بِــــــسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيـــمِ

SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG DI STIKOM MUHAMMADIYAH BATAM - RAIH MASA DEPANMU BERSAMA STIKOM MUHAMMADIYAH BATAM - TERDEPAN - MODEREN - DAN - ISLAMI, - KALAU ADA KRITIKAN YANG MEMBANGUN SILAKAN DIKIRIMKAN KE KAMI - DAN TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA

RUKUN ISLAM

RUKUN ISLAM : 1. DUAKALIMAH SYAHADAT, 2. SHOLAT, 3. PUASA, 4. ZAKAT, 5. NAIK HAJI

RUKUN IMAN : 1. PERCAYA KEPADA ALLAH, 2. PERCAYA KEPADA MALAIKAT, 3. PERCAYA KEPADA KITAB ALLAH, 4. PERCAYA KEPADA NABI DAN RASUL ALLAH, 5. PERCAYA KEPADA HARI AKHIRAT, 6. PERCAYA KEPADA QODHA & QHADAR ALLAH

PILIH MENU

Kamis, 16 April 2015

KIASAN BIJI




KIASAN BIJI


Nabi isa bertanya kepada sahabat sahabatnya:
 "DIMANA BIJI ITU TUMBUH,?
Sahabat sahabatnya menjawab: "DI BUMI"
Nabi isa pun menjelaskan pula bahwasanya HIKMAH tidak akan tumbuh melainkan di kedalaman HATI, seperti dikedalaman bumi.
Biji yg akan tumbuh menjadi batang dan buah, lahir dari tempat yg orang lain tidak tau keberadaanNya, tersembunyi dibalik bumi.
Akan tetapi ia memberi manfaat kepada manusia dan alam sekitarnya tanpa mengatakan apa apa tentang pertumbuhanNya itu.
Nabi Muhammad mengingatkan bahwasanya ibadah sholat dan lainNya yg paling mulia dan indah ialah melakukanNya dengan sempurna dan orang lain tidak mengetahuinya, IBADAH YG DIRAHASIAKAN ADANYA.

MAHA SUCI ALLAH



BAIK BAIKLAH PAHAM TENTANG MAHA SUCI

        Dzat Tuhan merupakan Wujud Mutlak, tidak dapat dipersepsikan oleh akal, perasaan, khayal dan indera.. Dzatullah sebagai aspek bathin segala yang maujud (ada), karena Tuhan meliputi segala sesuatu (Lihat surat Fushilat :54)
        Bisa ditarik kesimpulan bahwa sifat bukan hakikat ketuhanan akan tetapi sifat adalah yang bersandar kepada Dzat Tuhan. Sesuatu yang bersandar kepada Dzat bukanlah Tuhan, kedudukannya sama halnya dengan tanaman, pohonan, gunung, surga dan neraka, karena semua muncul karena adanya Dzat yang Hidup, dzat-lah Yang menggerakkan semua ini.
        Hakikat kemuhammadan atau Nur Muhammad artinya cahaya yang penuh pujian Tuhan. Inilah permulaan segala sesuatu, sehingga Allah bisa disifati karena Ia Yang Menciptakan (Al Khaliq), Yang Memelihara (Al hafidz), Yang Perkasa (Al Jabbar), Yang Maha Kuat (Al qawwiyu), Yang Hidup (Al Hayyu) dst, sedangkan sifat itu sendiri bergantung kepada sang Dzat (tidak berdiri sendiri ), oleh karena itu Islam melarang berhenti kepada sifat. Karena sifat itu bukan Dzat itu sendiri. Untuk mengetahui Dzatullah harus meninggalkan sifat-Nya yaitu keadaaan hakikat Tuhan yang belum ada apa-apa ) karena sifat merupakan sesuatu yang bergantung (membutuhkan sandaran) Dan sifat Allah itu masih bisa dirasakan oleh makhluk-Nya seperti Ar Rahman (Pengasih) Ar Rahiem (Penyayang), Al Qawiyyu ( Kuat) sedangkan sifat itu muncul karena persepsi sang hamba (inna dzanni 'abdi, Aku tergantung persepsi hamba-hamba-KU)
        Sebaliknya Islam menyempurnakannya dengan langsung kepada Dzatullah, tidak berhenti kepada sifat-Nya ,yaitu dengan menafikan (mengabaikan) segala sesuatu kecuali Allah. Laa ilaaha illallah. atau laa syai'un illallah ( tiada sesuatu kecuali Allah) juga terdapat dalam Surat Thaha:14 innanii Ana Allah, laa ilaaha illa ANA, fa'budnii, sesungguhnya AKU ini Allah, tidak ada Tuhan selain AKU maka sembahlah AKU dan dirikanlah Shalat untuk Menyembah AKU !!
Jelas dengan tegas bahwa Allah mengarahkan kita untuk menyembah DZAT-NYA bukan Nama-Nya bukan Sifat-Nya.
        Menempatkan Dzat sebagai hakikat dari segala sesuatu. Karena itu Dzat disebut sebagai la ta'yun tidak bisa dikenal hakikatnya. Keadaan-Nya tidak kenal penyebutan karena segala persepsi tidak bisa menggambarkan keadaan-Nya. Keadaan yang masih belum ada apa-apa, masih awang uwung (ithlaq ), yang wilayah ini digambarkan oleh Al Qur'an sebagai orang yang pingsan ( suatu keadaan yang di alami oleh Nabi Musa As, lihat QS: 7:143)
Inilah objek yang kita tuju, bukan kepada sifat dan Nur-Nya. Kepada Dzat itulah kita kembali innalillahi wa inna ilaihi raaji'uun, kita memuja, bersujud, kita bergantung !!
Tiap tiap sesuatu pasti binasa, kecuali wajah Nya [Al-Qur'an S. Qashas : 88]
Kita tetap sadar didalam Mahasuci. INILAH KEIMANAN YANG TIDAK KOYAK. Dengan keimanan kita, cukup disadari saja : kita ada di Mahasuci yang "laysa kamitslhi syaiun" yang tidak memerlukan tempat.

        Dikukuhkan perasaan kita di Mahasuci. Jangan ada pikiran kepada yang bukan Mahasuci. Kukuhkan kesadaran kita selalu di Mahasuci. Berarti kita telah berpegang ke Esaan Tuhan. Dengan kepada Mahasuci inilah kita terbungkus kecemerlangan cahaya Tauhid.
INILAH ZAT YANG DITAUHIDKAN, YAKNI ZAT MUTLAK, orang yang karam didalam zat mutlak, inilah orang yang karam dilautan tauhid. Lautan tauhid inilah lautan ahadiyat atau lautan laa ta'yin, yaitu lautan sebelum ada SESUATU.

MAKNA SALAWAT NABI - ALLAHUMMA SHOLLI ALA MUHAMMAD



Bismillahirahmanirahim, semoga Allah menjadikan kita orang2 yang suka berselawat ke atas Nabi Muhammad SAW.

Makna perkataan “Selawat
Perkataan selawat ( bahasa Arab: الصلوات ) diambil dari perkataan solat
( bahasa Arab : الصلاة ), doa, pujian].

Telah berkata Al-Bukhariy: Telah berkata Abu `Aliyah:
Salawat Allah subhanahu wata`ala ialah pujian-Nya di sisi para malaikat.
Dan salawat malaikat ialah doa.
Dan salawat orang mu’min ialah memohon rahmat daripada Allah ke atas Nabi Muhammad

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat (memuji dan berdoa) ke atas Nabi (Muhammad s.a.w). Wahai orang-orang yang beriman bersalawatlah kamu ke atasnya serta ucapkanlah salam dengan penghormatan.
[Al-Ahzab: 56]

Lafaz Selawat
Terdapat pelbagai lafaz selawat sama ada ucapan selawat yang asal dari Hadith Sahih atau ucapan selawat yang dinukil oleh para alim ulama’.

Dari hadith: [An-Nasa'iy/ 1292, sahih]

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ

Allahumma salli `ala muhammadin wa`ala ali muhammad
Ya Tuhan kami, selawatkanlah ke atas Nabi Muhammad dan ke atas keluarganya.

Dari hadith: [An-Nasa'iy/ 1288, sahih], [An-Nasa'iy/ 1290, sahih], [Ibnu Hibban/ 1957, sahih]

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَآلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَآلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Allahumma salli `ala muhammadin wa`ala ali muhammad, kama sallayta `ala ibrahima wa’ali ibrahim, innaka hamidun majid, wabarik `ala muhammadin wa`ala ali muhammad, kama barakta `ala ibrahima wa’ali ibrahim, innaka hamidun majid
Ya Allah, berilah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha terpuji lagi Maha Mulia. Dan berilah berkat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau memberi berkat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha terpuji lagi Maha Mulia.

Dari hadith: [Ibnu Hibban/ 1959, isnadnya sahih]

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Allahumma salli `ala muhammadini n-nabiyyi l-ummiyyi wa`ala ali muhammad, kama sallayta `ala ibrahima wa `ala ali ibrahim, wabarik `ala muhammadini n-nabiyyi l-ummiyyi wa`ala ali muhammad, kama barakta `ala ibrahima wa`ala ali ibrahim, innaka hamidun majid
Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad, Nabi yang ummi dan sejahtera keatas keluarganya, sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Dan berilah berkat kepada Muhammad, Nabi yang ummi dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau memberi berkat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha terpuji lagi Maha Mulia.
Selain itu terdapat Selawat yang dinukil oleh para alim ulama, antaranya

Salawat Munjiyat

اللهم صل عل سيدنامحمد صلاة تنجنا بها من جميح الاهوال والافات وتقضى لنا بهاجمي
الحاجات وتطهرونا بها من جميع السيأت وترفعنابها اعل الدرجات وتبلغنابها اقصى
الغايات منجميع الخيرات في الحياة وبعدالممات انك على كل شيى قدير
"Alloohumma shalli ‘alaa sayyidinaa Muhammadin shalatan tunjinaa bihaa min jamii’il ahwaali wal aafaati wataqdhii lanaa bihaa jamii’il haajaati, watuthahhirunaa bihaa minjamii’is sayyi-aati, watarfa’unaa bihaa a’lad darajaati wa tuballighunaa bihaa aqshal ghaayaati minjamii’il khairooti fill hayaati waba’dal mamaati innaka ‘alaa kulli syai-in qadiir."
“Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW., yang dengan (melalui) rahmat itu Engkau akan menyelamatkan kami dari semua keadaan yang mendebarkan dan semua cobaan, yg dengan rahmat itu (juga) Engkau, ya Allah, akan mendatangkan semua hajat, yang dgn rahmat itu (juga) Engkau, ya, Allah, akan menyucikan kami dari semua kesalahan, yang dgn rahmat itu (juga) Engkau, ya, Allah, akan mengangkat derajat kami setinggi tingginya. Yang dengan rahmat itu (juga) Engkau, ya, Allah, akan menyampaikan kami kepada puncak segala maksud, dari semua kebaikan pada waktu hidup dan sesudah mati. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Shalawat Badar (Agar terhindar dari bencana)

Shalatullah salamullah, ‘ala Thaha Rasulillah
Shalatullah salamullah, ‘ala Yasin Habibillah

Semoga shalawat dan salam selalu kepada Thaaha, Rasulullah
Semoga shalawat dan salam selalu kepada Yasin, Rasulullah
(Thaha dan Yaasin adalah gelar untuk Rasulullah)
Tawasalna bibismillah, wa bilhadi Rasulillah,
wa kulli mujahidin lillah, bi ahli badri, ya Allah
Kami bertawasul* dengan bismillah, petunjuk Rasulillah,
dan dengan seluruh mujahidin Badar, ya Allah
Ilahi sallimil ummah, minal afaati wa niqmah )
wa min hammin wa min ghummah, bi ahli badri, ya Allah
Tuhanku, selamatkanlah umat ini, dari derita dan bencana
dan dari belenggu serta kebekuan, demi ahli Badar ya Allah
Ilahi-ghfir wa akrimna, binaili mathalibi minna (dikabulkan
Wa daf’i masaa-atin ‘anna, bi ahli badri, ya Allah
Tuhanku, ampuni dan muliakan kami, dengan dikabulkannya permohonan kami,
dan dijauhkannya kami dari tragedi yang memilukan, demi ahli Badar ya Allah
(* Shalawat ini merupakan bentuk doa tawasul,)
Sebaik baik salawat adalah yang ikhlas.

JALAN MENUJU ALLAH







Barang siapa mengetahui jalan, Syareat, Tharekat, Hakikat, Ma'rifat sempurna amalnya.

Apakah Syareat, tharekat, hakikat, dan ma’rifat itu?
Jawab :
Syareat itu pada TAUBAT
Tharekat itu pada HATI
Hakikat itu pada RUH
Ma’rifat itu pada ZAT ALLAH

Apakah syareat, tharekat, hakikat, dan ma’rifat itu sama atau berlainan amalnya?
Jawab:
Amalnya orang syareat dan tharekat semata-mata mengerjakan segala pesuruh.
Amalnya orang hakikat mengesakan Zat Allah.
Amalnya orang ma’rifat tetap pada Zat Allah.

Apakah syareat, tharekat, hakikat, dan ma’rifat, berlainan atau sama nafsunya?
Jawab :
Syareat nafsunya ammarah, matinya hancur lebur cerai berai.
Tharekat nafsunya sawiyah, matinya kurus kering.
Hakikat nafsunya lawwamah, matinya putih kuning.
Ma’rifat nafsunya mutmainnah, matinya lenyap tanpa bekas.

Apakah syareat, tharekat, hakikat, ma’rifat, berlainan atau samakah sembahyangnya?
Jawab :
Sembahyang orang syareat hatinya membara bercahaya, kiblatnya menghadap baitullah.
Sembahyang orang tharekat hatinya membara bercahaya, kiblatnya menghadap Baitul makmur.
Sembahyang orang hakikat hatinya membara bercahaya, kiblatnya menghadap Arsy.
Sembahyang orang ma’rifat kiblatnya menghadap seperti firman Allah. didalam al-qur’an.

FA’ATIMALLA TUWALLU FASSAMA WAD HULLAH.
Dimana kamu menghadap wajahmu (akalmu dan ruhmu) maka disanalah wujud Allah. bercahaya-cahaya dan imannya terang tiada sepertinya.

Apakah syareat, tarekat, hakikat dan ma’rifat, berlainan atau sama pekerjaannya?
Jawab :
Pekerjaan syareat itu : mengucap syahadat, sembahyang, puasa, memberi zakat dan naik haji.
Pekerjaan tharekat itu : mentasdikkan barang yang diamalkannya.
Pekerjaan hakikat itu : senantiasa tetap adanya dan mengesakan Dzat Allah Ta’ala dan menafikan barang lainnya.
Pekerjaan ma’rifat itu: semata-mata tetap adanya dan sendirinya Dzat Allah Ta’ala.

Apakah syareat, tharekat, hakikat dan ma’rifat, berlainan atau samakah alamnya?
Jawab :
Syareat itu alamnya perjalanan Tubuh.
Tharekat itu alamnya malakut perjalanannya Hati.
Hakikat itu alamnya jabarut perjalanannya RUH.
Ma’rifat itu alamnya lahut perjalanannya SIRR.

Apakah Syareat, tharekat, hakikat, ma’rifat, sama ilmunya?
Jawab :
Syareat itu ilmunya yakin.
Tharekat itu ilmunya Ainul yakin.
Hakikat itu ilmunya Haqqul yakin.
Ma’rifat itu ilmunya Kamallul yakin.

Apakah empat jalan itu sama kebangkitannya?
Jawab :
Kebangkitan syareat ialah taubat sekalian dosa.
Kebangkitan tharekat ialah sabar dan ridha akan qudrat Allah.
Kebangkitan hakikat ialah syukur akan barang yang datang daripada Allah.
Kebangkitan ma’rifat ialah ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah Ta’ala.

Apakah sama kejadiannya?
Jawab :
Syareat itu kejadiannya Af’al.
Tharekat itu kejadiannya Asma.
Hakikat itu kejadiannya Sifat.
Ma’rifat itu kejadiannya Dzat.

Adapun yang empat jalan itu atas Dzatnya.
Syareat itu ialah kulit dan bulu.
Tharekat itu ialah darah dan daging
Hakikat itu ialah urat dan tulang.
Ma’rifat itu ialah otak dan sumsum.

Adapun yang empat jalan itu maujudnya.
Syareat itu ialah pendengarannya.
Tharekat itu ialah penglihatannya.
Hakikat itu ialah penciumannya.
Ma’rifat itu ialah pengrasanya.

Adapun yang empat jalan itu Ruhnya.
Syareat itu ialah : Ruhani.
Tharekat itu ialah : Rahmani
Hakikat itu ialah: Ruh Idofi
Ma’rifat itu ialah : Rabbani

Apakah yang tinggi tiada rendah. Yang hidup tiada mati. Yang luas tiada sempit. Yang benar tiada salah. Yang menghadap tiada membelakangi. Yang manis tiada pahit. Yang ruh tiada dua

Jawab :
Yang tinggi tiada rendah itu Allah.
Yang hidup tiada mati itu Allah.
Yang besar tiada kecil itu Allah.
Yang hampir itu tiada jauh itu Allah.
Yang luas tiada sempit itu Allah.
Yang menghadap tiada membelakangi itu Allah.
Yang suci itu tiada nazis itu Allah.
Yang manis tiada tiada pahit itu Allah.
Yang ESA tiada dua itu Allah.

Dapatkah seorang hamba memperoleh keempat ilmu yang dimiliki itu?

Bersabda Rasulullah :
Siapa ia sungguh-sungguh mengenal dirinya itulah yang tinggi tiada rendah.
Siapa yang merendahkan diri itulah yang besar tiada kecil.
Siapa yang mengesakan Allah itulah yang hidup tiada mati.
Siapa percaya akan Allah itulah yang suci tiada Nazis.
Dan barang siapa yang tiada syirik itulah yang manis tiada pahit.
Barang siapa yang menafikan hal lain itulah ESA tiada dua.

Wallahu a'lam
Dari : Arrya Sufi