F
BAB II
IILMU LADUNI
Kebanyakan beranggapan bahwa ilmu laduni adalah sebentuk ilmu yang datang
secara sendirinya tanpa melalui guru. Hal itu juga dibenarkan oleh penulis akan
tetapi yang lebih tepat penafsiran ilmu laduni adalah bahwa Allah SWT akan
memberikan kefahaman Agama kepada siapa saja yang dikehendakinya baik melalui
guru ataupun melalui alam. Ilmu laduni adalah ilmu yang menghubungkan antara
dunia dan alam gaib. Orang yang belajar atau mempelajari atau mendapatkan ilmu
laduni biasanya akan menjadi wara’ atau menjauh dari sifat keduniaan oleh sebab
itu penulis mengartikan makna Laduni sebagai penolakan terhadap keduniaan.
Menolak keduniaan bukanlah berarti meninggalkannya akan tetapi memahami makna
sebenarnya tentang hakekat dunia ini. Pandangan selalu diarahkan kepada
kebahagiaan akhirat. Jadi ilmu laduni adalah ilmu mengenal alam baik secara
zahir maupun bathin.
والذ ين جا هدوافينا لنهد ينهم سبلنا
“Dan orang-orang
yang berjihad untuk (mencari keridhoan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan
kepada mereka jalan-jalan Kami…(Al-Ankabut ; 69)
Apabila Allah
SWT sudah berkehendak maka pasti itu akan terjadi. Dan begitulah sifat ilmu
itu. Semoga Allah melimpahkan Taufiq dan Hidayahnya kepada kita semua amin.
Ilmu laduni
adalah ilmu tentang ketauhidan dan orang yang mewarisi atau yang dapat
mempelajari ilmu laduni atau memahaminya hanyalah orang yang berilmu dan
bertauhid. Oleh karena itu untuk mendalami ilmu ini mestilah didasari dulu
dengan ilmu-ilmu syari’at (pokok-pokok inti ajaran islam). Sebab ilmu syari’at atau
fiqih adalah ilmu yang bersifat lahiriah, sedangkan ilmu laduni adalah ilmu
yang bersifat ghaib atau bathiniah meliputi Tharikah (jalan mengenal Allah),
Ma’rifah (penyerahan diri) dan Hakikah (rahasia). Semisal kita melakukan
sholat. Gerakan sholat yang meliputi rukun, wajib dan sunnahnya adalah
syari’at. Kewajiban dari perbuatannya adalah ibadah kepada Allah SWT merupakan
Tharikah (jalan kepada Allah). Makna dari perbuatan itu sendiri seperti siapa
yang menyembah dan siapa yang disembah, merupakan suatu hal yang
tersembunyi atau rahasia itulah yang dinamakan Hakikat. Sebab penyembahan kita
itu kepada siapa, apa dan dimana, seperti apa dan kenapa, semua dapat dikenal
dengan ilmu tentang saifat-sifat Allah SWT. Klarifikasinya adalah sebagai
berikut :
1.Adapun
orang-orang ditingkat syari’at mereka hanya mengenal hukum-hukum Allah SWT.
2.Adapun
orang-orang ditingkat tharikah hanya mengenal zikir untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT.
3.Adapun
orang-orang ditingkat hakikat mengenal tuhan yang disembah.
4.Adapun
orang-orang ditingkat ma’rifat melihat tuhannya didalam dunia atau didalam alam
ini. Maka takutnya amat sangat kepada-Nya. Sehingga dia merasa bodoh karna
Allahlah yang memiliki ilmu, mereka terlihat gila karena zuhudnya berjalan
sebagaimana takdir dan melepaskan kecintaan kepada dunia.
Saudara-saudaraku
yang inginkan kebenaran dan ketenangan dalam menjalani kehidupan yang fana ini.
Ibarat seorang balita yang belum mengerti apa-apa, lalu kita berikan uang
kepadanya sejumlah sepuluh juta, niscaya dia akan menjadikan uang itu untuk
membeli permen atau eskrim yang dia sukai dan memberikan uang itu kepada
sipenjual. Padahal bagi orang yang mengerti tentang manfaat uang tersebut lebih
dapat memanfaatkan uang itu untuk keperluan segala macam. Demikian juga perumpamaannya
pada Sholat. Jika orang yang sudah mengerti ilmu hakekat sholat, sesungguhnya
sholat itu mahal dan tak ternilai harganya, akan tetapi sebaliknya bagi orang
yang kurang ilmu pengetahuannya akan menjadikan sholat hanya sebagai syarat
beragama, hanya memenuhi kewajiban saja. Ketahuilah bahwa sholat itu merupakan
rangkaian ilmu sejak dari mulai bersuci, niat hingga kepada salam merupakan
rangkaian pelajaran yang mestinya kita pelajari. Oleh sebab itu sholat
diwajibkan sejak umur akil baligh.
Dalam kajian ini
penulis akan menyusun bahasan ilmu mengenal diri melalui metode rukun dan wajib
sholat, diharapkan bagi pembaca dapat lebih memahami dan mengerti makna sholat
yang sebenarnya.
a. Rukun sholat
Sangat
disayangkan kebanyakan diantara kita sehingga dewasa tidak bisa membedakan yang
mana rukun sholat, wajib, dan sunnah. Menurut banyak kitab bahwa rukun sholat
adalah tiga belas, dan menurut ilmu tasyauf barangsiapa yang tidak tau rukun
sholat maka sholatnya tidak sah. Adapun urutannya sebagai berikut
1. Niat
2. Berdiri tegak
3. Takbiratulihram
4. Membaca surat Al-Fatihah
5. Ruku’
6. I’tidal (berdiri dari ruku’ dan tuma’ninah)
7. Sujud
8. Duduk Iftiras (duduk antara dua sujud)
9. Duduk tahyat
10.
Membaca tahyat
11.
Salawat
12.
Salam
13.
Tertib
setiap rukun
disertai dengan tuma’ninah.
Adapun gunanya
mengerjakan sholat itu syari’at dengan rahasianya serta kaipiyat lengkap dengan
isinya diberi Allah SWT.
1.Niat
mendapat selamat tubuh kita dunia dan akhirat
2.Berdiri
Meluaskan tempat kita didalam kubur
3.Takbiratul
ihram Menjadi tikar kita didalam kubur
4.Alfatihah
Menjadi pakaian kita nanti di alam kubur
5.Ruku’
Mendapatkan air kalkaustar didalam kubur
6.I’tidal Meluaskan
pendengaran kita didalam kubur
7.Sujud Segera
berjalan dititian syirotol mustaqim
8.Duduk iftiras
Dapat bernaung dibawah panji-panji Nabi Muhammad
saw dipadang mahsyar
9.Duduk Tahyat
Menjadi kebesaran kikta nanti dipadang mahsyar menunggu masuk surga
10.Membaca
tahyat Untuk menjawab malaikat nungkar dan nangkir
11.Sholawat
Penutup pintu api neraka jahannam
12.Salam
Memasukkan kita didalam surga dengan gembira ria serta nikmat yang cukup
13.Tertib
Pertemuan hamba-Nya dengan tuhannya yang Esa.
1. NIAT
Sesungguhnya
segala sesuatu perbuatan dihitung berdasarkan niatnya. Tidak berbeda dengan
Solat, hendaklah niat sholat semata-mata karena Allah SWT.Didalam ilmu laduni,
niat merupakan nafas daripada sholat itu sendiri. Yang mengarahkan kita kepada penyembahan
yang sebenar-benarnya yaitu siapa yang menyembah dan siapa yang disembah. Bisa
saja orang melakukan sembahyang akan tetapi penyembahannya kepada
berhala. Seperti kita diwajibkan menghadap kiblat. Hal ini bersifat lahiriyah
yaitu jasad kasar menghadap kiblat akan tetapi hatinya adalah kepada apa yang
disembahnya.
Berbicara
mengenai kiblat hati maka kita berbicara hakekat bathin yang sebenarnya. Pada
dasarnya kiblat syari’at adalah menghadap Baitullah yang berada dimekah sesuai
tuntunan Rasulullah saw. Sebab masjid-masjid juga merupakan rumah Allah akan
tetapi Ka’bah itu yang disyari’atkan sebagai kiblat setelah sebelumnya
berkiblat ke masjidil aqsa sifatnya adalah penyembahan masih kepada mahluk.
Kemudian kiblat batin ada tiga bagian yang mesti di niatkan bagi orang orang
yang mentauhidkan Allah SWT.
Penjelasan :
Martabad
Wahidiah (asma’Allah SWT) : Murtabad ini adalah murtabad asma’Allah ta’ala dan
ini hakikat Adam as, ini adalah Roh Rohani (nafas kita) inipun tiada kelihatan oleh
pandangan mata kasar kita. Krena Roh Rohani itu berlindung didalam jasad Adam
as, karena Adam as itu adalah tempat segala Rahasia.
Murtabad Wahdah
(Sifat Allah SWT) : Adalah murtabad sifat Allah yaitu hakikat Muhammad
Mujammal lagi maphum yaitu Roh Nabi kita Muhammad saw. Tetapi tidak nyata pada
wujud Harid (nyata) seperti dipandang oleh mata zahir seperti mata kita ini.
Sifatnya adalah Ghaib Shu’un atau tidak nampak sama sekali pada mata kasar.
Murtabat ini nyata didalam hati dan perasaan kita akan tetapi masih didalam
akal semata. Yaiitu martabat ahli Shoufy yang sangat suci, namanya adalah wujud
Mukhdho atau wujud Syarfi dan ujud muthlak atau ‘Ainul-Kaparur dan khairul
Hawiyah dan ghaibul-ghuyub dan Azalul-Azal dan Zatulhaq.
ليس كمسله شيئ وهو الشميع البصير
“Tiada seperti
suatu juapun, dan Dia maha mendengar lagi melihat”
Murtabad Ahadiah
(Zat Allah SWT): Yitu Murtabad Zat Allah SWT yang merupakan hakikat KunhiZat.
Martabad ini tidak didapat oleh semua akal “Arifbillah. Pada martabad ini semua
‘Aribbillah dan Nabi-nabi, Dan Wali-wali, tidak akan sampai kepada martabad
KunhiZat. Hanya sifat dan asma’nya saja yang menunjukkan kepada martabat ini.
لاته ركه الا جهرو يدرك الا بصر
“Tiada didapat
sekali-kali dipandang oleh mata dan Ia jua yang mendapatkan segala pandangan”
1). Kiblat Hati
Yaitu
menghadapkan hati kebaital makmur, baital makmur adalah langit pertama
dari tujuh lapis langit yang dijelaskan didalam
Al-Qur’an. Sifatnya masih
kepada mahluk.Saudaraku yang beriman dan bertakwa. Sebelum menciptakan langit
dan bumi, Allah SWT menciptakan tujuh malaikat penjaga langit yang
masing-masing langit dijaga oleh seorang malaikat menurut derajat dan
kegunaanya. Malaikat Hafazah akan membawa amalan hamba kepada Allah SWT
mula-mula harus melewati penjagaan langit pertama, yaitu malaikat penjaga
amalan orang-orang yang suka mengumpat. Cerita ini dapat dibaca dalam buku
Minhajul Abidin hal 355. Untuk melatih diri dalam masalah kiblat hati hendaknya
didahulukan dengan ilmu pengetahuan tentang baital makmur itu sendiri kemudian
melakukan latihan. Menurut tafsir departemen agama bahwa baitul makmur adalah
ka’bah karena ka’bah selalu mendapat kunjungan untuk haji, umroh, tawaf dan
lain-lain. Atau sebuah rumah dilangit yang ketujuh yang saban hari dimasuki
oleh tujuh puluh ribu malaikat. Dari serlisih pendapat tentang baital makmur
itu (yaitu rumah yang dimakmurkan) maka agar lebih memahami maksud dan maknanya
mari kita perhatikan anggapan sebagai berikut……..Selain itu ka’bah yang ada
dimuka bumi ini konon sama dengan “Al-Baital ma’mur” yang ada dilangit
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ali Ibnu Abbas ra,dalam tafsirnya atas surat
al-Thur ayat 4.(“dan demi baital ma’mur”). Di langit baital ma’mur konon berada
tepat diatas ka’bah, dan kemuliaan dan kesuciannya sama dengan kemuliaan dan
kesucian ka’bah dibumi. Terdapat 70 ribu malaikat yang mengerjakan sholat
setiap hari selamanya. (tafsir Ibnu Katsir 7/407-Al Sya’b;tafsir Al
Quthubi,17/45.(sumber-buku terjemahan sejarah mekkah halaman 95).
Saudara-saudaraku
yang menginginkan kebenaran. Tafsiran para ulama’ memang berbeda meskipun
ada yang sama. Sebagaimana yang sudah penulis sampaikan sebelumnya bahwa kita
dituntut untuk turut memikirkannya dan penafsiran ulama’ dijadikan bahan
masukan karena mereka lebih banyak belajar daripada kita. Baital ma’mur adalah
perkara ghaib akan tetapi haruslah kita mengetahuinya.Batal ma’mur adalah pintu
hati kita yang merupakan gerbang pertama memasuki alam ghaib. Apabila kita
memasukinya maka batallah yang zahir yaitu berkiblat kepada yang zahir seperti
baitullah (ka’bah). Ketahuilah bahwa tiada seseorang yang dapat melihat isi
hati kita melainkan diri kita sendiri. Maka nilailah dengan sempurna apakah
hati kita bebas dari kebendaan atau sifat-sifat keduniaan. Apabila semua sudah
lepas maka masukilah gerbang hati itu yang musuhnya tidak lain hanyalah riya’.
Maka untuk mencapai derajat mi’raj, syaratnya adalah hati yang suci, karena
Allah itu maha suci dan hanya menerima amalan yang suci. Perhatikan sabda
Rasulullah saw sebagai berikut yang penulis kutip dari buku minhadjul abidin
(Wasiat Imam Al Gazali).
Ibnu Mubarak
menceritakan bahwa Khalid bin Ma’dan berkata kepada Mu’adz,”Mohon menceritakan
hadits Rasulullah yang engkau hafal dan yang engkau anggap paling berkesan.
Hadits manakah menurut tuan ?”
Jawab mu’adz,
“baiklah, akan aku ceritakan.”
Selanjutnya
sebelum bercerita , beliau menangis. Kemudian kata beliau, “Ehm, Rindu sekali
aku dengan Rasulullah, rasanya ingin segera bertemu.”
Kata beliau
selanjutnya, “Tatkala aku menghadap Rasulullah, beliau menunggang unta dan
menyuruhku agar naik dibelakang beliau. Kemudian berangkatlah kami dengan
berkendaraan unta itu. Selanjutnya beliau menengadah kelangit dan bersabda :
Puji syukur kehadirat Allah yang berkehendak atas makhluk-Nya, ya Mu’adz.”
Jawabku, “Ya
sayyidina mursalin.”
Kata beliau
selanjutnya, “Sekarang aku akan mengisahkan suatu cerita kepadamu. Apabila
engkau menghafalnya, akan sanggat berguna bagimu. Tetapi jika engkau anggap
remeh maka kelak dihadapan Allah engkau tidak mempunyai hujjah.
Hai Mu’adz!
Sebelum menciptakan langit dan bumi Allah telah menciptakan tujuh malaikat.
Pada setiap langit terdapat seorang malaikat penjaga pintu, dan setiap langit
dijaga oleh seorang malaikat, menurut derajat dan kegunaannya.
Dengan demikian,
Malaikatlah yang memelihara a,mal si hamba. Kemudian sang pencatat membawa
amalan hamba kelangit dengan kemilau cahaya bak matahari. Sampainya dilangit
yang pertama. Malaikat Hafadzah memuji amalan-amalan itu. Tetapi setibanya pada
pintu langit yang pertama, malaikat penjaga pintu berkata kepada malaikat
Hafadzah.
“Tamparkan amal
ini kemuka pemiliknya, aku adalah penjaga orang-orang yang suka mengumpat. Aku
diperintahkan agar menolak amalan orang yang suka mengumpat. Untuk mencapai
langit berikutnya aku tidak mengijinkan ia melewatiku.”
Keesokan
harinya, Kembali malaikat Hafadzah naik kelangit membawa amal shaleh yang
berkilau, yang menurut malaikat Hafadzah sangat banyak dan terpuji. Sampai kelangit
kedua (ia lolos dari langit pertama, pemiliknya bukan pengumpat), penjaga
langit kedua berkata,”Berhenti, dan tamparkan amalan itu kemuka pemiliknya.
Sebab ia beramal dengan mengharap dunia. Allah meerintahkan aku agar amalan ini
tidak sampai kelangit berikutnya.”
Maka para
malaikat melaknat orang itu.
Hari berikutnya,
kembali malaikat Hafadzah naik kelangit membawa amalan seorang hamba yang
sangat memuaskan, penuh sedekah, puasa, dan berbagai kebaikan, yang oleh
malaikat Hafadzah dianggap sangat mulia dan terpuji. Sampai dilangit ketiga
malaikat penjaga berkata :”Brhenti ! tamparkan amal itu kewajah pemiliknya. Aku
malaikat penjaga Kibr (Sombong). Allah memerintahkanku agar amalan semacam ini
tidak melewati pintuku dan tidak sampai pada langit berikutnya. Itu karena
salahnya sendiri, ia takabbur didalam majlis.”
Singkatnya,
malaikat Hafadzah naik kelangit membawa amal hamba lainnya. Amalan itu
bersifat bak bintang kejora, mengeluarkan suara gemuruh, penuh dengan tasbih,
puasa, sholat, ibadah haji dan umroh. Sampai pada langit keempat, malaikat
penjaga langit berkata:
“Berhenti !
popokkan amal itu kemuka pemiliknya. Aku adalah malaikat penjaga ‘Ujub. Allah
memerintahkanku agar amal ini tidak melewatiku, sebab amalnya selalu disertai
‘ujub.
Kembali malaikat
Hafadzah naik kelangit membawa amal hamba ytang lain. Amalan itu sangat baik
dan mulia, jihad, ibadah haji, ibadah umroh, sehingga berkilauan bak matahari.
Sesampainya pada langit kelima, malaikat penjaga mengatakan :
Aku malaikat
penjaga sifat hasud. Meskipun amalnya bagus, akantetetapi ia suka hasud kepada
orang lain yang mendapatkan kenikmatan Allah SWT. Berarti ia membenci yang
meridhoi, yakni Allah. Aku diperintahkan agar amalansemacam ini tidak melewati
pintuku.
Lagi malaikat
Hafadzah naik kelangit membawa amalan seorang hamba. Ia membawa amalan berupa
wudhu’ yang sempurna, sholat yang banyak, puasa, haji, dan umroh. Sampai
dilangit keenam malaikat penjaga berkata:
“Aku malaikat
penjaga rahmat. Amal yang kelihatan bagus ini tamparkan kemukanya. Selama
hidupnya ia tidak pernah mengasihani orang lain, bahkan apabila ada orang
ditimpa musibah ia merasa senag. Aku diperintah Allah agar amal ini tidak
melewatiku, dan agar tidak sampai kelangit berikutnya.”
Kembali malaikat
Hafadzah naik kelangit. Dan kali ini adalah langit ketujuh. Ia membawa amalan
yang tak kalah baik dari yang lalu. Seperti sedekah, puasa, sholat, jihad, dan
wara’.Suaranyapun menggeledak bagaikan petir menyambar-nyambar, cahayanya bak
kilat. Tetapi sesampainya pada langit ketujuh, malaikat penjaga berkata :
“Aku malaikat
penjaga sum’at (sifat ingin terkenal). Sesungguhnya pemilik amal ini
menginginkan kietenaran dalam setiap perkumpulan, menginginkan derajat tinggi dikala
berkumpul dengan kawan sebaya, ingin mendapatkan pengaruh dari para pemimpin.
Aku diperintahkan Allah agar amal ini tidak melewatiku dan sampai kepada yang
lain. Sebab ibadah yang tidak Karena Allah adalah riya’. Allah tidak menerima
ibadah orang-orang yang riya’.”
Kemudian
malaikat Hafadzah naik lagi kelangit membawa amal dan ibadah seorang hamba
berupa sholat, puasa, haji, umroh, akhlak mulia, pendiam, suka berzikir kepada
Allah. Dengan diiringi para malaikat, malaikat Hafadzah sampai kelangit ketujuh
hingga menembus hijab-hijab dan sampailah dihadapan Allah. Para malaikat itu
berdiri didepan Allah. Semua malaikat menyaksikan amal ibadah itu shahih, dan
diikhlashkan karena Allah.
Kemudian Allah
Berfirman :
Hjai Hafadzah,
malaikat pencatat amal hamba-Ku, Akulah yang mengetahui isi hatinya. Ia beramal
bukan untuk Aku, tetapi diperuntukkan bagi selain Aku, bukan diniatkan dan
diikhlashkan untuk-KU. Aku lebih mengetahui daripada kalian. Aku laknat mereka
yang telah menipu orang lain dan juga menipu kalian (para malaikat Hafadzah).
Tetapi Aku tidak tertipu olehnya. Aku-lah yang Maha Mengetahui hal-hal ghaib.
Aku mengetahui segala isi hatinya, dan yang samar tidaklah samar bagi-Ku.
Setiap yang tersembunyi tidak tersembunyi bagi-Ku. Pengetahuan-Ku atas segala
yang telah terjadi sama dengan pengetahuan-Ku atas sesuatu yang belum terjadi.
Pengetahuan-Ku atas segala yang telah lewat sama dengan yang akan datang.
Pengetahuan-Ku atas orang-orang terdahulu sama dengan pengetahuan-Ku atas
orang-orang kemudian.
Aku lebih
mengetahui atas sesuatu yang samar dan rahasia. Bagaimana bisa hamba-Ku menipu
dengan amalnya. Bisa mereka menipu sesama makhluk. Tetapi Aku yang
mengetahui hal-hal ghaib. Aku tetap melaknatnya…!
Tujuh malaikat
diantara Tiga ribu malaikat berkata, “Ya Tuhan, dengan demikian tetaplah
laknat-Mu dan laknat kami atas mereka.”
Kemudian semua
yang berada dilangit mengucapkan,”Tetaplah laknat Allah kepadanya, dan
laknatnya orang-orang yang melaknat.”
Syayyidina
Mu’adz(yang meriwayatkan hadits ini) kemudian menangis tersedu-sedu.
Selanjutnya berkata, “Ya Rasulullah, bagaimana aku bisa selamat dari semua yang
baru engkau ceritakan itu ?”
Jawab
Rasulullah, “Hai Mu’adz, ikutilah Nabimu dalam masalah keyakinan.”
Tanyaku,(Mu’adz)
“Engkau adalah Rasulullah, sedang aku hanyalah Mu’adz bin Jabal. Bagaimana aku
bisa selamat dan terlepas dari bahaya tersebut ?.”
Berkata
Rasulullah,”Memang begitulah, bila ada kelengahan dalam amal ibadahmu, maka
jagalah mulutmu jangan sampai menjelekkan orang lain, terutama kepada sesama ulama.Ingatlah
diri sendiri tatkala hendak menjelekkan orang lain, sehingga sadar bahwa
dirimupun penuh aib. Janganlah menutupi kelemahan dan kekuranganmu dengan
menjelekkan orang lain. Janganlah mengorbitkan diri dengan menekan dan
menjatuhkan orang lain. Jangan riya’ dalam beramal, dan jangan mementingkan
dunia dengan mengabaikan akhirat. Jangan bersikap kasar didalam majlis agar
orang takut dengan keburukan akhlakmu. Jangan suka mengungkit-ungkit kebaikan,
dan jangan menghancurkan pribadi orang lain, kelak engkau akan dirobek-robek
oleh anjing jahannam, sebagaimana firman Allah :
والنـاشطات نشطا
“…dan
(malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah lembut ….”
(An-Nazi’at : 2)
Tanyaku
selanjutnya, “Ya Rasulullah, siapa yang bakal kuat mnanggung penderitaan itu?”
Jawab Rasulullah
saw, “Mu’adz yang aku ceritakan tadi akan mudah bagi mereka yang dimudahkan
oleh Allah. Engkau harus mencintai orang lain sebagaimana engkau menyayangi
dirimu. Dan bencilah terhadap apa yang kau benci. Jika demikian engkau akan
selamat.”
Saudaraku
demikianlah yang sebenarnya tentang hakekat amal kita, oleh sebab itu penulis
menyimpulkan makna kiblat adalah I’tikat sehingga I’tikat hati adalah baital
Ma’mur, maksudnya bahwa pandangan hati kita harus suci semata-mata karena Allah
SWT. Mudah-mudahan dengan mencermati hadits diatas akan dapat membuka hati dan
pikiran kita tentang baital Ma’mur.
Sesungguhnya
didalam hati kita terdapat empat bagian tempat. Satu bagian adalah tempat Ilham
dari Allah SWT, satu bagian lagi adalah Tempat bisikan Malaikat, Satu bagian
adalah tempat Nafsu kita Dan satu bagian lagi adalah tempat Bisikan setan yang
bernama waswasakh (dapat dipelajari melalui kajian sifat 20 tentang sifat
kalam). Khusus kepada Rasulullah saw, bagian hati untuk syaitan sudah dibuang
yaitu bahwa malaikat jibril atas perintah Allah SWT telah
membedahnya(membuangnya) pada saat Umur Nabi kira-kira lima tahun, saat yang
kedua yaitu pada saat Nabi akan menerima wahyu pertama digua Hiro’ dan pada
saat terakhir pada saat Nabi Akan Isra’ dan Mi’raz menerima perintah sholat.
Maka senantiasalah kita membersihkan hati dengan menanamkan I’tikad tauhid
melawan setan yang bersembunyi didalam hati kita itu kemudian mengendalikan
hawa nafsu. Caranya yaitu melakukan apa-apa yang diperintahkan oleh hukum-hukum
syariat seperti memperbanyak berzikir dan lain sebagainya.(Bisa dibaca secara
deteil dalam kitab Al-Wafa’ karya Ibnu Jauzi /Kesempurnaan Pribadi Nabi
Muhammad saw).
a. Pembagian hati menurut sifatnya
1.Hati Munakkis
ialah hati sekalian orang yang masih kafir
2.Hati Sawiyat
yaitu hati sekalian orang islam yang masih awam
3.Hati Masyfi
yaitu hati sekalian orang Islam yang Mu’min
4.Hati Muridi
yaitu hati sekalian orang islam yang menyerah kepada Allah zahir
dan
batin(fakir)
b.Perkara pintu
Hati
1.’Asyar
(ubun-ubun) yaitu nama pintu hati tempat masuknya Roh
2.Ka’bah (muka)
yaitu nama pintu hati untuk dihadapkan kepada kiblat syari’at
yaitu ka’bah sewaktu kita sholat
3.Baitul Ma’mur
(perut) yaitu pintu hati tempat rizki
4.Kursyi (Tapak
kaki) yaitu nama pintu hati tempat
berjalan.
2). Kiblat
Nyawa
yaitu Arsy
tempat Allah bersemayam untuk mengatur segala urusan setelah Dia menciptakan
langit dan bumi. Saudaraku yang bertauhid, jauhkan prasangkaan lahiriah kita
terhadap arsy itu sehingga mengadakan penafsiran yang bukan-bukan sebagaimana
banyak orang memperdebatkannya. Yakinkan bahwa arsy itu bentuk kekuasaan Allah
yang maha Tinggi dan maha luas, sebab setelah bumi tempat kita berpijak,
ada langit yang sangat luas, kemudian adalagi langit yang sangat luas hingga
langit yang ketujuh yang jaraknya adalah perjalanan 500 tahun. Kemudian diatas
langit yang ketujuh adalah samudra dan setelah samudra itu Arsy. Dapat kita
bayangkan secara akal bahwa betapa luasnya samudra itu senhingga kita dapatkan
betapa luas dan besarnya pula arsy itu. Ketahuilah bahwa kekuasaan Allah itu
meliputi langit dan bumi dan alam sejagad. Makna dari pengetahuan ini adalah
betapa kecilnya kita dihadapan Allah SWT. Apabila kita menilik tentang jasad
kasar kita, bahwa kita hanya terpaut oleh bumi dan tidak mungkin mi’raz kepada
Allah SWT. Akan tetapi dengan ilmu pengetahuan tentang hakekat Nyawa, maka kita
akan bisa berhadapan langsung kepada Allah SWT yang memiliki Arsy.
Nyawa adalah
wujud kekuasaan Allah yang menghidupkan kita. Padamulanya Adam as (manusia)
adalah segumpal tanah kemudian ditiupkan Roh kemudian bergerak (bernyawa).
Sebaliknya apabila kita mati merupakan perpisahan antara Roh dan Jasad (tanah).
Maka hilanglah Nyawa. Jasad kembali kepada tanah, Roh kembali kepada
penciptanya. Allah SWT menurunkan perintah yang pertama Dalam Al-Qur’an yaitu
“Bacalah”,”bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang menciptakan”. Menciptakan
kita dari segumpal tanah, segumpal daging, dari saripati bumi, dari air yang
terpancar dan sebagainya yang pada dasarnya isyarat untuk mempelajari asal mula
kejadian kita.
a.Tingkatan
Nyawa
Adapun Nyawa
tumbuh-tumbuhan itu sama dengan derajadnya tubuh perempuan. Adapun nyawa
perempuan itu sama derajadnya tubuh laki-laki, Adapun nyawa laki-laki itu sama
dengan derajatnya tubuh Nabi Muhammad saw yang kuburnya di Madinah Munawaroh.
Adapun Nyawa Muhammad saw itu sama dengan zat Allah Subhanahuwata’ala.
b.Keterangan
tempat Nyawa kita
Pada waktu subuh bertempat di tulang
tsulbi
Pada waktu Zuhur bertempat diantara pusat dan tulang belakang
Pada waktu ‘Ashar bertempat pada tulang tengkuk kita
Pada waktu Maghrib Bertempat pada dua alis mata kita
Pada waktu ‘Isya bertempat pada ubun-ubun kepala kita
Pada waktu Witir atau sepertiga malam berada dihati sanubari kita
3). Kiblat
Rahasia
yaitu kepada Zat
Allah meliputi sekalian. Penjelasannya
bahwa
Zatullah adalah Rahasia yang tersembunyi yang tidak serupa
dengan mahluk, tidak berbentuk, tidak berupa, tidak bersuara,
tidak berwarna tidak bernama dan tidak ada sesuatupun yang serupa dengaNya.
perhatikan murtabad Ahadiah. Adapun didalam niat itu hadir yang satu
yaitu Allah SWT ( Roh Idhofi) Dialah sebenar-benar Allah SWT (zat yang kita
sembah). Adapun Roh Idhofi itu adalah nyawa kita atau roh Makhdar yaitu nyawa
alam ini dan juga biasa disebut ‘Adam Mokhdar, ini juga yang disebut
Hawa, inilah yang bernama Nur Muhammad dan Hakikat bagi manusia. Dialah yang
awal dan yang ahir, yang Zahir, dan yang batin, sesungguhnya Dia meliputi segala
sesuatu.
Hakikat Ahli
sunnah wal jama’ah, adalah perhimpunan hamba dengan tuhannya. Kodrat dari Allah
SWT, dan usaha dari hamba.
وما مندا به الا هوا اخز بنا صيتها
“Dan siapapun
yang berjalan diatas bumi ini melainkan Ia juga yang memegang tali rambut
diatas ubun-ubun mereka itu”.
Fahamkan oleh
saudara-saudaraku bahwa Dialah Allah SWT, yang memegang kunci kehidupan kita
yaitu (Nyawa).
Niat bukanlah suatu bacaan didalam hati dan bukan perbuatan hati. Akan tetapi
niat adalah e’tikat perbuatan, kehendak dan keinginan yang dihadirkan dalam
hati. Ada yang memasang niat dengan bacaan “Sahaja aku sholat fardhu zuhur
empat rakaat tunai karena Allah Ta’ala”.bahkan mengeraskan suara. Hal ini
menyalahi hakekat niat itu sendiri. Ini merupakan penjahiran kata saja.
Bukan niat seperti yang dimaksud penulis dalam bahasan ini. Cukup
e’tikatkan bahwa kita akan melakukan apa (misalnya sholat fardhu zuhur)
kemudian hadirkan keEsaan Allah SWT .Niat yang sebenarnya sudah tercatat sejak
kita teringat akan waktu untuk mengerjakan sholat, hingga kita bergegas, hingga
kita berwudhu’ dan rakaanya sudah ma’ruf empat (untuk waktu zuhur) sesuai
dengan tuntunan Nabi.
Kesimpulannya bahwa niat itu adalah
rukun sholat, sedangkan melafazkannya bukan termasuk rukun.
2. BERDIRI
TEGAK.
Apabila niat itu
merupakan nafas bagi sholat, maka berdiri tegak merupakan kaki sholat.
Perlu diingat bahwa berdiri tegak adalah termasuk rukun sholat, dan apa yang
sudah menjadi rukun, artinya tidak boleh ditinggalkan akibatnya dapat membatalkan
sholat.
Memang agak
sulit memahami bahwa berdiri adalah merupakan rukun yang berarti suatu
unsur yang tidak boleh ditinggalkan. Sebab penulis mendapatkan hadist
yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh, Dia berkata, “Saya masuk kerumah
Rasulullah saw, pada saat itu, beliau sholat dengan cara duduk. Lalu saya
bertanya, “Ada apa gerangan dengan engkau, wahai Rasulullah? “Beliau menjawab,
“Saya Lapar.”
Mendengar
jawaban itu, serta merta saya menangis. Beliau lantas berkata “Jangan menangis
wahai Abu Hurairoh, sesungguhnya kelaparan di hari Kiamat tidak akan sama
dengan kelaparan yang dialami oleh manusia ketika didunia”.
(kitab Al-Wafa
Ibnu Jauzi hal-419)
Namun penulis
tidak mendapatkan penjelasan lanjut, apakah Beliau Rasulullah melakukan sholat
dengan cara duduk itu apakah pada sholat sunnat atau pada sholat Fardlu. Akan
tetapi sehubungan pada waktu itu Beliau (Rasulullah ) berada dirumah berarti
Beliau sedang mengerjakan sholat sunnat. Terus terang mengenai boleh atau
tidaknya sholat dengan duduk menurut kesepakatan ulama adalah sesuai sebab
tertentu berhubung Allah tidak akan memberatkan hambanya. Dan ini bertentangan
dengan kedudukan “Berdiri” itu sendiri sebagai Rukun. Dasar pemikiran penulius
adalah Sunnah Nabi yang tedapat Pada kitab Al-Wafa karya Ibnu Jauzi tentang
sholat rasulullah. Bahwa Abdullah bin Al-Qosim , dia berkata, dia duduk bersama
Abdurrahman bin Abza. Abdurrahman berkata. Maukah kalian jika saya menjelaskan
kepada kalian tentang sholat Rasulullah saw?, Kami menjawab, Tentu. “Kemudian ia
langsung bertakbir, kemudian membaca surat Al-fatihah dan ayat Al-Qur’an, lalu
ruku’ dengan meletakkan kedua tangannya pada kedua dengkulnya hingga
tulang-tulang menempati posisinya dengan sempurna, lalu bangun hingga
tulang-tulang menempati posisinya dengan sempurna, kemudian sujut hingga
tulang-tulang menempati posisinya dengan sempurna, lalu berdiri. Kemudian pada
rakaat kedua beliau melakukan gerakan yang sama seperti yang dilakukan pada
rakaat pertama. Kemudian dia(Abdurrahman) berkata begitulah tata cara sholat
Rasulullah” (HR.Ad-Darimi).
Dasar pemikiran disini adalah kesempurnaan posisi sholat yaitu menempatkan
tulang-tulang pada posisi nya dengan sempurna. Dan pada kalimat terakhir
(Perkataan Abdurrahman) “Lalu dia berdiri”.
Suatu sifat yang
bertentangan dengan itu adalah segala sesuatu alasan yang sangat kuat misalnya
seseorang itu betul-betul tidak bisa berdiri. Sakit berat, lumpuh, tidak
mempunyai kaki dan sebagainya.
Pandangan secara
lahiriah. Berdiri itu mengandung faedah yang banyak dari segala pandangan
lahir. Ketahuilah bahwa didalam keseluruhan gerakan sholat meliputi
posisi berdiri, setengah berdiri (ruku’), duduk, sujud. Apabila kita
duduk atau tidak berdiri berarti tidak juga ruku’. Selainnya adalah meluruskan
tulang-tulang pada posisi sempurna.
Pandangan
isyarat ilmunya. “Berdiri” merupakan puncak atau pertengahan antara kelahiran
kita dan kematian. Perintah agar kita menyadari bahwa saat kita berdiri
pandangan kita adalah kepada kematian sehingga tiada kesombongan dalam
perjalanan hidup ini. Renungkan dan fikirkan secara akal yang sehat. Bahwa pada
saat keluar bayi dari rahim ibu umumnya adalah dalam keadaan
bersujud, kemudian tahap kedua kita bisa duduk, lalu merangkak lalu berjalan
tertatih-tatih dan akhirnya mampu berdiri. Dan pada saat aqil baligh kita sudah
mantap berdiri dengan fikiran mapan (akal sempurna) sebagai seorang yang siap
menjalani hidup. Saat itu kita terima kewajiban sholat. Yaitu setelah berdiri
dengan seluruh anggota badan menghadap kepada satu arah yaitu kiblat.
Seterusnya kita melirik kepada ruku’ yaitu masa kita akan tua dan bungkuk akan
tetapi kita harus tetap berdiri lagi karna tanggung jawab, kemudian melirik
kepada sujud dengan posisi kepala serendah-rendahnya. Adalah isyarat kita akan
dikubur (mati). Pandangan selalu kepada asal penciptaan semula, lalu duduk
tahyat sebagaimana riwayat Isra’ dan Mi’raz Nabi Muhammad menerima
perintah sholat itu sendiri dan akhirnya memberi salam (kekanan).kepada
penghuni surga, dan memberi salam (keiri) sadar kita masih berada didunia.
Pandangan Isyarat Batin . Yaitu bahwa berdiri sempurna itu
adalah bentuk dari huruf “alif”.yaitu pengesaan terhadap Allah SWT. Lebih
jelasnya kajilah bacaan-bacaannya. Dan do’a-do’anya. Bahwa kita adalah mahluk
dalam bentuk yang sempurna, tujuh titik kekuatan pada tubuh,(dahi, kedua
lengan, kedua lutut, kedua kaki). Bentuknya seperti anak panah yang mengarah
kelangit.
Isyarat
bathinnya meliputi kesempurnaan bahwa Allah menciptakan kita dalam bentuk yang
sangat sempurna, baik dari bentuk tubuh, ruas-ruas tulang dan tingkat
keseimbangannya. Bedalah antara manusia itu dengan binatang. Bahwa manusia
dapat berdiri
dengan tegak dengan menghadapkan seluruh wajah kearah kiblat baik zahir maupun
batin.
Isyarat
Rahasia.sesungguhnya seluruh anggota tubuh merupakan rahasia daripada alam ini.
Meliputi rahasia tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi.
Adapun tujuh
lapis bumi merupakan tulang, daging, darah, otak, urat dan lemek. Adapun tujuh
lapis langit meliputi Roh kudus, Roh Idhopi, Rohani, Roh Rewani, Roh Hayawani,
Roh Nabati, Roh Jamadi. Kesmuanya terangkai dengan rapi menjadi bentuk kalimat
Tauhid . .(لااله الاالله) pembahasannya akan penulis uraikan lebih jauh pada bab
selanjutnya.
3.TAKBIRATUL
IHRAM
Takbiratul ihram
adalah permulaan mi’raz.
Makna sebenarnya
adalah penyerahan diri kepada Allah SWT. Menyatu dengan kebesaran-Nya dan
keesaanya semata.
Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah SWT.
Sbenar-benarnya Tuhan adalah Dia yang tiada bisa kita melihat-Nya, merasakannya
bahkan kita tidak mampu mengenal-Nya. Tiada sesuatu apapun yang dapat
diumpamakan terhadap-Nya. Hakekat putus kepada pengenalan cahayanya yang suci
dan sifat-sifat yang hak bagi-Nya saja. Meski lautan dijadikan tinta,
ranting-ranting dijadikan pena dan daun-daun dijadikan kertas tempat
menulisnya, maka tidak akan mampu menuliskan betapa besar karunia dan nikmat
Allah itu, padahal karunia dan nikmat-Nya itu adalah bentuk penjahiran-Nya
(bentuk ciptaan-Nya). Dan dimanapun kamu menghadap maka disitulah kita
melihat-Nya. Betapa luas kekuasaa-Nya yaitu meliputi segala sesuatu baik yang
zahir maupun yang batin.
Awal permulaan Khusu’ kita dalam
sembahyang, letaknya adalah pada takbiratul ikhram. Pujinya adalah Allah Maha
Besar. Satukan diri dengan alam dengan hakekat batin, tanggalkanlah setiap
penyembahan kepada sesuatu, sebab tiada apa-apa yang bisa kita sembah sebab
segala sesuatu yang kita dizahirkan baik secara lahir maupun batin bukanlah Dia
yamg sebenar-benarnya. Tuhan kita tidak serupa dengan sesuatu apapun.
Penulis tidaklah mengada-ada, akan tetapi inilah yang sebenarnya. Hakekat
sholat adalah penyatuan. Yaitu antara hamba dan Nurnya, kemudian antara Nurnya
dan Zatnya dan antara zatnya dan zatnya, kemudian hingga tiada sesuatu antara
keduanya. Fahamkanlah hal ini dengan sebenar-benarnya.
Saudaraku yang memahami ilmu. Bermula daripada menyempurnakan niat, lalu
kemudian berdiri tegak dengan sempurna, suci zahir dan batin, lalu kemudian
menarik nafas kemudian mengangkat takbir dengan kalimat الله, ,(tanpa
mengartikan maknanya karna itu adalah nama), berhentinya nafas (antara nafas
masuk dan nafas keluar), satukan diri dengan kehampaan, tiada ada rupa, warna,
rasa, nama dan segala bentuk penzahiran, teruskan kalimat اكبر (tanpa
mengartikan maknanya karna itu adalah suatu sifat), dengan sesempurna mungkin.
Dengan demikian sempurnalah penyembahan, sempurnalah puji-pujian, sempurnalah
Ketauhidan. Yaitu bermula dari (Kita sebagai khalifah dimuka bumi)
menyembah sang pencipta (tidak aku ciptakan jin dan manusia melainkan
hanya untuk beribadah kepadaku), Kekuasaan pencipta menyembah pencipta (Tiada
daya dan upaya melainkan kekuatan Allah semata), Pencipta kepada zat.(Didalam
diri manusia itu ada Nur Muhammad, dan Nur Muhammad itu adalah Zat Allah).Zat
kepada Zat (Segala sesuatu berasal dari Allah dan kembalinya juga kepada
Allah). Sampai disini jelaslah kita kepada pemahaman ketauhidan itu yaitu Esa
segala sesuatu.
Adapun perasaan kita dalam berdiri
itu adalah didalam Jalalullah bertempat dialam nasut. Terhimpunlah sifat Ujud,
Qidam, Baqa’, Muhallafatulilhawadisy, Qiyamuhu binafsih.
4.
MEMBACA SURAT
AL-FATIHAH
Adapun “Puji” segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam, meliputi
puji-pujian antara mahluk dan penciptanya, antara mahluk sesama mahluk, antara
pencipta dengan ciptaanya, dan antara pencipta dengan dirinya sendiri, ini yang
dimaksudkan dengan segala puji. Saudaraku hendaklah kita memahami dulu makna
kata puji, terpuji, dipuji,dan memuji dalam makna yang sebenarnya. Dalam bahasa
kalimat ini hanya untuk sesuatu yang sangat berharga dan sangat kita sanjung,
kagumi dan sebagainya, oleh sebab itu untuk dapat memuji Allah dengan
debenar-benarnya kita tidak akan mampu mencapai derajat yang tertinggi dari
puji-pujian itu melainkan bila kita diberikan ilham. Kendati demikian tingginya
ilham Allah itu, masih juga tidak dapat menyamakan dengan keadaan Zat yang
sebenarnya. Maka daripada itu pujian kita adalah kepada sifat derajat kasih dan
sayang Allah SWT sejauh mana yang kita kenal. Perhatikanlah kisah penciptaan
NabiAllah Adam as..Akan kita bahas lebih lanjut pada bab selanjutnya.kalimat
pertama yang diajarkan Allah adalah Alhamdulillah yaitu sewaktu roh Allah
sampai kepada hidung yang membuat adam bersin, lalu Allah membalas pujian adam
as dengan kalimat yarhamkallah.
“Maha”pemurah lagi maha penyayang, yaitu menjadikan tuhan yang kita
maksudkan adalah tuhan yang “maha”. Maha dari segala-galanya, tiada yang dapat
menandingi-Nya dari segala sifat apapun. Maha pengasih lagi maha penyayang
yaitu sifat tertinggi, maka fikirkanlah dengan sebenar-benarnya, tentang makna
pengasih, penyayang. Bagaiman kita bisa ingkar terhadap Kasih dan sayang Allah
yang telah memberikan nikmatnya terus menerus, tidak akan ada sesuatu apapun
selain daripada Dia yang memiliki segala sersuatu yang dapat memberikan
kenikmatan terus-menerus tiada henti kepada sekalian alam, melainkan Dia Maha
kaya dan tidak berkurang sedikitpun kekayaan-Nya, Dan tiadapula merasa rugi, akan
tetapi, kitalah yang tidak mau memikirkan dan mensyukuri nikmat Allah, bacalah
kisah Nabi Allah Daud as.
“Raja” atau “Penguasa” atau “kekal”, Yang menguasai hari pembalasan, Hari
pembalasan adalah hari dimana manusia dibangkitkan untuk mempertanggungjawabkan
segala amal perbuatannya selama hidup didunia. Setelah Allah memberikan
nikmatnya kepada kita baik langsung ataupun melalui perantara, dengan kasih
sayangnya, maka pada hari itu akan kelihatan siapa yang benar-benar bersyukur
dan tidak menjadikan kenikmatan yang diberikan Allah kepadanya, untuk
berpoya-poya dan bermegah-megahan didunia.Dan Allah benar-benar akan memberikan
balasan. Sejauhmanapun kemegahan didunia ini seperti kemegahan seorang raja
yang disanjung dan dihormati, tidak akan menjadi apa-apa dihadapan Allah, dan
dihari pembalasan Allahlah Raja dari semua raja didunia itu, Dan Allah Maha
kekal kerajaan-Nya. Kerajaan termegah didunia adalah kemegahan yang diberikan
Allah kepada Nabi Sulaiman as, merupakan gambaran betapa Nabi Allah Sulaiman
telah memerintah didunia kepada alam. Akan tetapi Nabi Allah sulaiman as tidak
mengingkari nikmat Allah itu, dan Allah memasukkannya kedalam golongan
orang-orang yang shaleh dan dirahmati. Kejelasannya akan kita bahas pada bab
selanjutnya.
Keempat ayat diatas adalah merupakan gambaran bagi manusia untuk
dipelajari betapa Allah itu Maha pengasih lagi maha penyayang, yang memiliki
segala puju-pujian yang maha tinggi, yang tidak pernah-putus-putusnya
memberikan kasih sayang-nya tanpa ada kerugian, Merupakan gambaran sifat
kekuasaan Allah yang memiliki alam ini untuk manusia.akan tetapi pelajaran
terpenting adalah bahwa kita mesti sadar, semua itu hanya cobaan bagi kita, dan
Allah akan meminta pertanggungjawaban atas segala perbuatan kita atas
nikmat-Nya yang diberikan, dan Dialah penguasa-yang sebenar-benar penguasa. Dan
Dia memiliki kenikmatan yang tiada putus yang akan diberikan kepada siapa saja
yang bersyukur.Dialah yang memiliki kerajaan Dunia dan Kerajaan Akhirat.
“Hanya”kepada Engkau kami menyembah dan Hanya kepada
Engkau kami memohon pertolongan. Hannya artinya tidak kepada yang lain,
penyembahan hanya kepada Tuhan yang digambarkan pada ayat 1 sampai dengan ayat
4. Menyembah kepada yang ghaib yang tidak serupa dengan mahluk,yang maha
pengasih lagi maha penyayang, yang memiliki segala puji-pujian tertinggi, yang
memberikan kasih sayang kepada kita juga kepada alam semesta tida henti dan
tiada merasa rugi. Dan Hanya kepada Dialah yang memiliki hari pembalasan
satu-satunya tempat kita meminta pertolongan. Apabila kita meminta pertolongan
kepada selain daripada Dia, niscaya dihari pembalasan tiada dapat menolong kita
lagi. Gambaran ayat ini adalah pengEsaan Allah dari segala bentuk penyembahan
dan bentuk penyerahan diri, sebagaimana penyembahan dan penyerahan diri Nabi
Allah Ibrahim as kepada Tuhannya. Akan kita bahas nanti pada bab selanjutnya.
“Tunjukilah” kami jalan yang lurus, Artinya setelah
keyakinan bahwa kepada Allah saja kita memohon pertolongan, maka bentuk
pertolongan itu hanyalah “petunjuk”. Maksudnya petunjuk kepada jalan yang
lurus. Yaitu ketauhidan. Dan jalan penyerahan diri (juhud) kepada Allah SWT
tuhan seru sekalian alam. Lihat Al-Qur-an surat Al-an’am ayat 71-72. Petunjuk
adalah kalam. Atau bisa dikatakan hidayah, atau terbukanya hati dan pemahaman
terhadap nikmat dan kekuasaan Allah tanpa keraguan, seperti petunjuk
orang-orang yang telah dianugerahi petunjuk ketauhidan yang tidak merugi dunia
dan akhirat. Saudaraku, nikmat tertinggi dalam ketauhidan adalah dapat mengenal
tuhan.
(Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahi
nikmat kepada mereka ; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan
mereka yang sesat. Makna ayat ini adalah satu yaitu jalan kepada Allah, seperti
jalan orang-orang saleh. Sesungguhnya Allah sudah menciptakan dua jalan yang
mendaki dan sukar, diantaranya adalah jalan kebaikan (jalan Kanan), dan
jalan kekufuran (jalan kiri). Kedua-duanya sukar dan kita menginginkan
jalan yang kanan (jalan kebaikan). Akan tetapi kehidupan dan nafsu seslalu
menyertai kita dan bisikan setan selalu mengincar kelemahan kita, sehingga
terkadang kita tidak dapat membedakan jalan yang mana yang sebenar-benar jalan
yang dianugerahi nikmat oleh Allah SWT. Maka dari itu surat ini dibaca setiap
hari dalam sembahyang. Agar setiap waktu petunjuk datang dalam langkah
kehidupan kita. Agar diketahui bahwa sebenar-benar petunjuk itu yaitu kita
disuruh agar menyerahkan diri kepada tuhan semesta alam. Termasuk didalamnya
bersyukur, bersabar dan bertawakkal.
Saudaraku yang menginginkan petunjuk kepada jalan yang
lurus. Amat tidak logis dan terkesan main-main bila setiap hari kita mohon
petunjuk akan tetapi permohonan kepada siapa ? kita tidak mengatahuinya. Dan
jikalau Allah memberikan petunjukk-Nya sementara kita tidak dapat mengenal
petunjuk itu. Oleh sebab itu masuklah kedalam agama islam sepenuhnya, dengan
hati baik zahir maupun batin. Inilah makna syari’at sembahyang itu yang
mewajibkan kita untuk melakukannya setiap lima waktu, agar kita mempelajarinya.
Sedangkan hakekatnya adalah menjalankan petunjuk itu sendiri, yaitu menyerahkan
diri kepada Allah tuhan semesta Alam.
Biasanya orang yang benar-benar mempelajari isi kandungan
suratulfatihah ini tidak akan cukup tiga tahun bahkan lebih, karena Ia
merupakan kerangka dasar dari seluruh isi Al-Qur’an yang mengandung makna
ketauhidan. Berbeda dengan orang-orang yang diberi hidayah kefahaman, hal ini
akan menjadi mudah baginya karena Allah yang memudahkannya.Dan amat merugi
orang-orang yang tertutup hatinya. Pada bab selanjutnya akan penulis uraikan
tentang makna-makna ayat-ayat dan huruf-huruf didalam Suratul Fatihah ini,
mudah-mudahan dapat dijadikan bahan berfikir untuk menetapkan keyakinan
terhadap keEsaan Allah yang sebenar-benarnya.
5.
RUKU'
’
Ruku’ adalah perbuatan didalam
sholat setelah rukun membaca suratul fatihah. Pujinya adalah “Maha Suci Allah
Yang Maha Agung”. Adapun secara Hakikat, Ruku’ itu merupakan telinga daripada
sholat, secara syari’at bahwa hamba memuji dan Tuhan mendengar Pujian
hamba. Maka kajilah bacaan-bacaannya niscaya akan lebih mudah memahaminya.
Rukuk artinya tunduk. Menurut tafsir
departemen agama bahwa rukuk itu adalah tunduk kepada perintah Allah, adapun
perintah ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’ yaitu sholat berjamaah.
Perhatikan ayat Al-qur’an surat Al-Baqarah ayat 43, yang berbunyi “Dan dirikanlah
sholat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’”.Lihat pula ayat lain diantaranya surat 2/115,surat
3/43,surat 9/112,surat 22/26,surat48/29,surat77/48, yang dengan demikian
dapat memperjelas makna ruku’ yang sebenarnya. Didalam sholat ruku’ yaitu
merupakan gerakan dalam solat dengan posisi membungkuk, tangan diletakkan
diatas kedua lutut, sehingga posisi pantat dan kepala sejajar. Sesungguhnya itu
merupakan isyarat bahwa kitra mesti bekerja keras didalam dunia dengan hati
selalu mengingat Allah swt dan tidak berpecah belah. Seperti dalam surat 48
ayat 29, kekuatan islam adalah kepada kecintaannya terhadap sesama, dan itu
modal utama kemenangan umat islam. Kesempurnaan sholat yaitu terutama kepada
ruku’ yaitu pada hasilnya, yaitu seseorang itu mencintai sesama dan tidak ada
yang dapat disombongkan karena kepala dan pantat sama tingginya, sedangkan
penglihatan hanya kepada kematian dengan isyarat mata menghadap kebumi tempat
kita akan dikubur, sehingga puji-pujiannya hanya kepada Allah yang maha agung
tempat bergantung segala yang agung, dan yakin Allah itu maha mendengar siapa
saja yang memujinya. Kesimpulannya bahwa kita diperintahkan untuk menyembah kepada
Allah saja Tuhan yang maha pengasih lagi maha penyayang sebagaimana hakekat
membaca suratulfatihah, jalannya adalah dengan berzakat yaitu menjauhkan diri
dari sifat kecintaan terhadap dunia dengan mengasihi sesama, mensucikan diri
dengan memberikan hak-hak orang lain serta menjauhkan diri dari memakan dan
meminum barang yang haram (Hakekat Allah maha suci), dan tidak berpecah belah.
6.
BERDIRI DARI RUKU’DAN I’TIDAL
Rahasianya adalah meluaskan pandangan kita nanti didalam kubur. Saudaraku,
setelah kita mengalami fase kematian, yaitu batas paling akhir dari kehidupan
kita didunia, yang juga merupakan putusnya segala aktivitas keduniaan termasuk
amal perbuatan. Kecuali tiga perkara yaitu sedekah kebaikan yang ikhlas yang
masih mengandung manfaat bagi manusia yang masih hidup, maupun kepada mahluk
lain atau terhadap alam ini baik berupa harta, ilmu, atau nasehat atau
keberhasilan dalam memelihara amanah Allah seperti anak dan sebagainya.
Seblebihnya adalah berkah dari Allah SWT. Kemudian setelah kita mati, kita akan
dibangkitkan. Inilah yang dinamakan bangun dari ruku, pujinya adalah “Tuhanku,
kepada-Mu aku bersyukur, dari terhamparnya langit dan luasnya bumi, dan dari
segala apa yang aku pinta,dari segala sesuatu setelahnya”. Melihat do’a dan
pujian serta ungkapan rasa syukur yang diajarkan Nabi ini, sudah jelas bahwa
selama hidup kita didunia, Allah telah berikan nikmatnya kepada kita melalui
lagit dan melalui bumi tanpa harus kita pinta, kemudian Allah berikan juga
sebagian dari yang kita pinta. Kemudian setelah mati, Allah masih lagi
memberikan nikmatnya berupa hadiah rasa syukur kita ibarat tandan pisang yang
tak berhenti berbuah, yaitu amal yang berkepanjangan, sehingga kita
dibangkitkan dipadang mahsyar. Yitu menghadap kepada yang menguasai hari
pembalasan. Agar difahami, bahwa keadaan ini yang ditakutkan oleh orang-orang
yang sudah mengerti sehingga mereka menambah sunnahnya dengan kunut yang pada
hakekatnya bahwa, kehidupan didunia ini tidak lain adalah peperangan yaitu
melawan hawa nafsu, dipadang mahsyar itu kita menerima hasilnya baik berupa
kemenangan atau kekalahan. Semoga Allah menempatkan kita dalam barisan
orang-orang yang beruntung. Penjelasan lebih lanjut akan saya uraikan pada bab
berikutnya.
7.
SUJUD
Secara zahiriah, sujud adalah bentuk dari penghambaan diri yang paling
sempurna, secara bahasa saja bahwa sujud yaitu ungkapan dari perasaan ta’at,
tunduk patuh dan pasrah. Dan dalam hakekatnya bahwa sujud itu mengandung makna
kedekatan kita kepada fitrah yang sebenarnya yaitu dekatnya kita kepada asal
mula penciptaan kita, dimana ketujuh titik sholat berada pada garis yang sama
dan menempel pada bumi tempat kita berpijak. Sesungguhnya bumi itu adalah ibu
kita, dan langit adalah bapak kita (peristilahan). Tanah adalah sarang dan
langit adalah pandangan. Rahim ibu itu adalah sarang air mani, rahim itu tempat
segala sumber makanan begitulah juga bumi. Langit adalah segala tempat
pandangan yang tiada batas dan penaklukkan. Dan dilangitlah tempat berkumpulnya
segala roh. Jadi makna sujud adalah kedekatan kita kepada Allah sehingga
disegerakan kita dalam hisab yang diistilahkan bahwa sujud itu segera berjalan
dititian sirotol mustaqim.
Hakekat salam kanan adalah gambaran diri manusia, bahwa sesungguhnya manusia
itu tidak ubahnya nabi Muhammad saw, dijadikan Allah SWT sebagai Khalifah
dimuka bumi yang berkewajiban yang sama, dengan kudrat yang sama pula. Yaitu
lahir dan mati, berdosa dan beribadah, lapar dan haus, sama mempunyai nafsu.
Dan sebagainya. Inilah hakikat jasad nabi kita muhammad, dan ini juga hakikat
penciptaan manusia dalam bentuk yang sempurna. Yaitu sejak penciptaan kali
pertama berbentuk nama, dan berbentuk cahaya yang tertulis di tiang arsy yaitu
nur Muhammad, dan zahir kedunia dalam bentuk nyata. Dan perhatikan pula tentang
kelahiran kita dan lihat pula Al-Qur’an surat At-Thariq ayat ; 5 – 12 ),
agar memperjelas pemahaman.
perhatikan pula Al-Qur’an surat
Al-Mu’minuun ayat 12 - 22).
Saudaraku, sesungguhnya sirotol mustaqim itu adalah dunia ini, dunia yang fana
ini, maka berjalanlah dimuka bumi ini dengan merendahkan diri dan tunduk patuh
kepada Allah semata, inilah jalan yang lurus, janganlah durhaka dan berbuat
zalim diatas muka bumi ini, sesungguhnya bumi ini adalah ibu kita, yang suatu
saat kita akan berpisah seperti putusnya tali pusat waktu kita dilahirkan. Akan
penulis uraikan pada bab selanjutnya.bacalah (Al-Qur’an 16 : 49 ).
8.
DUDUK ANTARA DUA SUJUD
Yaitu duduklah kita dbawah panji-panji nabi nanti dipadang mahsyar.
Sesungguhnya Allah SWT telah menjanjikan akan datangnya hari berbangkit.
Saudaraku, setelah manusia itu dilahirkan kedunia yang fana ini, lalu
dibebankan dengan berbagaimacam perintah dan larangan, maka manusia itu akan
dimatikan. Apabila sujud adalah merupakan hakekat ilmu tentang asal mula
kejadian, maka duduk iftiras adalah hakekat ilmu tentang kebangkitan. Maka akan
tenang dan amanlah bagi orang yang mendirikan sholat sehingga mendapatkan
tempat bernaung (barisan terbesar) pada hari dia dibangkitkan. Tempat
bernaungnya adalah panji-panji Rasulullah saw.
Saudaraku, marilah kita melihat bahwa sesungguhnya duduk iftiras berada
diantara dua sujud. Sujud yang pertama adalah kembalinya manusia kepada asal
mula penciptaannya. Sedangkan sujud yang kedua adalah kembalinya manusia kepada
penciptanya, yaitu berjumpa tuhannya dan memberi salam kepada penghuni syurga.
Jadi duduk iftiras adalah perantara sebenar-benar perantara yaitu antara dua
persaksian antara awal kejadian dan akhir kesudahan. Akan penulis jelaskan
lebih terperinci pada bab berikutnya.
9.
DUDUK TASYAHUT (DUDUK TAHYAT)
Marilah kita memperhatikan sejarah isra’ dan mi’raz nabi kita Muhammad saw.
Dengan demikia maka akan jelaslah hakekat ilmu atau makna sebenar-benarnya
tentang rukun duduk tahyat dan membaca tahyat.
Saudaraku yang tidak
henti-hentinya menuntut ilmu dan berjihad mencari keredhoan Allah SWT, Hakikat
sebenarnya untuk apa kita menuntut ilmu dan beribadah adalah rahasia ilmu yang
tersembunyi didalam rukun kesembilan ini. Yaitu mendapatkan kebesaran dan
rahmat Allah dipadang mahsyar. Rukun kesembilan ini mewakili empat rukun
lainnya, yaitu membaca do’a tahyat, membaca syahadat, bersalawat, dan salam.
Dan perhatikanlah bahwa keempat rukun itu adalah simbol-simbol kalimah tauhid.
Baiklah, perlu rasanya diceritakan
tentang peristiwa dilangit pada saat perintah sholat itu diturunkan. Bahwa
Rasulullah pada malam kemuliaan telah mi’raz ke sidhratul muntaha. Dan berjumpa
dengan tuhan yang menciptakannya (mohon ikuti saja cerita ini dan jauhkan
penafsiran yang bukan-bukan, sebab cerita ini adalah ungkapan suatu kejadian,
sedangkan hakikat kejadian yang sebenarnya akan dibahas pada bab berikutnya).
Dan Rasulullah mengucapkan segala macam ucapan selamat, berkah, kebahagiaan dan
kebaikan kepada Allah SWT, dan Allah bersalawat kepada Nabi Muhammad,
kemudian Nabi bersalawat pula atas dirinya dan ummatnya. Dan peristiwa ini
disaksikan oleh jibril as, kemudian malaikat jibril mengucapkan dua kalimah syahadat.
Dan kemudian bersalawat pula. Dengan cerita ini maka terlihat ada empat unsur
bagian didalam cerita penciptaan alam semesta ini. Yaitu Adanya Tuhan, Adanya
manusia, adanya utusan (nabi Muhammad), adanya saksi (malaikat jibri as). Dan
barangsiapa yang memahami ilmu dan hakekat peristiwa ini, maka mudahlah ia
menjawab pertanyaan-pertanyaan malaikat nungkar dan nangkir sehingga
tertutuplah baginya pintu api neraka jahannam. Dan kemudian berbahagialah ia
seraya mengucapkan salam kepada penghuni-penghuni surga. Akan dibahas pada bab
selanjutnya.
10.
MEMBACA TAHYAT
Selain sebagai isyarat ilmu dalam
rangka mengenal peristiwa besar isra’ dan mi’raz Nabi Muhammad saw, Juga
sebagai isyarat ketauhidan untuk memudahkan menjawab pertanyaan nungkar dan
nangkir didalam kubur.
11.
SALAWAT
Sesungguhnya Allah dan para malaikat
bersalawat atas nabi, maka kita diwajibkan bersalawat atasnNya pula (Al-Qur’an
surat 33/56), maka dengan ini kita kenal hakekat salawat yang sebenarnya
sehingga tertutuplah pintu-pintu jahannam itu. Dan oleh sebab itulah salawat
menjadi amalan yang langsung kepada Nabi Muhammad, dan Nabi Muhammad itu adalah
utusan yang telah meminta syafaat untuk ummatnya. Dan sesungguhnya permohonan
syafaat itu sudahpun di pohonkan dan sudahpun dikabulkan dan sudahpun
disaksikan. Yaitu syafaat bagi sekalian hamba-hamba Allah yang sholeh.
12.
SALAM
Salam yang menjadi rukun didalam sholat ini adalah salam kepada
penghuni-penghuni surga, dan mereka penghuni-penghuni surga juga memberi salam.
Maka masukilah surga itu dengan memberi salam. “Dan mereka menyeru kepada
penduduk surga ; salaamun’alaikum.(Al-Qur’an Surat 7/46).
13.
TERTIB
Adalah pertemuan kita Dengan Allah SWT. Hakikatnya adalah bahwa sejak kita mula
terlahir kedunia , mengalami
beberapa tahapan. Dan tahapan ini berjalan sesuai urutannya, sebagaimana contoh
berikut bahwa setiap manusia awal mulanya bayi, kemudian tumbuh menjadi
setengah baya kemudian tua, dan hal ini tidak boleh dibolak balik. Dan
hakikat ini adalah hakikat pewrjumpaan manusia dengan tuhannya.
Demikianlah keterangan yang dapat dituliskan, mudah-mudahan dapat bermanfaat
bagi kita semua dalam usaha memeahami makna perintah sholat yang sesaungguhnya.
Bermula dari menetapkan e’tikat, maka ilmu menjadi yang lebih utama. Sebab
itulah kewajiban sholat menjadi rukun didalam kehidupan kita. E’tikat adalah
iman, dan sholat adalah ilmu, puasa adalah latihan pembersihan jiwa, zakat
adalah pengamalan dan haji adalah penyatuan yaitu kepada tujuan akhir memenuhi
panggilan Allah SWT dan panggilan Allah itu adalah kepada Takwa.
SUMBER DARI Abdul Jabbar habib basuni