tempat penyembahan. Beliau menetapkan peraturan
baru yang berhubungan dengan hukum yang dijatuhkan kepada orang yang berbuat
salah. Hendaklah orang yang tidak berbuat salah menghukum orang yang salah dan
tidak berhak seseorang pun dari kalangan manusia untuk menghukum orang yang
bersalah jika ia sendiri bersalah, tetapi yang menghukumnya adalah Allah SWT
yang Maha Suci dan Maha Tinggi dan Allah SWT adalah Maha Pengasih di antara
yang mengasihi.
Nabi Isa keluar dari
tempat penyembahan itu. Tiba-tiba, wanita itu mengejar dari belakangnya. Lalu
wanita itu mengeluarkan dari pakaiannya satu botol dari minyak yang berharga.
Ia berdiri di depan Isa dan menjatuhkan dirinya di atas kedua kaki Isa lalu
menciumnya dan membasuhnya dengan minyak wangi dan air mata. Setelah itu, ia
mengeringkan kedua kakinya dengan rambutnya. Bagi wanita itu, al- Masih mempakan
harapan terakhir yang dapat menyelamatkannya. Lalu keluarlah dari belakang Isa
seorang tokoh pendeta Yahudi. Ia berdiri menyaksikan pemandangan tersebut dan
ia merasa kagum terhadap kasih sayang Isa. Isa melihat kepadanya dan bertanya;
"Seorang kreditor yang memiliki dua orang debitor, salah satunya berhutang
lima ratus dinar dan yang lain lima puluh dinar." Pendeta itu berkata:
"Ya." Isa berkata: "Tak seorang pun dari mereka berdua yang
memiliki wang yang cukup untuk melunasi wangnya. Lalu si kreditor memaafkan
mereka dan membebaskan mereka dari hutang." Pendeta berkata:
"Ya." Kemudian Isa bertanya: "Siapa di antara mereka yang paling
senang kepada kreditor itu?" Pendeta menjawab: "Tentu yang berhutang
lebih besar.'' Isa berkata: "Benar apa yang engkau ucapkan. Lihatlah
wanita ini. Aku telah masuk ke rumahmu tetapi engkau tidak memberikan kepadaku
air agar aku dapat membasuh wajahku, tetapi wanita itu membasuh kedua kakiku
dengan air mata lalu ia mengusapnya dengan rambut kepalanya. Begitu juga engkau
tidak memberikan ciuman kepadaku tetapi wanita ini tidak merasa puas dengan
hanya mencium kedua kakiku. Jadi, hatimu sungguh sangat keras tetapi hati
wanita itu dipenuhi dengan rasa cinta. Maka barang siapa yang banyak mencintai
nescaya kesalahan-kesalahannya akan diampun." Kemudian Isa menoleh ke
wanita itu dan memerintahkannya untuk bangkit dari tanah sambil berkata:
"Ya Allah, ampunilah wanita ini dan hilangkanlah
kesalahan-kesalahannya."
Nabi Isa berusaha
menyedarkan para pendeta Yahudi bahawa para dai yang menyeru di jalan Allah SWT
bukanlah algojo yang bengis yang menerapkan hukum syariat tanpa melihat keadaan
masyarakat yang bersalah, tetapi mereka datang dan membawa ajaran Allah SWT
yang merupakan ajaran yang penuh dengan rahmat kepada manusia. Jadi, rahmat
adalah tujuan semua dakwah Ilahi ini. Bahkan diutusnya para nabi itu sendiri
mengandung rahmat Allah SWT terhadap kaum mereka.
Isa terus berdoa
kepada Allah SWT agar merahmati kaumnya. Beliau menyuruh kaumnya agar
menyayangi diri mereka sendiri dan beriman kepada Allah SWT. Kehidupan Nabi Isa
menggambarkan kezuhudan dan ketaatan dalam ibadah. Mu'tamar bin Sulaiman
berkata, sebagaimana diriwayatkan Ibnu 'Asakir: "Nabi Isa menemui kaumnya
dengan memakai pakaian dari wol. Beliau keluar dalam keadaan tidak beralas kaki
sambil menangis serta wajahnya tampak pucat kerana kelaparan dan bibimya tampak
kering kerana kehausan. Nabi Isa berkata, "salam kepada kalian wahai Bani
Israil. Aku adalah seseorang yang meletakkan dunia di tempatnya sesuai dengan
izin Allah SWT, tanpa bermaksud membanggakan diri. Apakah kalian mengetahui di
mana rumahku?" Mereka menjawab: "Di mana rumahmu wahai
Ruhullah?"
Nabi Isa menjawab:
"Rumahku adalah masjid, wewangianku adalah air makananku adalah rasa
lapar, pelitaku adalah bulan di waktu malam dan solatku di waktu musim dingin
di saat matahari terletak di timur, bungaku adalah tanaman-tanaman bumi,
pakaianku terbuat dari wol, syiarku adalah takut kepada Tuhan Yang Maha Mulia,
teman-temanku adalah orang-orang yang fakir, orang-orang yang sakit, dan
orang-orang yang miskin. Aku memasuki waktu pagi dan aku tidak mendapati
sesuatu pun di rumahku begitu juga aku memasuki waktu sore dan aku tidak
menemukan sesuatu pun di rumahku. Aku adalah seseorang yang jiwanya bersih dan
tidak tercemar. Maka siapakah yang lebih kaya daripada aku?"
Isa terus melakukan
dakwahnya. Ia didukung oleh mukjizat dari Allah SWT. Nabi Isa mampu membuat
bentuk burung dari tanah kemudian ia meniupnya, maka tanah itu menjadi burung
dengan izin Allah SWT. Selain itu, hujung bajunya yang sederhana jika tersentuh
orang yang sakit, maka orang itu akan sembuh. Bahkan jika Isa meletakkan
tangannya di atas mata orang yang buta atau orang yang terkena sakit belang
nescaya ia akan sembuh. Jadi, Nabi Isa didukung oleh mukjizat yang luar biasa.
Bahkan beliau mampu menghidupkan orang-orang yang mati dari kuburan mereka
sehingga mereka keluar dalam keadaan hidup dengan izin Allah SWT.
Para ahli tafsir
mengatakan bahawa Nabi Isa menghidupkan empat orang. Pertama, al-Azir yaitu temannya.
Kemudian dua orang anak laki-laki dari seorang tua, dan seorang anak perempuan
satu-satunya dari seorang ibu. Mereka adalah tiga orang yang mati di zaman Nabi
Isa. Ketika orang- orang Yahudi melihat hal tersebut, mereka berkata:
"Engkau menghidupkan orang-orang yang mati dan kematian mereka tidak lama
.Barangkali mereka tidak mati tapi mereka sekadar mengalami keadaan tidak
sedarkan diri atau mati suri. Lalu mereka meminta kepada Nabi Isa untuk
membangkitkan Sam bin Nuh dari kematiannya.
Para ahli tafsir
mengatakan bahawa Nabi Isa bertanya kepada mereka, "Di manakah kaum
kuburan Sam bin Nuh?" Mereka keluar bersama Isa sehingga mereka mencapai
kuburan. Lalu Nabi Isa berdoa kepada Allah SWT agar menghidupkan orang yang
mati di situ. Sam bin Nuh keluar dari kuburannya, dan rambut dikepala-nya
tampak beruban. Isa berkata kepadanya: "Bagaimana rambut di kepalamu bisa
beruban, sementara di zamanmu kau tidak. ada uban," Sam berkata: "Ya
Ruhullah, aku mendengar engkau berdoa untukku lalu aku mendengar suara yang
mengatakan, aku akan mengabulkan wahai Ruhullah. Aku mengira bahawa kiamat
telah tiba. kerana takutnya kepada hal itu sehingga rambut di kepalaku
beruban."
Apa pun yang dikatakan
berkaitan dengan cerita itu yang menyebutkan tentang bagaimana Nabi Isa
menghidupkan orang-orang yang mati, namun kita tidak mengetahui konteks
Al-Qu'ran serta perincian-perincian yang menjelaskan hal tersebut. Allah SWT
hanya menyebutkan bahawa Isa menghidupkan orang-orang yang mati dengan
izin-Nya. Kita percaya bahawa Nabi Isa mampu menghidupkan mereka tetapi kita
tidak mengetahui apakah mereka mati kembali setelah dihidupkan atau mereka
sempat menjalani kehidupan selama beberapa saat. Nabi Isa terus berjalan di
jalan Allah SWT. Beliau membuat bagi mereka apa yang disebut dengan hukum roh.
Beliau menaiki gunung dan para sahabat- sahabatnya berdiri di sekitarnya. Nabi
Isa melihat orang-orang yang beriman kepadanya yang terdiri dari orang-orang
yang fakir, orang-orang yang menderita, dan orang- orang yang sedih. Jumlah
mereka sedikit sebagaimana lazimnya jumlah para pengikut nabi.
Gunung diliputi dengan
awan tipis dan turunlah hujan gerimis. Isa mulai berbicara: "Sungguh
beruntung bagi orang-orang miskin kerana mereka memiliki kerajaan langit.
Beruntunglah orang-orang yang sedih kerana mereka akan menjadi orang-orang yang
mulia. Beruntunglah yang diserahi amanat kerana mereka akan mewarisi bumi.
Beruntunglah orang- orang yang lapar dan haus kerana mereka akan dikenyangkan.
Beruntunglah orang-orang yang menyayangi kerana mereka akan disayangi.
Beruntunglah orang-orang yang bersih hatinya kerana mereka akan melihat Allah
SWT. Beruntunglah orang-orang yang tertindas demi mempertahankan kebenaran
kerana mereka akan mendapatkan kerajaan langit. Kalian adalah garam bumi jika
garam telah rosak, maka siapa gerangan yang dapat mengembalikannya menjadi
garam kembali." Renungkanlah kedalaman ungkapan dari Nabi Isa,
"kalian adalah garam bumi."
Garam adalah sesuatu
yang memberikan rasa yang khusus dan tanpa garam makanan akan menjadi hambar.
Yakni, tanpa orang-orang mukmin, maka cita rasa kehidupan terasa tidak
bermakna; tanpa kehadiran orang-orang Muslim dan perbuatan mereka yang ikhlas
terhadap Allah SWT akan tampak kehidupan sangat berat dan tidak berarti. Di
samping itu, kehadiran manusia sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi pun
sia-sia, dan keagungan manusia sebagai hamba Allah SWT pun tidak bermakna, dan
pada gilirannya kehidupan akan dipenuhi dengan kejahatan dan keburukan.
Allah SWT teiah
mewahyukan kepada "garam bumi" agar mereka beriman kepada Nabi Isa.
Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah),
ketika Aku ilhamkan kepada pengikut-pengikut Isa yang setia: 'Berimanlah kamu
kepada-Ku dan kepada rasul-Ku.' Mereka menjawab: 'Kami telah beriman dan
saksikanlah (wahai rasul) bahawa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang
patuh (kepada seruanmu).'" (QS. al-Maidah: 111)
Al-Hawariyin mengakui
kebenaran ajaran Nabi Isa dan mereka menyatakan keislaman kepadanya,
sebagaimana ratu Saba' mengakui kebenaran ajaran Nabi Sulaiman dan menyatakan
keislaman padanya, dan sebagaimana semua para nabi menyatakan keislaman.
Hakikat ajaran para nabi terbatas kepada pernyataan keislaman dan semua nabi
menyeru kepada jalan tauhid dan jalan Islam. Islam dalam pandangan kami
memiliki makna yang lebih dalam daripada tauhid. Pengakuan seseorang terhadap
Allah SWT dan keimanan akan keesaan-Nya dalam menciptakan makhluk tidak
mencegah orang itu untuk berbuat dosa, sedangkan keislaman atau penyerahan hati
dan anggota badan serta pemikiran kepada Allah SWT merupakan suatu tingkatan
sedikit lebih tinggi. Ini adalah tingkat kepatuhan orang-orang yang patuh dan
puncak ketauhidan orang-orang yang bertauhid. Itu adalah keserasian antara
tindakan dengan fikiran, yaitu usaha manusia untuk menghindari kesalahan dan
memurnikan amal hanya untuk Allah SWT. Al-Quran al- Karim memberitahu kita
bahawa Allah SWT menyampaikan wahyu kepada al-Hawariyin agar mereka beriman
kepadanya dan kepada Rasul-Nya Isa.
Marilah kita
renungkanlah sejenak tentang wahyu Allah SWT terhadap Hawariyin. Kita
mengetahui bahawa Allah SWT mewahyukan kepada manusia dan kepada
makhluk-makhluk lainnya. Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah)
ketika Tuhanmu mewahyukan kepada lebah..." (QS. an-Nahl: 68)
Yang dimaksud dengan
wahyu di sini adalah memberikan ilham kepada makhluk agar mereka menuju ke
jalan fitrahnya yang telah Allah SWT gariskan di atasnya sehingga mereka
mencapai jalan kesempurnaan. Tidakkah Anda ingat tentang jawapan Nabi Musa
terhadap pertanyaan Fira'un:
"Fir'aun berkata:
'Siapakah Tuhan kamu berdua wahai Musa. " (QS. Thaha: 49)
"Musa berkata:
'Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk
kejadiannya kemudian memberinya petunjuk. " (QS. Thaha: 50)
Makna di sana dan di
sini sama. Makna yang sama tersebut diterapkan kepada kaum Hawariyin di mana
wahyu Allah SWT terhadap mereka berupa pemberian ilham kepada mereka demi
kebaikan mereka dan kebahagiaan mereka, dan wahyu ini tidak bertentangan dengan
ikhtiar mereka dan usaha mereka serta keinginan mereka, bahkan tidak bertentangan
dengan kebebasan mereka. Allah SWT telah melihat hati mereka yang dipenuhi
dengan kebaikan. Dia melihat mereka sebagai garam bumi, maka Allah SWT
mewahyukan kepada mereka agar beriman kepadanya dan rasul-Nya sehingga mereka
pun beriman dan mereka pun bersaksi bahawa mereka orang-orang yang berserah
diri atau Muslim.
Tampaknya kaum
Hawariyin menyembunyikan keimanan mereka sehingga Isa merasakan kekufuran
kaumnya semakin menjadi-jadi lalu Isa memanggil mereka: "Siapakah di
antara kalian yang menolong aku menuju jalan Allah SWT?" Allah SWT
berfirman:
"Maka tatkala Isa
mengetahui keingkaran dari mereka (Bani Israil) berkatalah dia: 'Siapakah yang
akan menjadi penolong-penolongku untuk menegakkan (agama) Allah?' Para
Hawariyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: 'Kamilah penolong-penolong (agama)
Allah. Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahawa sesungguhnya kami
adalah orang-orang yang menyerahkan diri. Ya Tuhan kami, kami telah beriman
kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, kerana itu
masukkanlah kami ke dalam golongan orang- orang yang menjadi saksi.'" (QS.
Ali 'Imran: 52-53)
Nas Al-Quran
menunjukkan bahawa Nabi Isa mengajak mereka untuk mengikuti Islam sehingga
mereka pun berserah diri; nas Al-Quran menegaskan bahawa Nabi Isa menyampaikan
khabar gembira dengan kedatangan seorang rasul yang datang setelahnya yang
bernama Ahmad. Dikatakan dalam Al-Quran:
"Dan (ingatlah)
ketika Isa putera Maryam berkata: 'Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah
utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab yang turun sebelumku, yaitu Taurat dan
memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan datang
sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).' Maka tatkala rasul itu datang kepada
mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: 'Ini adalah sihir
yang nyata.'" (QS. Shaff: 6)
Kita tidak mengetahui
secara pasti kapan Nabi Isa menyampaikan khabar berita tentang kedatangan
seorang rasul ini yang datang setelah masanya, yaitu Ahmad saw. Apakah khabar
berita itu beliau sampaikan dipermulaan pengutusannya kepada manusia, atau
apakah beliau menyampaikan khabar itu pada akhir masa dakwahnya dan sebelum
beliau diangkat ke langit? Tetapi melihat konteks Al-Quran tampaknya khabar
berita tersebut itu disampaikan di permulaan dakwahnya, sebagaimana firman-Nya:
"Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti
yang nyata, mereka berkata: 'lni adalah sihir yang nyata.'"
Kata ganti (dhamir)
dalam ayat tersebut kembali kepada Nabi Isa. Ayat tersebut menunjukkan bahawa
Nabi Isa menyampaikan khabar gembira dengan datangnya Muhammad atau Ahmad
ketika Allah SWT mengutus kepada kaumnya. Kemudian terjadilah di hadapan Nabi
Isa berbagai macam mukjizat yang luar biasa seperti penghidupan orang yang
mati, peniupan tanah, dan sebagainya. Ketika Nabi Isa datang membawa bukti-
bukti yang jelas ini, maka mereka menuduhnya bahawa ia membawa sihir. Nabi Isa
mengetahui bahawa tuduhan semacam ini telah dialamatkan kepada sebahagian besar
para nabi sebelumnya. Beliau juga mengetahui bahawa nabi yang terakhir pun akan
mendapatkan tuduhan yang sama. Oleh kerana itu, nabi yang mulia itu tetap
berdakwah di jalan Allah SWT dan tidak peduli dengan tuduhan kaumnya yang
mengatakan bahawa beliau membawa sihir.
Kemudian pertentangan
antara Nabi Isa dan Bani Israil semakin meningkat. Mereka adalah orang-orang
yang hatinya keras, yang membeku di hadapan kebenaran. Isa datang kepada mereka
dan menghancurkan segala pemikiran mereka dan kehidupan mereka serta sistem
mereka. Sesungguhnya dakwah Nabi Isa terfokus kepada kebenaran, kedamaian dan
keadilan dan pada saat yang sama mengumumkan peperangan terhadap kehidupan
orang-orang yang lalim yang telah menjauhi kebenaran. keadilan, dan kedamaian.
Injil Mata menyebutkan melalui lisan Isa: "Janganlah kalian mengira bahawa
aku membawa kedamaian ke muka bumi. Aku tidak datang hanya membawa kedamaian
tetapi aku datang membawa pedang."
Kalimat tersebut
menyiratkan hakikat yang penting dari hakikat dakwah para nabi. Para nabi
adalah pejuang sejati di mana senjata yang mereka gunakan di medan peperangan
beraneka ragam. tetapi mereka pada hakikatnya adalah pejuang. Mereka memulai
peperangan mereka dengan satu pemikiran yaitu suatu tekad mengatakan bahawa
tiada Tuhan selain Allah SWT. Pemikiran itu tentu berbenturan dengan
kepercayaan akan tuhan-tuhan yang diyakini oleh manusia, baik tuhan-tuhan yang
terbuat dari emas atau batu. Pemikiran itu sangat mengganggu ketenangan
orang-orang yang lalim atau penguasa yang bengis serta sangat melawan
kepentingan mereka, sehingga para raja dan para penguasa seperti biasanya
bergerak menentang nabi kecuali orang yang mendapatkan petunjuk dari Allah SWT.
Para pembesar dari kalangan kaum nabi menentang nabi. Al-Mala' adalah para
pembesar sebagaimana telah kami jelaskan dalam kisah Nabi Nuh dan sesudahnya.
Kemudian Nabi terus melangsungkan peperangan mewujudkan tekadnya: Nabi
meletakkan dasar peperangannya dengan menyampaikan ketuhanan Allah SWT.
Setelah meneguhkan
dasar yang kuat ini, Nabi menetapkan keadilan. Tak seorang pun berhak untuk
menghinakan seseorang atau menjadikannya sebagai budak kerana penghambaan hanya
pantas ditujukan kepada Allah SWT. Manusia adalah sama di antara mereka
sehingga tidak berhak seseorang untuk memanfaatkan kekuatan manusia untuk
membangun kejayaan peribadinya atau untuk memperkaya dirinya dengan merugikan
orang lain, atau menghancurkan hak-hak mereka atau berbuat buruk terhadap
mereka dalam berbagai bentuknya. Jadi, inti dakwah para nabi berarti mengganti
dan mengubah sistem yang rosak yang didirikan oleh para pembesar kaumnya. Kalau
begitu, ia adalah dakwah yang menyatakan peperangan dan kerana itu seseorang
nabi harus membawa senjata. Setelah meneguhkan pemikiran tersebut, dimulailah
peperangan. Seorang nabi menggunakan pedang. Ia berlindung di balik senjata dan
senjata yang dimiliki oleh setiap nabi berbeza-beza.
Mula-mula seorang nabi
tidak menggunakan senjata apa pun dalam peperangannya selain berusaha untuk
membangkitkan akal. Lalu peperangan semakin meningkat sehingga nabi terpaksa
untuk menggunakan senjata. Para musuh memaksanya untuk menggunakan senjata
sehingga para nabi pun menggunakan senjata. Di sini setiap nabi mempunyai
senjata yang berbeza-beza. Terkadang senjata seorang nabi berupa mukjizat yang
dapat menghentikan langkah dan menghancurkan mereka seperti taufan (kisah Nabi
Nuh) atau angin (kisah Nabi Hud), dan terkadang senjata para nabi adalah
mukjizat yang membantunya untuk mengalahkan musuh-musuhnya secara pasti seperti
ditundukkannya jin dan burung baginya (kisah Nabi Sulaiman) dan senjata nabi
berupa mukjizat yang menyelamatkannya dari tipu daya musuh seperti berubahnya
api menjadi sesuatu yang dingin dan membawa keselamatan (kisah Nabi Ibrahim)
dan terkadang senjata nabi yang luar biasa yang memperkuat dakwahnya seperti menghidupkan
orang-orang yang mati (kisah Nabi Isa) dan terkadang senjata nabi berupa pedang
yang dipegang di tangannya saat ia melangsungkan peperangan dan mempertahankan
dakwahnya (kisah Nabi Muhammad saw).
Jadi, senjata para
nabi berbeza-beza, baik dalam bentuk kualiti mahupun kapasitinya. Allah SWT
mengetahui kondisi mereka lebih dari apa yang kita ketahui sehingga Allah SWT
sangat tepat ketika memilihkan senjata untuk setiap nabi. Dan tak seorang nabi
pun yang tinggal di suatu tempat sementara ia tidak berjuang dan tidak bergerak
dan tidak mengalami penderitaan dari kaumnya. Oleh kerana itu, sesuai dengan
kadar kesabaran para nabi dan perjuangan mereka dalam menyampaikan dakwah di
jalan Allah SWT, mereka layak untuk mendapatkan tempat yang istimewa di sisi
Allah SWT.
Isa bin Maryam telah
menyampaikan bahawa beliau adalah seorang pejuang yang membawa senjata.
Kata-katanya sendiri berusaha menghancurkan masyarakat yang keras, masyarakat
yang bodoh. Masyarakat di zaman Nabi Isa berdiri di atas kesalahan, kesyirikan,
kebohongan, kemunafikan, meterialisme, pamrih, kelaliman dan tidak ada
kebebasan. Maka melalui kalimat-kalimatnya, Nabi Isa menghancurkan semua ini.
Nabi Isa memberitahu kaumnya bahawa dakwahnya di jalan Allah SWT bukan terfokus
pada dakwah kedamaian tetapi dalam hal-hal tertentu dakwahnya pun berisi
pernyataan perang. Sesuatu menjadi tidak bernilai ketika tidak berusaha
dipertahankan oleh yang bersangkutan sampai titis darah penghabisan. Timbulnya
pemikiran- pemikiran, nilai-nilai dan prinsip-prinsip tidak hanya bersandar
kepada idealismenya tetapi nilainya justru bersandar kepada usaha keras yang
dikerahkan oleh para pembawanya dalam rangka mempertahankannya. Tanpa
peperangan dan mengangkat senjata dakwah para nabi akan menjadi
pemikiran-pemikiran yang sekadar idealisme yang tidak akan menghentikan
seseorang pun dan tidak akan membangkitkan seseorang pun.
Kita mengetahui bahawa
sebahagian besar nabi berhadapan dengan kelompok besar dari masyarakat yang
menentangnya dan berusaha memeranginya. Mula-mula mereka mengejeknya dan pada
akhirnya mereka berusaha untuk membunuhnya. Kita mengetahui bahawa para nabi
berusaha mati-matian untuk memperjuangkan kebenaran yang dibawanya. Melalui
kisah para nabi, kita mengetahui bahawa bagaimana serangan masyarakat, para
pembesar, dan para penguasa terhadap para nabi tetapi pada saat yang sama kita
seakan-akan tidak melihat bagaimana serangan para nabi terhadap mereka.
Penjelasan dari hal itu sangat mudah. Peperangan yang dibangkitkan oleh
kebatilan atas para nabi didukung oleh alat-alat yang canggih dan sangat kuat
di mana mereka memiliki berbagai macam sarana untuk menjatuhkan para nabi,
sedangkan para nabi hanya menyandarkan kekuatan dari yang Maha Benar, yaitu
Allah SWT; kekuatan yang tidak berdasarkan pada sebab- sebab tertentu atau
tidak peduli dengan tuduhan-tuduhan atau kegaduhan.
Para nabi hanya terus
melangsungkan dakwahnya yang berdasarkan kepada usaha membangkitkan akal dan
hati serta menyucikan roh. Keteguhan sikap para nabi ini bagi musuh-musuh
mereka merupakan masalah yang besar. Dakwah nabi juga menjamah suatu keluarga
di mana seorang ayah dapat beriman sementara seorang anak dapat menentang atau
seorang anak dapat beriman sementara si ayah dapat menentang atau seorang
isteri beriman atau seorang suami kafir atau seorang suami beriman sementara si
isteri kafir. Perbezaan anak laki-laki dengan ayahnya dan seorang isteri dengan
suaminya menimbulkan permusuhan di dalam rumah-rumah. Dengan terjadinya hal
ini, masyarakat bergerak untuk menentang nabi dan semakin meningkatkan
tekanan-tekanan mereka kepadanya sehingga permusuhan dan kebencian mereka
kepada nabi semakin meruncing. Mereka pun berusaha untuk melawan nabi itu yang
bagi mereka telah memisahkan antara ayah dan anaknya atau ia datang untuk
memisahkan seorang anak perempuan dari ibunya.
Kemudian seorang nabi
meletakkan suatu undang-undang bagi orang yang mengikutinya, yaitu
undang-undang pokok yang membatalkan undang- undang yang tidak sesuai
dengannya. Undang-undang ini tampak dalam kalimat nabi: "pertama-tama
cinta kepada Allah dan kemudian cinta kepada nabi dan setelah itu cinta kepada
sesama manusia." Makna-makna yang demikian ini tercermin secara jelas dari
kalimat-kalimat Isa yang disampaikan oleh Injil Mata pada pasal ke-10.
Al-Masih berkata:
"Janganlah engkau mengira bahawa aku datang membawa kedamaian di bumi, aku
datang bukan hanya membawa kedamaian tetapi pedang. Aku datang untuk menjadikan
seorang anak berbeza dengan ayahnya dan seorang anak perempuan berbeza dengan
ibunya sehingga musuh seseorang justru terdapat pada keluarganya. Maka barang
siapa yang mencintai ibunya dan ayahnya lebih dari kecintaannya kepadaku, maka
ia tidak berhak mencintaiku, dan barang siapa yang mencintai anak laki-lakinya
dan perempuannya lebih dariku, maka ia tidak berhak mengikutiku. Meskipun
kehidupannya tampak beruntung sebenarnya ia telah rugi, dan barang siapa yang
kehidupannya merugi kerana aku, maka sebenarnya ia telah beruntung."
Penjelas Injil
mengatakan: "Pemikiran orang-orang Yahudi tentang al- Masih adalah, ketika
al-Masih datang, maka semua pengikutnya akan merampas kekayaan dan kejayaan di
dunia ini lalu ia hanya memberi mereka ketenangan dan kedamaian. Ketika
al-Masih datang, ia menjelaskan kepada para muridnya bahawa hal tersebut tidak
benar, kerana jika ia datang untuk memberikan kedamaian kepada para
pengikutnya, maka mereka akan terancam kelaliman dan mereka akan mati kerana
tajamnya pedang. Maka hendaklah mereka tidak mengharapkan kedamaian tetapi peperangan;
hendaklah mereka tidak mengharapkan keserasian tetapi perpecahan."
Demikianlah masyarakat Yahudi terbagi menjadi dua kelompok: kelompok
orang-orang yang fakir, orang-orang yang lemah dan orang-orang yang bersih
hatinya bersama Isa, sedangkan kelompok majoriti menentang Isa. Bahkan kelompok
majoriti kafir itu sering menyakiti Isa.
Injil Mata
menceritakan penderitaan al-Masih pada pasal ke-11. Ia menceritakan bagaimana
kemarahan al-Masih terhadap orang-orang yang tidak mengabdi kepada Yuhana (Yahya)
dengan baik atau mengabdi kepadanya secara peribadi dengan baik. Injil Mata
mengutip pernyataan Isa sebagai berikut: "Dengan apa aku menyerupakan
generasi ini, Sesungguhnya mereka menyerupai anak-anak kecil yang duduk di
pasar yang berteriak-teriak memanggil teman-teman mereka sambil berkata:
"Kami telah meniup seruling tetapi kalian tidak menari. Kami mengasihi
kalian tetapi kalian tidak menangis." Yuhana telah datang dan tidak makan
dan minum tetapi mereka mengatakan, sesungguhnya ia terkena syaitan. lalu
datanglah seorang anak manusia yang makan dan minum lalu mereka mengatakan, ia
adalah seorang yang ahli makan dan ahli minum khamer."
Dokumen itu
menunjukkan penderitaan al-Masih dan menyingkap peperangan yang akan
dihadapinya. Penderitaan yang dialami oleh hati suci al-Masih adalah sebagai
tindakan generasi tersebut di mana beliau diutus di dalamnya sebagai orang yang
memberi petunjuk dan menyampaikan berita gembira tentang kerajaan langit.
Beliau menyerupakan generasi Yahudi itu dengan anak-anak kecil yang duduk-
duduk di pasar sambil berteriak-teriak memanggil teman-teman mereka sambil
berkata: "kami telah meniup seruling tetapi kalian tidak menari. Kami
berbelas kasih kepada kalian tetapi kalian tidak menangis." Al-Masih
mengisyaratkan dengan pernyataan itu tentang apa yang diperbuat anak- anak
kecil saat mereka bermain-main, di mana biasanya mereka meniru orang-orang yang
besar saat mereka bergembira dengan menari-nari dan saat mereka sedih mereka
menangis. Demikianlah mereka sangat cepat berubah antara bergembira dan sedih
tanpa melalui pertimbangan dan kesedaran. Demikianlah keadaan orang-orang
Yahudi saat mereka mengabdi kepada Yahya, kemudian saat mereka mengabdi kepada
al- Masih. Yahya telah datang kepada mereka dalam keadaan menangis, tidak makan
dan tidak minum dari apa yang mereka makan dan yang mereka minum. Ia tidak
bergaul dengan sembarangan manusia. Telah datang kepada mereka seorang nabi
yang ahli ibadah tetapi kebanyakan mereka menolaknya dan mereka mengatakan
bahawa ia terkena syaitan. Kemudian datang kepada mereka al-Masih di mana ia
makan dan minum bersama pada acara walimah dan hari raya lalu mereka pun
menolaknya dan mengatakan bahawa ia suka makan dan minum khamer padahal beliau
adalah cermin terbesar dalam menghilangkan syahwat dan kesucian yang sempurna.
Alhasil, generasi itu
adalah generasi yang main-main Iayaknya anak kecil. Tidak ada sesuatu pun yang
dapat mempengaruhi mereka dan mereka tidak mau bertaubat. Meskipun demikian, di
sana terdapat kelompok kecil dari manusia yang terpengaruh dan bertaubat.
Dokumen tersebut menunjukkan betapa beratnya penderitaan Isa di tengah-tengah
generasi yang sezaman dengannya. Isa mengalami banyak penderitaan dalam
menyampaikan dakwahnya. Isa banyak menderita di tengah-tengah kaum yang fikiran
mereka belum matang. Mereka tak ubahnya seperti anak- anak kecil yang suka
bermain-main. Kaum yang tak tergugah oleh kalimat-kalimat yang baik dan mereka
tidak bergerak atau tersentuh ketika menyaksikan mukjizat-mukjizat yang luar
biasa.
Allah SWT kembali memperkuat
Isa dengan mukjizat-mukjizat yang mengagumkan. Mukjizat di sini adalah senjata
yang diberikan Allah SWT kepada nabi-Nya agar nabi tersebut menjadi tenteram
dan agar menambah keyakinan orang-orang yang beriman kepadanya, sedangkan bagi
orang-orang kafir mukjizat tersebut justru menambah kekufuran mereka sehingga
Allah SWT memberikan pembalasan yang setimpal kepada kedua kelompok tersebut.
Mukjizat yang Allah SWT berikan kepada Isa bin Maryam yang lain adalah, Allah
SWT mengabulkan doa Hawariyin dengan menurunkan makanan dari langit. Allah SWT
berfirman:
"(Ingatlah),
ketika pengikut-pengikut Isa berkata: 'Hai Isa putera Maryam, bersediakah
Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?' Isa menjawab:
'Bertakwalah kepada Allah jika betul- betul kamu orang yang beriman.' Mereka
berkata: 'Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan
supaya kami yakin bahawa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi
orang-orang yang menyaksikan hidangan itu.' Isa putera Maryam berdoa: 'Ya Tuhan
kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari
turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama
kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu: beri
rezekilah kami dan Engkaulah Pemberi rezeki Yang Paling Utama.' Allah
berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barang
siapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan) itu, maka sesungguhnya
Aku akan menyeksanya dengan seksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada
seorang pun di antara umat manusia.'" (QS. al-Maidah: 112-115)
Barangkali kita
terhairan-hairan ketika memperhatikan perkataan Hawariyin, "wahai Isa bin
Maryam, apakah Tuhanmu mampu?" Mungkin pertama-tama yang terlintas dalam
fikiran kita berkenaan dalam ayat tersebut adalah, keraguan Hawariyin terhadap
kekuatan atau kekuasaan Allah SWT. Bagaimana hal itu mampu mereka laku-kan
sedangkan mereka adalah murid-murid Isa yang beriman dan berserah diri kepada
Allah SWT? Berkaitan dengan tafsir ayat tersebut, para ulama berbeza pendapat.
Sebahagian ulama mengatakan, bahawa pertanyaan mereka 'apakah Tuhanmu mampu?'
Yakni, berarti apakah Tuhanmu bisa? Kemudian mereka mencarikan alasan yang
membenarkan perkataan Hawariyin itu dengan mengatakan bahawa pertanyaan itu
dilontarkan saat mereka baru saja mengikuti Isa, sebelum mereka banyak
mengetahui Allah SWT. Oleh kerana itu, Isa berkata dalam jawapannya terhadap
pertanyaan mereka, bertakwalah kepada Allah SWT jika kamu benar-benar orang mukmin.
Yakni, janganlah kalian meragukan kekuasaan atau kekuatan Allah SWT.
Qurthubi menampik
tafsir ini. Hawariyin adalah para penolong Allah SWT, sesuai dengan nas
Al-Quran dan tentu tidak boleh bagi penolong Allah SWT untuk tidak mengetahui
kekuatan-Nya, apalagi meragukan kekuasaan-Nya. Sebahagian ulama mengatakan
bahawa perkataan tersebut dikeluarkan orang-orang yang bersama Hawariyin yang
berasal dari Bani Israil dan tidak seorang pun dari Hawariyin yang mengatakan
demikian kecuali mereka hanya sekadar menukil perkataan tersebut. Ada pendapat
lain lagi yang mengatakan bahawa ayat tersebut tidak dibaca 'hal yastathi'
rabbuka' tetapi dibaca 'hal tastathi' rabbaka' sebagaimana bacaan Aisyah dan
sebagaimana dibaca oleh Nabi. Maknanya, "apakah engkau mampu menghadirkan
kekuatan Tuhanmu terhadap apa yang engkau minta." Ada pendapat yang lain
mengatakan ia dibaca 'hal tastathi' rabbaka', yakni "apakah engkau mampu
untuk berdoa kepada Tuhanmu atau meminta-Nya."
Sebahagian kaum sufi
berpendapat bahawa kaum Hawariyin bukan tidak mengetahui kekuasaan Allah SWT
tetapi pertanyaan itu justru bersumber dari cinta kepada Allah SWT dan
keinginan menyaksikan kekuasaan Allah SWT. Sikap mereka ini menyerupai dengan
perbezaan tingkatan sikap Nabi Ibrahim as ketika beliau mengatakan:
"Ya Tuhanku,
perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati?' Allah
berfirman: 'Apakah kamu belum percaya?' Ibrahim menjawab: 'Saya telah percaya,
tetapi agar bertambah mantap hatiku.'" (QS. al-Baqarah: 260)
Oleh kerana itu, kaum
Hawariyin berkata: "Dan hati kami menjadi mantap," sebagaimana Nabi
Ibrahim berkata: "Agar bertambah mantap hatiku." Inilah tafsir yang
membuat kita puas dan membuat hati kita tenang. Nabi Isa menjawab pertanyaan
mereka: 'Bertakwalah kepada Allah jika betul-betul kamu orang yang beriman.'
Yakni, hati-hatilah kalian dengan banyak bertanya dan menguji Allah SWT kerana
kalian tidak mengetahui apa yang boleh kalian minta untuk didatangkan bukti-
bukti kekuasaan Allah SWT. Perkataan Nabi Isa, jika kalian benar-benar beriman
terfokus kepada apa yang dibawanya yang berupa mukjizat- mukjizat atau
tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Nabi Isa bermaksud untuk mengatakan,
sesungguhnya apa yang telah aku bawa dari mukjizat- mukjizat bagi kalian
seharusnya sudah cukup membuat hati kalian mantap. "Mereka berkata: 'Kami
ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin
bahawa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang
menyaksikan hidangan itu.'"
Kaum Hawariyin menjelaskan
kepada Isa sebab pertanyaan mereka ketika beliau melarangnya. Jika Nabi Isa
keluar, maka beliau diikuti lima ribu orang atau lebih. Sebahagian mereka dari
kalangan Hawariyin dan sebahagian yang lain campuran di antara pengikutnya dan
musuhnya. Dikatakan bahawa mereka berpuasa dan mereka tidak mempunyai makanan,
lalu para pengikut berkata kepada kaum Hawariyin, "Tanyalah kepada Isa
apakah ia mampu berdoa kepada Tuhannya sehingga diturunkan kepada kita makanan
dari langit." Kemudian kaum Hawariyin pergi dengan membawa surat kaum itu
kepada Isa. Ketika Isa meminta mereka untuk merasa cukup dengan
mukjizat-mukjizat sebelumnya, mereka kembali melontarkan kebenaran permintaan
mereka: 'Kami ingin memakan hidangan itu. Mereka adalah orang-orang yang lapar
sementara mereka tidak mempunyai makanan. Dan supaya tenteram hati kami.
Hati kaum Hawariyin
menjadi tenang seperti tenangnya hati Ibrahim. Dan para pengikut pun merasa
hatinya tenang dan mengakui bahawa Isa adalah Nabi yang diutus untuk mereka.
Dan hati musuh juga menjadi tenang kerana mereka menyaksikan kebatilan mereka
sehingga pilihan mereka untuk tidak mengikuti Isa berakibat pada suatu saat
mereka akan diminta pertanggungjawaban.
"Dan supaya kami
yakin bahawa kamu telah berkata benar kepada kami. Yakni kami mengetahui bahawa
engkau utusan Allah. Dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan
itu. Yakni, kami menyaksikan keesaan Allah dan risalah dan kenabianmu. Dan bagi
orang lain yang tidak menyaksikannya, maka kami akan menceritakan kepada mereka
peristiwa yang terjadi."
Isa putera Maryam
berdoa: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari
langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi
orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda
bagi kekuasaan-Mu: beri rezekilah kami dan Engkaulah Pemberi rezeki Yang Paling
Utama.'
Ketika kaum Hawariyin
bertanya kepada Isa bin M aram agar diturunkan makanan dari langit, maka Nabi
Isa berdiri dan meletakkan pakaian dari kulit wol kemudian beliau melangkahkan
kakinya dan meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya, lalu beliau
menundukkan kepalanya dalam keadaan khusyuk dan tunduk kepada Ala SWT. Kemudian
beliau membuka matanya dan menangis sehingga air matanya membasahi janggutnya
bahkan mencapai dadanya dan berkata: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada
kami suatu hidangan dari langit... Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan
menurunkan hidangan itu kepadamu.
Lalu turunlah makanan
besar dari celah dua awan: satu awan di atasnya satu awan di bawahnya. Saat itu
manusia melihatnya. Nabi Isa berkata, "Ya Allah jadikanlah makanan ini
sebagai rahmat dan jangan menjadi fitnah." Lalu turunlah di depan Nabi Isa
sapu tangan yang menutupinya kemudian Nabi Isa tersungkur dalam keadaan sujud
yang diikuti oleh kaum Hawariyin. Mereka mendapati suatu bau yang harum yang
belum pernah mereka temukan sebelumnya.
Nabi Isa berkata,
"Siapakah di antara kalian yang paling ikhlas dan paling percaya kepada
Allah SWT agar ia membuka makanan itu sehingga kita bisa makan darinya serta
berzikir kepada Allah SWT atasnya serta bersyukur kepadanya." Kaum
Hawariyin berkata: "Wahai Ruhullah sesungguhnya engkau lebih berhak
daripada kami dalam hal itu.", maka Nabi Isa berdiri lalu beliau mengambil
wuduk dan solat. Kemudian beliau banyak berdoa sambil duduk di sisi makanan itu
dan membukanya. Tiba- tiba di atas makanan itu terdapat ikan yang lazat yang
tidak ada durinya. Nabi Isa ditanya: "Wahai Ruhullah, apakah ini makanan
dari dunia atau dari syurga?" Nabi Isa menjawab: "Bukankah Tuhan
kalian melarang kalian untuk bertanya pertanyaan semacam ini. Ia turun dari
langit dan tidak ada makanan sepertinya di dunia dan ia bukan berasal dari
syurga tetapi ia adalah sesuatu yang Allah SWT ciptakan dengan kekuasaan yang
luar biasa di mana Dia cukup mengatakan "jadilah, maka jadilah."
Para mufasir berbeza
pendapat sekitar bentuk makanan yang diturunkan kepada Isa, apakah itu ikan
atau daging? Apakah roti atau buah-buahan? Kami memandang bahawa pembahasan-pembahasan
ini kurang penting. Sesuatu yang paling penting yang perlu kita perhatikan
adalah apa yang dikatakan oleh Nabi Isa, Sesungguhnya ia diciptakan oleh Allah
SWT dengan kekuasaan yang mengagumkan di mana Dia cukup mengatakan
"Jadilah, maka jadilah ia."
Inilah hakikat makanan
tersebut. Ia merupakan tanda-tanda kebesaran Allah SWT yaitu suatu tanda yang
Allah SWT mengancam bagi siapa yang menentangnya Dia akan menyeksanya dengan
azab yang belum pernah diterima oleh seseorang pun di dunia. Para ulama berbeza
pendapat apakah makanan tersebut memang diturunkan atau tidak, tetapi menurut
pendapat majoriti dan ini yang benar makanan tersebut memang diturunkan, sesuai
dengan firman Allah SWT: "Aku akan menurunkan hidangan itu bagimu. "
Dikatakan bahawa ribuan
pengikut Nabi Isa memakannya dan makanan tersebut tidak habis. Setiap orang
yang buta ia sembuh dari butanya dan setiap orang yang belang ia sembuh dari
belangnya akibat memakan hidangan itu. Alhasil, setelah menyantap makanan itu,
orang yang sakit sembuh dari penyakitnya. Maka hari turunnya makan itu
dijadikan hari raya dari hari raya-hari raya kaum Hawariyin dan para pengikut
Nabi Isa. Kemudian berita dan peristiwa turunnya makanan itu mulai hilang dan
mulai dilupakan sehingga kita tidak menemukan beritanya hari ini di Injil-
Injil yang mereka akui. Setelah peristiwa makanan yang Allah SWT ceritakan
dalam surah al-Maidah, Allah SWT menunjukkan kepada kita sikap lain dari Nabi
Isa bin Maryam. Allah SWT berkata setelah menceritakan kepada kita tentang turunnya
mukjizat makanan dari langit:
"Dan (ingatlah)
ketika Allah berfirman: 'Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada
manusia: 'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah!' Isa menjawab:
'Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya).
Jika aku pernah mengatakannya, maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau
mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada
diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib. Aku tidak
pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau beri padaku
(mengatakan)nya yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu,' dan aku menjadi
saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau
wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha
Menyaksikan atas segala sesuatu. Jika Engkau menyeksa mereka, maka sesungguhnya
mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.' Allah berfirman:
'lni adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran
mereka. Bagi mereka syurga yang di bawahnya mengalir sungai- sungai; mereka
kekal di dalamnya selama-selamanya; Allah redha terhadap mereka dan mereka pun
redha terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar.' Kepunyaan
Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu. " (QS. al-Maidah: 116-120)
Dengan ayat-ayat
tersebut, Al-Quran menutup surah al-Maidah. Demikianlah konteks Al-Quran
berpindah secara mengejutkan dari turunnya makanan kepada sikap atau dialog
antara Allah SWT dan Isa bin Maryam pada hari kiamat. Allah SWT bertanya pada
hari kiamat: 'Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia:
'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?'
Para ahli ilmu sepakat
bahawa pertanyaan tersebut bukan bersifat pertanyaan murni meskipun tampak
dalam bentuk pertanyaan kerana Allah SWT mengetahui apa yang dikatakan oleh
Isa. Tentu yang dimaksud dengan pertanyaan itu adalah sesuatu yang lain. Ada
yang mengatakan bahawa Allah SWT bermaksud memberitahu Isa bahawa kaumnya telah
mengubah ajarannya sepeninggalannya. Dan mereka telah mendapatkan fitnah. Ada
lagi yang mengatakan bahawa Allah SWT bermaksud dari pertanyaan itu untuk
mencela orang-orang yang mengubah akidah Nabi Isa setelah beliau tidak ada.
Kami kira pertanyaan tersebut memuat dua makna dan mencakup makna yang lain.
Allah SWT ingin
menyingkap dan memberitahu manusia dalam Kitab-Nya yang terakhir bahawa Nabi
Isa terlepas dari berbagai macam tuduhan, dan apa saja yang dilakukan kaumnya
sepeninggalannya. Konteks Al- Quran menunjukkan tentang peristiwa ghaib yang
belum terjadi meskipun akan terjadi pada hari kiamat. Oleh kerana itu, Al-Quran
menyampaikannya dalam bentuk fi'il madhi (kata kerja bentuk lampau). Al-Quran
menyampaikan berita ghaib ini kepada penduduk dunia agar mereka mengetahui
hakikat Isa bin Maryam.
Allah SWT bertanya
kepadanya dan Isa bin Maryam menjawab. Sebagai nabi besar, Isa tidak menjawab
kecuali setelah ia mengatakan: 'Maha Suci Engkau ya Allah.' Sebelum menjawab,
Isa memulai dengan tasbih dan menyucikan Allah SWT. Nabi Isa menampakkan
kepatuhan dan ketundukan kepada kemuliaan Allah SWT dan rasa takut terhadap
azab- Nya. Qurthubi menyampaikan dalam tafsirnya:
"Ketika Allah SWT
berkata kepada Isa, apakah engkau berkata kepada manusia jadikanlah aku dan
ibuku tuhan selain Allah, maka Isa tampak gementar terhadap perkataan itu
sehingga ia mendengar rintihan dari tulang-tulangnya di dalam jasadnya lalu ia
berkata: 'Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan
hakku (mengatakannya). Tidak mungkin aku memutuskan sesuatu yang tidak aku
miliki, yang diriku tidak dapat melakukannya. Aku hanya seorang hamba, bukan
seorang yang disembah: Jika aku pernah mengatakannya maha tentulah Engkau telah
mengetahuinya.
Demikianlah Nabi Isa
menyampaikan jawapannya kepada Allah SWT dan ia mengembalikan sesuatu kepada
Allah SWT. Dan Allah SWT Maha Mengetahui terhadap apa yang dikatakannya. Engkau
mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada
diri Engkau. Yakni, Engkau mengetahui apa yang aku sembunyikan sedangkan aku
tidak mengetahui apa yang engkau sembunyikan. Engkau mengetahui rahsiaku dan
apa yang terlintas dalam hatiku dan aku tidak mengetahui apa yang Engkau
sembunyikan dari ilmu ghaib-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara
yang ghaib. Hanya Engkau yang tahu terhadap hal-hal yang ghaib. Hanya Engkau
yang tahu terhadap apa yang terjadi di tengah-tengah mereka setelah Engkau
angkat aku dari bumi: 'Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa
yang Engkau kepadaku (mengatakan)nya yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan
Tuhanmu.'
Demikianlah
kalimat-kalimat yang disampaikan oleh Isa bin Maryam. Dia hanya mengajak manusia
untuk hanya menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya: Dan aku menjadi
saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka.
Sesungguhnya Engkau
mengawasi mereka saat aku tinggal di tengah- tengah mereka dan mengajak mereka
ke jalan yang benar. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi
mereka. Al-Wafat dalam Kitab Allah mempunyai tiga bentuk: Pertama, wafat dalam
pengertian kematian, sebagaimana firman Allah SWT:
"Allah memegang
jiwa (orang) ketika matinya." (QS. az-Zumar: 42)
Yakni ketika
tercabutnya ajal. Kedua, bahawa wafat adalah tidur, sebagaimana firman Allah
SWT:
"Dan Dialah yang
menidurkan kamu di malam hari. " (QS. al-An'am: 60)
Yakni yang menidurkan
kalian. Ketiga, wafat berarti pengangkatan, sebagaimana firman Allah SWT:
"Hai Isa,
sesungguhnya Aku yang menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu
kepada-Ku. " (QS. Ali 'Imran: 55)
Demikianlah Isa
terbebas dari apa yang mereka katakan dan apa yang mereka nisbatkan kepadanya.
Isa mengumumkan bahawa dakwahnya tidak lebih dari sekadar ajakan untuk
bertauhid dan tidak keluar dari kerangka Islam yang diakui oleh pengikutnya.
Kemudian Isa kembali menyampaikan pembicaraannya dan meminta belas kasihan
kepada Allah SWT: Jika Engkau menyeksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah
hamba-hamba-Mu. Tidak seorang pun dari makhluk yang mempunyai kekuasaan di
atas-Mu dan tidak ada Pencipta selain-Mu. Maha Suci Engkau dan tiada sekutu
bagi-Mu dalam kerajaan dan kekuasaan. Pada akhirnya, mereka adalah hamba-Mu dan
seorang hamba tidak memiliki apa-apa di hadapan tuannya kecuali kepatuhan: Dan
jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.'
Isa tidak mengatakan
jika Engkau mengampuni mereka, maka Engkau Maha Pengampun dan Maha Pengasih.
Jadi, jawapan Isa terfokus pada penyerahan diri dan kepatuhan serta tunduk
kepada kemuliaan Allah SWT dan kebesaran-Nya. Para pengikut Nabi Isa adalah
hamba-hamba Allah SWT yang patuh. Jika Allah SWT berkehendak, maka Dia akan
menyeksa mereka sesuai dengan seksaan yang layak mereka terima, dan jika Dia
berkehendak, maka Dia akan mengampuni mereka kerana Dia mengetahui kerana
mereka memang layak untuk mendapatkan ampunan. Dengan penyerahan yang mutlak
ini, Isa menyampaikan jawapan atas pertanyaan Allah SWT dan beliau berlepas
diri dari apa yang dikatakan oleh kaumnya sepeninggalannya. Isa menyampaikan -
pada awal pembicaraannya - bahawa hanya Allah SWT yang patut disembah, dan pada
akhir pembicaraannya Isa menyampaikan penyerahan dirinya kepada Allah SWT.
Allah berfirman: 'Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang
benar kebenaran mereka.
Allah SWT memuji
ketulusan Isa, dan kerana dialog tersebut terjadi pada hari kiamat, Allah SWT
berfirman: "Hari ini adalah hari kiamat di mana orang-orang yang benar
akan dapat mengambil manfaat dari kebenaran mereka di dunia. Kebenaran mereka
di sana akan mereka temukan balasannya yang berupa rahmat di sini. "Bagi
mereka syurga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya
selama- selamanya; Allah redha terhadap mereka dan mereka pun redha
terhadap-Nya. "
Demikianlah balasan
orang-orang yang benar, syurga. Dan ada balasan yang lebih baik dari syurga,
yaitu kepuasan (redha) seorang hamba terhadap Allah SWT dan keredhaan Allah SWT
terhadap hamba. Pengertian kepuasan seorang hamba adalah kegembiraannya
terhadap penyembahan kepada Allah SWT sedangkan pengertian keredhaan Allah SWT
terhadap hamba-Nya adalah rahmat yang diberikan-Nya kepada mereka: Itulah
keberuntungan yang paling besar.' Setelah itu Allah SWT, memberitahukan hakikat
Isa dan seluruh nabi-Nya: "Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi
dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Allah SWT adalah Penguasa satu-satunya dan Dia Pencipta satu-satunya.
Selain-Nya adalah hamba.
Isa terus
melangsungkan dakwahnya sehingga kejahatan dan keburukan mengetahui bahawa
singgasana mereka terancam hancur. Lalu pasukan keburukan bergerak untuk
menangkapnya. Orang-orang Yahudi menyakitinya dan menuduhnya dengan berbagai
macam tuduhan. Isa dikatakan sebagai penyihir dan sebagai orang yang mengubah
syariat dan mereka menisbatkan kekuatannya yang luar biasa kepada kekuatan
syaitan. Ketika mereka tidak lagi memiliki tipu daya yang dapat melumpuhkan
Nabi Isa dan mereka melihat orang-orang yang lemah dan orang-orang fakir
berkumpul di sekitarnya, maka mereka mulai membikin suatu, makar. Mereka
mempengaruhi orang-orang Romawi.
Mula-mula pemerintahan
Romawi tidak turut campur kerana menganggap bahawa perselisihan-perselisihan
antara orang-orang Yahudi adalah perselisihan yang terjadi demi memperebutkan
kepentingan sesama mereka. Lalu diadakanlah majlis Sanhadurim (yaitu majlis
undang-undang tertinggi dari kalangan Yahudi). Mereka berkumpul untuk membuat
persekongkolan demi menyingkirkan Isa. Persekongkolan itu mengambil bentuk yang
baru.
Ketika orang-orang
Yahudi tidak mampu memerangi Nabi Isa, mereka berfikir untuk membunuhnya.
Mulailah para ketua pendeta Yahudi bermusyawarah untuk membuat suatu kesimpulan
tentang cara yang mereka lakukan untuk menangkap Nabi Isa yang tidak
menimbulkan kegaduhan di tengah-tengah masyarakat.
Ketika para kepala
Yahudi bermusyawarah, maka salah seorang dari murid al-Masih yang dua belas
pergi kepada mereka, yaitu Yahuda al- Iskhriyutha. Ia berkata kepada mereka,
"Apa yang kalian berikan jika aku berhasil menyerahkannya kepada
kalian."
"Meja
pengkhianatan telah digelar di antara mereka dan dimulailah perundingan.
Orang-orang Yahudi berusaha mencari titik temu dan mereka sepakat untuk
memberinya tiga puluh lempeng dari perak. Ini adalah harga yang biasa mereka
lakukan untuk membeli seorang budak sesuai dengan syariat Yahudi."
(penjelasan Injil Mata)
Selesailah konspirasi
yang menetapkan untuk menangkap al-Masih dan kemudian membunuhnya. Dikatakan
bahawa kepala pendeta Yahudi merobek-robek bajunya secara dramatis di suatu
pertemuan agama dan ia berteriak, "sungguh Isa telah kafir." Pero
bukan baju dalam tradisi orang-orang Yahudi dilakukan ketika mereka mendengar
atau melihat sesuatu yang mengandung penghinaan terhadap Allah. Para pendeta
Yahudi tidak memiliki kekuasaan untuk menetapkan hukum bunuh pada saat itu.
Semua itu dilakukan oleh kekuasaan penguasa Romawi. Tetapi tampaknya mereka
berhasil meyakinkan kekuasaan Romawi bahawa Isa telah membuat rencana untuk
melengserkan kekuasaan Romawi atau mereka berhasil meyakinkan penguasa Romawi
bahawa masalah yang mereka hadapi murni berkaitan dengan tradisi mereka dan
keyakinan mereka. Kemudian mereka menyarankan agar penguasa tidak turut campur
atas apa yang mereka tetapkan. Demikianlah konspirasi itu telah ditetapkan dan
telah diputuskan bahawa Isa harus ditangkap dan kemudian disalib.
Empat Injil yang
diakui oleh kalangan Masehi saat ini membicarakan tentang proses pembunuhan Isa
di mana beliau disalib kemudian beliau bangkit dari kematiannya dan naik ke
langit. Semua Injil ini sepakat tentang proses penyaliban Isa dan kematiannya,
sebagaimana mereka sepakat tentang tabiat Isa yang mengandung ketuhanan yang
bercampur dengan tabiatnya sebagai manusia. Kami akan menyampaikan keyakinan
orang-orang Masehi berkaitan dengan Isa sebagaimana diyakini oleh majoriti kaum
Nasrani saat ini, kemudian kami akan mengemukakan keyakinan Islam tentang Isa
sebagaimana diceritakan oleh Al-Quran al- Karim dan disampaikan oleh para ulama
dan disebutkan dalam hadis. Setelah itu, kita akan membicarakan hal-hal yang
perlu dibicarakan berkaitan hubungan antara kaum Muslim dan kaum Masehi serta
kaitannya dengan akidah mereka.
Injil Mata mengatakan,
"Isa ditangkap dan majlis Sanhadirum memutuskan bahawa ia harus dibunuh.
Kemudian para anggota majlis itu dari kepala-kepala para pendeta dan para tokoh
mereka menghinanya dan mengejeknya serta berbuat aniaya terhadapnya bahkan
mereka meludahi wajahnya dan menempelengnya. Sambil mengejek mereka berkata,
"beritahukanlah wahai al-Masih siapa yang memukulmu." Setelah itu
al-Masih ditangkap dan ia ditetapkan untuk dibunuh.
Adalah sudah menjadi
tradisi di kalangan orang-orang Romawi untuk mencambuk orang yang ditetapkan
untuk dibunuh sebelum pelaksanaan hukum tersebut. Oleh kerana itu, para
penguasa Romawi menetapkan agar al-Masih dicambuk terlebih dahulu. Sedangkan
syariat Musa menetapkan agar cambukan itu tidak melebihi empat puluh kali,
namun orang-orang Romawi tidak berhenti pada batasan ini bahkan mereka terus
mencambuk korban dengan cambukan yang kejam dan terus- menerus sehingga
punggung yang bersangkutan hampir saja patah dan nafasnya nyaris tinggal
sedikit. Setelah itu, mereka mulai melaksanakan hukum bunuh kepadanya.
Demikianlah yang dilakukan oleh tentera terhadap penyelamat kita. (Injil Mata
26)
Selesailah proses
pecambukan, lalu penguasa Romawi menyerahkan Isa kepada tentera agar mereka
menyalibnya. Kemudian para tentera membuat sesuatu hal yang bermaksud untuk
menghibur. Mereka mencabut pakaian Isa yang dilumuri dengan darah yang ada luka
di tubuhnya setelah proses pencabukan, lalu mereka memakaikan pakaian merah
dengan maksud untuk mengejeknya. Para raja biasanya memakai pakaian merah.
Mereka terus menghinanya. Mereka memakaikannya mahkota dari duri dan
meletakkannya di atas kepalanya. (Injil Mata 26)
Akhirnya, mereka
sampai pada suatu tempat yang bernama Jaljatsah, yaitu suatu tempat di luar
pagar Ursyilim. Tradisi Yahudi menetapkan untuk memberi satu gelas khamer yang
bercampur dengan minyak wangi bagi orang yang ditetapkan untuk dihukum mati
sebelum pelaksanaan hukum. Ini dimaksudkan sebagai alat pembius untuk
meringankan penderitaannya. Tetapi para tentera menentang tradisi ini dan
mereka memberi al-Masih satu gelas dari cuka yang bercampur dengan sesuatu yang
pahit." (Injil Mata 26)
Teks Injil mata
mengatakan (cetakan tahun 1972) pada pasal kedua puluh tujuh: "Sehingga
mereka sampai ke suatu tempat yang bernama Jaljatsah lalu mereka memberinya
minuman keras yang bercampur dengan empedu agar ia meminumnya. Ketika ia
merasakannya, ia enggan untuk meminumnya. Kemudian mereka menyalibnya. Kemudian
mereka duduk di sana menjaganya dan meletakkan di atas kepalanya suatu tuduhan
yang tertulis: Ini adalah Yasu', penguasa Yahudi. Mereka benar-benar
menyalibnya bersama Yasim. Salah seorang dari keduanya di sebelah kanannya dan
yang lain di sebelah kirinya. Lalu orang-orang yang lewat di tempat itu
mencelanya dan berkata, "wahai yang menghancurkan tempat sembahan dan yang
membangunnya pada tiga hari, selamatkanlah dirimu dan jika engkau adalah anak
Allah, maka turunlah dari tempat penyaliban itu."
Demikianlah sebahagian
riwayat kaum Masehi tentang proses penyaliban serta penafsiran mereka berkaitan
dengannya. Kami telah menukilnya tanpa memperhatikan tentang catatan yang
terdapat dalam Injil Mata yang terbaru, yaitu ia merupakan catatan yang paling
baik dalam bentuknya yang terkumpul dari ulama-ulama mereka dan tokoh-tokoh
agama Masehi sehingga ia lebih mudah untuk difahami dan lebih sederhana. Kami
telah mengemukakan sebahagiannya kepada Anda dalam halaman-halaman ini.
Sementara itu, dalam
akidah Islam disebutkan suatu riwayat yang berbeza dengan riwayat yang ada
dalam Injil-Injil yang terdapat sekarang, baik yang berhubungan dengan
kehidupan akhir yang dialami oleh Isa mahupun tabiat Isa yang merupakan sumber
perselisihan setelah pengangkatannya. Al-Quran al-Karim menceritakan bahawa
Allah SWT tidak menghendaki Bani Israil untuk membunuh Isa atau menyalibnya
tetapi Allah SWT menyelamatkannya dari kekufuran mereka lalu mengangkatnya di
sisi-Nya. Mereka tidak berhasil membunuhnya dan tidak berhasil menyalibnya
tetapi ia diserupakan seperti orang-orang di antara mereka. Allah SWT
berfirman:
"Dan kerana
ucapan mereka: 'Sesungguhnya kami telah membunuh al- Masih, Isa putera Maryam,
Rasul Allah,' padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya,
tetapi yang mereka bunuh ialah orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka.
Sesungguhnya orang-orang yang berselisih faham tentang (pembunuhan) Isa, benar-
benar dalam keraguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan
tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka
tidak pula yakin bahawa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang
sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepadanya." (QS. an-Nisa':
157-158)
Dan Allah SWT juga
berfirman:
"(Ingatlah),
ketika Allah berfirman: 'Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu pada
akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari
orang-orang yang kafir. " (QS. Ali 'Imran: 55)
Para ulama-ulama Islam
sepakat atas hal itu dan mereka berselisih pendapat tentang cara beragumentasi
terhadap apa yang mereka yakini sebagai kebenaran. Sebahagian mereka meyakini
nas-nas Al-Quran saja yang menyebut tentang Isa al-Masih dan mereka tidak
mendukungnya atau memperkuatnya dengan kitab-kitab lain selain Al-Quran. Kedua
metode tersebut memiliki titik kekuatan tersendiri. Orang yang berpegangan
dengan pendapat yang pertama mengatakan bahawa Nabi melarang untuk membahas
kitab-kitab pegangan kaum Yahudi dan kaum Nasrani. Bagi kaum itu agama mereka
dan bagi kita agama kita dan hanya Allah SWT yang akan memutuskan segala
perselisihan di antara kita pada hari kiamat.
Sedangkan orang-orang
yang berpegangan dengan cara yang kedua mengatakan bahawa larangan Nabi
tersebut terjadi pada permulaan masa Islam di mana kaum Muslim sangat dekat
dengan masa jahiliah. Nabi memerintahkan mereka agar tidak disibukkan dengan
kitab-kitab lain selain kitab mereka, yakni Al-Quran. Yang demikian ini
dimaksudkan agar mereka memiliki akidah yang kuat dan keyakinan mereka benar-
benar tertanam dalam diri mereka, Tetapi ilmu dan pandangan ilmiah menetapkan
bahawa seorang yang alim harus banyak menggali kitab- kitab kuno dalam rangka
mengetahui kebenaran dan jika ia mendapati sesuatu yang sesuai dengan apa yang
didapatinya dengan kebenaran, maka hatinya akan lebih merasa tenang dan damai.
Berkaitan dengan kelompok yang pertama yang merasa cukup dengan Al-Quran, kita
tidak menemukan perincian-perincian yang mendalam berkenaan dengan usaha
penangkapan Isa, bagaimana proses pengangkatannya ke langit, di mana Isa
diserupakan dengan salah seorang di antara mereka, bagaimana dia diserupakan
dengan salah seorang di antara mereka. Allah SWT telah menyerupakannya dengan
salah seorang di antara mereka sedangkan Nabi Isa diangkat ke langit.
Demikianlah penjelasan singkat mereka, tidak ada penambahan lagi. Sedangkan
kelompok yang kedua, mereka melontarkan kisah secara lengkap. Mereka mengatakan
bahawa Allah SWT menyerupakan Isa dengan Yahuda. Yahuda ini adalah Yahuda al-
Askhariyutha yang menurut Injil ia menjualnya kepada musuh-musuhnya dan
menunjukkan kepada mereka tentang keberadaannya. Ia adalah seorang muridnya yang
terpilih. Demikian ini sesuai dengan Injil Barnabas di mana disebutkan di
dalamnya: "Ketika para tentera mendekat bersama Yahuda di tempat yang di
situ terdapat Yasu', maka Yasu' mendengar kedatangan segerombolan orang yang
menuju tempatnya. Oleh kerana itu, ia segera pergi ke rumah dalam keadaan
takut. Di dalam rumah itu terdapat sebelas orang yang tidur. Ketika Allah
melihat bahaya akan mengancam hamba-Nya, maka Dia memerintahkan Jibril, Mikail,
dan Rafail (Israfil), serta Idril (Izrail) yang mereka semua adalah para
utusan- Nya untuk mengambil Yasu' dari dunia. Lalu datanglah malaikat-malaikat
yang suci di mana mereka mengambil Yasu' dari pintu yang dekat dengan arah
selatan. Mereka membawanya dan meletakkannya di langit yang ketiga dengan
disertai para malaikat yang selalu bertasbih kepada Allah selama-lamanya.
Yahuda masuk secara paksa ke kamar yang di situlah Yasu' diangkat ke langit.
Saat itu murid-murid sedang tidur semuanya, lalu Allah mendatangkan keajaiban
yang luar biasa di mana Yahuda berubah cara berbicaranya dan juga wajahnya. Ia
sangat mirip sekali dengan Yasu' sehingga kami mengiranya Yasu'. Adapun ia
(Yahuda) setelah membangunkan kami, ia mencari-cari di mana si guru berada.
Oleh kerana itu, kami merasa heran dan kami menjawab, "bukankah engkau
wahai tuanku guru kami, apakah sekarang engkau telah melupakan kami?"
Demikianlah kisah yang terdapat dalam Injil Barnabas. Allah SWT berfirman:
"Al-Masih putera
Maryam itu hanyalah seorang rasul yang Sesungguhnya telah berlalu sebelumnya
beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa
memakan makanan." (QS. al-Maidah: 75)
Para ulama berkata,
"Al-Masih dinamakan al-Masih kerana ia mengusap bumi dan membersihkannya
serta usahanya untuk menyelamatkan agama dari fitnah di zaman itu kerana saking
hebatnya kebohongan orang-orang Yahudi kepadanya dan bagaimana usaha mereka
untuk menciptakan dusta padanya dan kepada ibunya as." Banyak ulama yang
meriwayatkan tentang kesucian spirituil dari Nabi Isa. Abu Hurairah
meriwayatkan dari Nabi bahawa beliau menceritakan tentang al-Masih sebagai
berikut: "Isa melihat seorang lelaki yang mencuri lalu ia berkata:
"Wahai si fulan apakah engkau mencuri?" Orang itu berkata:
"Tidak, demi Allah aku tidak mencuri," Isa berkata: "Aku beriman
kepada Allah SWT dan penglihatanku telah berbohong." Ini menunjukkan
kesucian rohani Isa di mana ia lebih memilih sumpah orang itu atas apa yang
disaksikannya. Ia membayangkan bahawa orang tersebut tidak akan bersumpah dan
membawa nama Allah SWT yang Maha Besar lalu ia berdusta sehingga ia menerima
penyataannya dan ia kembali kepada dirinya sendiri sambil berkata: "Aku
beriman kepada Allah SWT, yakni aku mempercayaimu dan mataku telah berbohong
kerana engkau telah bersumpah." Ada riwayat lagi yang mengatakan bahawa suatu
hari Nabi Isa berjalan bersama sahabatnya dan mereka melewati bangkai anjing
yang busuk baunya, lalu sahabat-sahabat Isa sangat terpukul dan sangat
menderita dengan bau anjing itu. Melihat sikap mereka, Isa berkata:
"Lihatlah betapa putih giginya."
Isa ingin mengajari
manusia bagaimana mereka menghadapi keburukan di mana Nabi Isa menekankan agar
mereka lebih melihat kepada keindahan dan kebaikan. Dakwah Nabi Isa merupakan
puncak dari ketinggian rohani dan idealisme yang mengagumkan di mana Beliau lebih
menekankan kebaikan daripada keburukan. Rasulullah berkata: "Semua para
nabi adalah saudara, agama mereka satu sedangkan mereka dilahirkan dari
berbagai macam ibu dan aku adalah manusia yang utama begitu juga Isa bin Maryam
di mana tidak ada nabi setelahku dan sesudahnya." Dalam berbagai riwayat
disebutkan bahawa Nabi Isa akan turun pada akhir zaman. Islam sangat memberikan
penghormatan kepada Isa yang sesuai dengan kedudukannya sebagai salah satu nabi
ulul azmi yang besar. Islam menamakannya Rasulullah dan Kalimatullah yang telah
diberikan kepada Maryam. Allah SWT berfirman:
"Wahai ahli
Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu
mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya al-Masih Isa putera
Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang terjadi dengan) kalimat-Nya yang
disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka
berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan:
'(Tuhan itu) tiga.' Berhentilah dari ucapan itu. (Itu) lebih baik bagimu.
Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci dari mempunyai anak, segala
yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah untuk menjadi
Pemelihara. Al-Masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan tidak
(pula enggan) malaikat malaikat yang terdekat (kepada Alah). Barang siapa yang
enggan dari menyembah-Nya dan menyombongkan diri, nanti Allah akan mengumpulkan
mereka semua kepadanya. Adapun orang-orang yang beriman dan berbuat amal soleh,
maka Allah akan menyempurnakan pahala mereka dan menambah untuk mereka
sebahagian dari kurnia- Nya. Adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan
diri, maka Allah akan menyeksa mereka dengan seksaan yang pedih, dan mereka
tidak akan memperoleh bagi diri mereka, pelindung dan penolong selain dari
Allah. " (QS. an-Nisa': 171- 173)
Ibnu Katsir berkata
dalam Qhisasul Anbiya': Para pengikut Nabi Isa berselisih pendapat setelah Nabi
Isa diangkat ke langit. Sebahagian mereka mengatakan, di tengah-tengah kita ada
hamba Allah SWT dan rasul-Nya (Ariyus). Sebahagian lagi mengatakan, dia adalah
Allah. Yang lain lagi mengatakan, dia adalah anak Allah. Mereka berselisih
pendapat tentang Injil yang menyebutkan berbagai kebohongan di mana terdapat di
dalamnya penambahan, pengurangan, dan pergantian. Al-Quran al- Karim telah
membahas persoalan ketuhanan. Ia menjelaskan bahawa Allah SWT Maha Suci dari
segala sekutu dan anak dan segala hal yang menyerupai-Nya serta segala bentuk
ingkarnasi, kejauhan, kedekatan dan pencapaian pandangan mata. Allah SWT
berfirman:
"Katakanlah:
"Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.'Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepadanya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan, dan
tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia. " (QS. al-Ikhlash: 1-4)
Dan tentang Isa as
Allah berfirman: "Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah,
adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian
Allah berfirman kepadanya: 'Jadilah' (seorang manusia), maka jadilah ia."
(QS. Ali 'Imran: 59)
"Mereka
(orang-orang kafir) berkata: Allah mempunyai anak.' Maha Suci Allah, bahkan apa
yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk kepadanya.
Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan)
sesuatu, maka (cukuplah) Dia mengatakan kepadanya: 'Jadilah', lalu jadilah
ia." (QS. al-Baqarah: 116-117)
"Orang-orang
Yahudi berkata: 'Uzair itu putera Allah' dan orang-orang Nasrani berkata:
Al-Masih itu putera Allah.' Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka,
mereka meniru perkataan orang-orang kafir terdahulu. Mereka di laknat oleh
Allah; bagaimana mereka sampai berpaling?" (QS. Al-Aubah: 30)
Nas tersebut
mengisyaratkan akidah orang-orang Mesir dan orang-orang seperti mereka dari
umat-umat yang terdahulu di mana akidah mereka terfokus pada keyakinan
penyaliban Isa, tentang tebusan dan kebangkitan Tuhan yang disembelih serta
penentangannya terhadap para pengikutnya setelah kematiannya.
Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya
telah kafilah orang-orang yang berkata: 'Sesungguhnya Allah itu ialah al-Masih
putera Maryam.' Katakanlah: 'Maka siapakah (gerangan) yang dapat
menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan al-Masih putera
Maryam itu berserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi
semuanya?' Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di
antara keduanya; Dia menciptakan apa yang dihehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu." (QS. al-Maidah: 17)
"Sesungguhnya
kafirlah orang-orang yang mengatakan: Allah salah seorang dari yang tiga,'
padahal sekali-kali tidak ada selain dari Tuhan Yang Esa." (QS. al-Maidah:
73)
Demikianlah Al-Quran
al-Karim menyebutkan sikap berbagai aliran yang saling berlawanan yang tumbuh
setelah pengangkatan al-Masih. Al-Quran menjelaskan bahawa al-Masih adalah
hamba Allah SWT dan seorang rasul yang diutus kepada Bani Israil. Kata hamba
dan rasul adalah kata yang sangat jelas ertinya, adapun yang dimaksud dengan
al-Kalimah dan ar- Roh, maka kedua kata tersebut perlu dijelaskan. Kaum Muslim
memahami bahawa al-Kalimah adalah petunjuk Allah SWT yang diberikan-Nya kepada
Maryam sedangkan ar-Roh adalah menunjukkan atau mengisyaratkan kepada Roh
Kudus, yaitu Jibril as. Allah SWT telah menguatkannya atau menguatkan Nabi Isa
dengan roh yakni Jibril:
"Dan (ingatlah)
ketika Aku dukung kamu dengan Ruhul Kudus." (QS. al-Maidah: 110)
Setelah mengemukakan
keyakinan kaum Masehi tentang karakter Nabi Isa dan akhir dari kehidupannya dan
setelah menjelaskan kebenaran yang Allah SWT ceritakan kepada kita tentang
karakter tersebut dan akhir dari kehidupan yang dialami oleh Nabi Isa, kita
ingin mengetahui apa yang harus dilakukan oleh kaum Muslim dalam hubungan
mereka dengan orang-orang Masehi serta keyakinan mereka. Islam menetapkan atau
menyampaikan nas-nas yang jelas yang mengkhususkan agama Masehi - di antara
agama-agama yang lain - dengan kecintaan. Al-Qu'ran mengingkari ketuhanan
al-Masih; ia juga mengingkari penyaliban dan tebusan dosa yang dilakukannya.
Namun Al-Quran menegaskan dalam nasnya bahawa agama Nasrani merupakan agama
yang lebih dekat kecintaannya kepada Islam. Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya
kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang
yang beriman ialah orang- orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan
sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang
yang beriman ialah orang-orang yang berkata: 'Sesungguhnya kami ini orang
Nasrani.' Yang demikian itu disebabkan kerana di antara mereka itu (orang-orang
Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) kerana sesungguhnya
mereka tidak menyombongkan diri." (QS. al-Maidah: 82)
Allah SWT memuji para
pengikut al-Masih yang berjalan di atas petunjuknya. Allah SWT berfirman:
"Dan Kami jadikan
dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. Dan
mereka mengada-adakan rahbaniyah (keadaan tidak menikah dan mengurung diri di
biara) padahal kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi mereka sendirilah
yang mengada-adakannya untuk mencari keredhaan Allah." (QS. al-Hadid: 27)
Tidak terdapat
kontradiksi dari dua sikap tersebut. Pengingkaran Al- Quran terhadap ketuhanan
al-Masih dan pengakuannya terhadap kecintaan kaum Nasrani serta pujiannya
terhadap orang-orang yang mengikuti Nabi Isa mengandung makna lebih dari satu:
Pertama, bahawa Masehi berdasarkan pada agama Tauhid dan sangat sulit bagi para
pengikutnya untuk meninggalkan tauhid, dan hanya Allah SWT yang mengakui
hakikat apa yang terpendam dalam hati; kedua, dalam kalangan orang-orang
Nasrani terdapat para pendeta dan para rahib yang tidak bersikap congkak di
hadapan Allah SWT tetapi mereka sangat patuh dan tunduk kepadanya; ketiga,
sebahagian pengikut Nabi Isa memiliki hati yang dipenuhi dengan kasih sayang
dan rahmat. Tentu rahmat dan kasih sayang tersebut tidak tumbuh kecuali dari
keimanan terhadap hari akhir. Allah SWT telah menetapkan perintah-Nya kepada
kaum Muslim agar mereka memperlakukan ahlul kitab dengan perlakuan yang mulia
dan baik, sebagaimana Islam menjamin kebebasan untuk menentukan keyakinan pada
setiap manusia. Allah SWT berfirman:
"Dan jikalau
Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya.
Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang
yang beriman semuanya?" (QS. Yunus: 99)
"Tidak ada
paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar daripada jalan yang salah." (QS. al- Baqarah: 256)
"Katakanlah: 'Hai
ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada
perselisihan antara kami dan kamu, bahawa tidak kita sembah kecuali Allah dan
tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebahagian kita
menjadikan sebahagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka
berpaling, maka katakanlah kepada mereka: 'Saksikanlah, bahawa kami adalah
orang-orang yang menyerahkan diri (kepada Allah).'" (QS. Ali 'Imran: 64)
Kita perhatikan bahawa
ayat-ayat tersebut berbicara tentang cara memperlakukan kaum Masehi sebagai
individu sebagaimana ia berbicara tentang bagaimana kita memperlakukan
keyakinan mereka. Sehubungan dengan kaum Masehi sebagai individu, kita
menyaksikan ayat-ayat tersebut memerintahkan untuk membalas kecintaan yang
mereka perlihatkan di mana nas tersebut dengan tegas mengatakan bahawa mereka
lebih dekat kecintaannya kepada orang-orang yang beriman. Jika Allah SWT yang
menegaskan hal tersebut, maka orang-orang Muslim harus membalas kebaikan dan
kecintaan yang ditunjukkan oleh kaum Nasrani. Adapun sehubungan dengan
keyakinan mereka, di dalam Al-Quran terdapat banyak ayat yang melarang untuk
memaksa manusia dalam bentuk apa pun. Allah SWT berfirman:
"Dan katakanlah:
'Kebenaran itu datang dari Tuhanmu. Maka barang siapa yang ingin beriman
hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin kafir biarlah ia kafir."
(QS. al-Kahfi: 29)
Yang demikian itu,
kerana keimanan yang didahului dengan paksaan adalah bukan keimanan kerana ia
berarti mencabut ikhtiar atau kebebasan manusia, padahal itu adalah syarat dari
keimanan. Dan barangkali inilah yang menunjukkan kesempurnaan Islam di lihat
dari sikapnya yang demikian indah. Kami kira tanpa kita harus memaksakan
tafsiran kita kepada ayat-ayat tersebut dan memohon kepada Allah SWT dari
kesalahan dan kebodohan bahawa Islam dengan sikapnya itu ingin menjauhkan para
pengikutnya dari kalangan awam dari perdebatan yang panjang dan melelahkan
seputar keyakinan orang lain. Tentu perdebatan tersebut tidak akan berhujung
dan akan menjadi seperti debat kusir saja. Namun tugas tersebut hanya di emban
oleh para ulama, di mana mereka membahas sebagaimana mereka kehendaki berbagai
keyakinan-keyakinan keberagamaan, sedangkan orang-orang awam tidak diberi
tanggung jawab dalam hal itu. Lagi pula, perselisihan antara keyakinan dan aliran-
aliran di kalangan Masehi dan kalangan Yahudi jika melibatkan orang- orang
awam, maka itu hanya memboroskan waktu dan hanya membuat lelah saja.
Islam akan kembali
menjadi asing dan akan kembali menjadi asing seperti pertama kali terbit. Dalam
suasana keasingan Islam yang pertama, orang-orang Muslim berhasil membangun
suatu individu Muslim yang kukuh. Dan ketika bangunan tersebut telah selesai,
maka sempurnalah pembangunan pemerintahan Islam. Kita tidak mendengar bahawa
salah seorang di antara mereka terlibat dalam perdebatan yang sengit yang tidak
berhujung sekitar keyakinan orang lain. Sesungguhnya memberi petunjuk kepada
orang lain sehingga orang tersebut mengetahui jalan menuju Allah SWT adalah
perbuatan yang indah, tetapi hidayah tersebut didahului dengan tekad seseorang
untuk memberikan petunjuk kepada dirinya sendiri. Seandainya orang-orang Islam
membimbing mereka menuju jalan Allah SWT nescaya Allah SWT memberi petunjuk
melalui mereka siapa saja yang dikehendaki dari hamba-hamba-Nya.
Al-Quran menetapkan
dua mukjizat kepada Nabi Isa yang tidak disebutkan dalam kitab Injil: pertama
mukjizat yang berupa pembicaraannya saat ia masih menyusui di buaian. Dan yang
kedua mukjizat makanan yang turun dari langit kepada kaum Hawariyin.
Sebagaimana Al-Quran menetapkan kemuliaan yang diperoleh oleh Nabi Isa saat ia
diselamatkan dari tangan-tangan jahat orang-orang Yahudi yang ingin menyeksanya
atau membunuhnya sehingga Nabi Isa terselamatkan dan dia diangkat ke langit.
Rasulullah saw mewasiatkan kepada sahabatnya agar mereka memperlakukan
orang-orang Masehi dengan penuh kebaikan, bahkan beliau menikahi Maria
al-Qibthiya. Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahawa seseorang lelaki
dari Bani Salim bin Auf yang bernama al-Hasin mempunyai dua orang anak yang masih
Kristen, lalu ia masuk Islam dan bertanya kepada Rasulullah saw bagaimana
seandainya ia harus memaksa kedua anaknya untuk memeluk Islam sedangkan mereka
berdua menolak agama lain selain agama Masehi? Kemudian Allah SWT menurunkan
ayat yang berbunyi:
"Tidak ada
paksaan dalam memeluk agama (Islam)." (QS. al-Baqarah: 256)
Ketika para utusan
Najran dari kalangan kaum Masehi datang ke Madinah untuk berunding dengan Nabi,
maka beliau memberi mereka setengah dari masjidnya agar mereka dapat
melaksanakan solat dengan cara mereka di dalamnya. Pada suatu hari Rasulullah
saw berdiri untuk melakukan solat kepada seseorang jenazah lalu dikatakan
kepadanya bahawa ia adalah jenazah Yahudi. Kemudian Rasulullah menjawab:
"Bukankah ia adalah manusia." Dalam kesempatan lain Rasulullah saw
bersabda: "Barang siapa yang mengganggu secara aniaya seorang Yahudi atau
seorang Nasrani, maka aku akan jadi musuhnya pada hari kiamat." Terkadang
kekuasaan akan langgeng meskipun disertai dengan kekufuran tetapi ia tidak akan
abadi ketika disertai dengan kelaliman.
Para ulama Islam
berselisih pendapat berkaitan dengan keadaan Nabi Isa setelah pengangkatannya.
Mereka sepakat bahawa beliau tidak disalib tetapi Allah SWT mengangkatnya di
sisi-Nya. Tetapi ketika ia tidak disalib, maka bagaimana keadaannya setelah
itu: apakah ia masih hidup, ataukah ia mati seperti matinya nabi yang lain?
Majoriti mengatakan bahawa Allah SWT mengangkat Isa dengan fiziknya dan rohnya
di sisi- Nya. Mereka mengambil zahir dari firman-Nya:
"Tetapi Allah
mengangkatnya di sisi-Nya." (QS. an-Nisa': 158)
Juga sebahagian hadis
yang mendukung hal tersebut. Sementara itu, kelompok yang lain dari kalangan
mufasirin, dan ini adalah kelompok yang minoriti, mereka mengatakan bahawa Nabi
Isa hidup sehingga Allah SWT mematikannya sebagaimana Dia mematikan
nabi-nabi-Nya lalu Dia mengangkat rohnya di sisi-Nya sebagaimana roh para nabi
diangkat, begitu juga roh para shidiqin (orang-orang yang benar) dan syuhada.
Mereka mengambil zahir firman-Nya:
"(Ingatlah)
ketika Allah berfirman: 'Hai ha, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada
akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari
orang-orang yang kafir." (QS. Ali 'Imran: 55)
Kami sendiri lebih
memilih pendapat yang pertama kerana ia sangat sesuai - sebagai mukjizat yang
luar biasa - dengan kelahiran Isa di mana kelahiran tersebut dipenuhi dengan
mukjizat yang luar biasa, juga sesuai dengan kehidupannya dan kesuciannya.
Jadi, kedua-duanya merupakan mukjizat yang luar biasa.
NABI
ISA a.s. DENGAN ORANG MABUK CINTA
Dikisahkan dalam sebuah kitab
karangan Imam Al-Ghazali bahawa pada suatu hari Nabi Isa a.s berjalan di
hadapan seorang pemuda yang sedang menyiram air dikebun. Bila pemuda yang
sedang menyiram air itu melihat Nabi Isa a.s berada di hadapannya maka dia pun
berkata, "Wahai Nabi Isa a.s, kamu mintalah dari Tuhanmu agar Dia memberi
kepadaku seberat semut Jarrah cintaku kepada-Nya." Berkata Nabi Isa a.s,
"Wahai saudaraku, kamu tidak akan terdaya untuk seberat Jarrah itu."
Berkata pemuda itu lagi, "Wahai
Isa a.s, kalau aku tidak terdaya untuk satu Jarrah, maka kamu mintalah untukku
setengah berat Jarrah." Oleh kerana keinginan pemuda itu untuk mendapatkan
kecintaannya kepada Allah, maka Nabi Isa a.s pun berdoa, "Ya Tuhanku, berikanlah
dia setengah berat Jarrah cintanya kepada-Mu." Setelah Nabi Isa a.s berdoa
maka beliau pun berlalu dari situ. Selang beberapa lama Nabi Isa a.s datang
lagi ke tempat pemuda yang memintanya berdoa, tetapi Nabi Isa a.s tidak dapat
berjumpa dengan pemuda itu. Maka Nabi Isa a.s pun bertanya kepada orang yang
lalu-lalang di tempat tersebut, dan berkata kepada salah seorang yang berada di
situ bahawa pemuda itu telah gila dan kini berada di atas gunung.
Setelah Nabi Isa a.s mendengat
penjelasan orang-orang itu maka beliau pun berdoa kepada Allah S.W.T,
"Wahai Tuhanku, tunjukkanlah kepadaku tentang pemuda itu."
Selesai sahaja Nabi Isa a.s berdoa maka beliau pun dapat melihat pemuda itu
yang berada di antara gunung- ganang dan sedang duduk di atas sebuah batu
besar, matanya memandang ke langit.
Nabi Isa a.s pun menghampiri pemuda
itu dengan memberi salam, tetapi pemuda itu tidak menjawab salam Nabi Isa a.s,
lalu Nabi Isa berkata, "Aku ini Isa a.s."Kemudian Allah S.W.T
menurunkan wahyu yang berbunyi, "Wahai Isa, bagaimana dia dapat
mendengar perbicaraan manusia, sebab dalam hatinya itu terdapat kadar setengah
berat Jarrah cintanya kepada-Ku. Demi Keagungan dan Keluhuran-Ku, kalau engkau
memotongnya dengan gergaji sekalipun tentu dia tidak mengetahuinya."
Pengajaran
Barangsiapa yang mengakui tiga
perkara tetapi tidak menyucikan diri dari tiga perkara yang lain maka dia
adalah orang yang tertipu.
1. Orang yang mengaku kemanisan
berzikir kepada Allah, tetapi dia mencintai dunia.
2. Orang yang mengaku cinta ikhlas
di dalam beramal, tetapi dia ingin mendapat sanjungan dari manusia.
3. Orang yang mengaku cinta kepada
Tuhan yang menciptakannya, tetapi tidak berani merendahkan dirinya.
Rasulullah S.A.W telah bersabda,
"Akan datang waktunya umatku akan mencintai lima dan lupa kepada yang lima
:
1. Mereka
cinta kepada dunia. Tetapi mereka lupa kepada akhirat.
2. Mereka
cinta kepada harta benda. Tetapi mereka lupa kepada hisab.
3. Mereka
cinta kepada makhluk. Tetapi mereka lupa kepada al- Khaliq.
4. Mereka
cinta kepada dosa. Tetapi mereka lupa untuk bertaubat.
5. Mereka
cinta kepada gedung-gedung mewah. Tetapi mereka lupa kepada kubur."